Judul:
Takhta Awan
Penulis:
Sinta Yudisia
Penerbit:
Lingkar Pena Kreativa
Tahun
Terbit: Cetakan Pertama, Mei 2011
Jumlah
Halaman: 572 hlm; 20,5 cm.
ISBN:
978-602-885-139-8
Setelah
membaca The Road to Empire, tentunya dilanjutkan dengan membaca Tahta Awan.
Kebanyakan novel sejarah memang tidak bisa tipis halamannya, karena ada banyak
kisah dan konflik. Takudar berhasil merebut tahta Arghun Khan dan memenjarakan
adiknya di penjara terkejam, Bayarkhuu, tapi Takudar masih sering membesuk
adiknya itu. Kelompok muslim berpendapat, sikap Takudar itu salah. Mestinya Takudar
menghukum mati Arghun, karena bisa jadi kelak Arghun membalas dendam. Takudar,
sang kaisar yang lemah lembut, tak bisa bersikap kejam. Bahkan, pejabat-pejabat
kekaisaran Arghun pun masih ada yang dipekerjakan, belakangan hal itu memang
menjadi bumerang. Mereka adalah Urjagal, Inalchuk, Yejugai, dan Jebei kelak
akan mengadakan konspirasi pembunuhan Takudar dan mengembalikan Arghun Khan ke
tahtanya.
Almamuchi
melahirkan anak Arghun Khan dan tinggal bersama Silaihua, pelayannya, hingga
Rasyiduddin memanggilnya karena mereka akan menyelamatkan Takudar. Mata-mata
telah mencium adanya upaya penggulingan kekaisaran Takudar dan agaknya Takudar
memang belum siap menjadi pemimpin. Takudar terlalu baik hati, lemah, dan
bijaksana. Ia berhasil mengajarkan rakyat Mongolia agar tidak lagi gemar
berperang, meningkatkan perladangan dan perdagangan, serta menuntut ilmu.
Sayangnya, hal itu membuat ilmu pedangnya nyaris hilang.
Han
Shian berada di balik upaya penggulingan Takudar. Upaya itupun berhasil melalui
acara perburuan binatang, Takudar nyaris terbunuh tapi ditolong oleh prajurit
binaan Nergui yang dikomando oleh Erjhagal. Sampai akhir kisah belum diketahui
ke pihak mana Erjhagal ini, mengapa dia menolong Takudar. Sementara Rasyiduddin
harus tewas di tangan Tomorbataar, Panglima kepercayaan Takudar, yang membelot
ke Arghun Khan.
Jadi,
Tahta Awan ini lebih banyak berkisah tentang proses penggulingan kekaisaran
Takudar dan penyelamatan Takudar oleh Rasyiduddin. Tapi, bagi saya, sekuel
kedua ini lebih menarik daripada yang pertama, karena karakter setiap tokohnya
terlihat kuat dan memancing emosi. Siapa sajakah mereka?
Takudar. Hmm… kaisar yang satu ini
sungguh-sungguh bikin emosi pembaca karena “kelembekannya.” Dia memang lemah
lembut, cerdas, soleh, dan bijaksana, tapi nyaris tidak bisa bersikap tegas,
terutama kepada orang-orang yang bisa mengancam kekuasaannya. Dia tetap mempekerjakan
pejabat-pejabat yang kelak akan berkonspirasi untuk menggulingkannya. Mestinya,
dia bisa menyeleksi siapa saja yang layak menjabat. Dia tidak menegur ketika
ada pejabat yang terlambat masuk ke ruangan musyawarah (Takudar membuat Dewan
Kurultai, semacam DPR-lah), cuman mengeluh dalam hati. Takudar juga bersikap
mengambang mengenai perasaannya kepada Almamuchi. Intinya, kita jadi pingin
nanya, “sebenarnya Takudar ini naksir juga gak sih sama Almamuchi?” Takudar
juga belum menikah sampai sekuel kedua ini berakhir.
Han Shiang. Selir yang merencanakan
penggulingan terhadap kekaisaran Takudar ini benar-benar bisa digarap dengan
baik keantagonisannya sampai bikin kita sebel setengah mati. Selir ini sudah
tua tapi masih cantik dan memikat, serta memiliki aura kuat yang bikin semua
orang takluk.
Rasyiduddin. Kurang cepat bertindak
menyelamatkan Takudar. Tidak terlihat usahanya yang maksimal demi mencegah
konspirasi terhadap Takudar. Yang membuat aneh, kenapa setelah Rasyiduddin
mengembalikan Takudar ke tahtanya, hubungan mereka merenggang? Bahkan
Rasyiduddin kesulitan untuk menemui Takudar?
JuzJani. Adik dari Urghana ini
berinisiatif mencari pertolongan ke Han Shiang, karena kondisi keuangan mereka
memburuk sepeninggalan Albuqa Khan. Kelihatannya cerita JuzJani mendapatkan
porsi yang banyak, tapi pengarang membiarkannya menggantung di akhir cerita.
Apa pentingnya cerita JuzJani ini kalau ternyata sampai akhir cerita, kisahnya
tidaklah penting untuk diangkat?
Ada
banyak pertanyaan yang menggantung di akhir cerita, sehingga sayang sekali
kalau novel ini tidak dilanjutkan. Beda dengan The Road to Empire, selesai
membacanya, belum tentu kita pingin tahu kelanjutannya karena ceritanya bisa
selesai sampai di situ. Tapi, setelah membaca Tahta Awan ini, kita pingin membaca
kelanjutannya, karena semua bagian ceritanya masih menggantung.
Siapakah
Erjhagal dan prajurit Kashik? Apa tujuan mereka menyelamatkan Takudar?
Apa
yang akan terjadi kepada Takudar setelah
tinggal di Persia, tempat tinggal Karadiza? Apakah akan ada cinta yang terjalin
di antara mereka?
Bagaimana
kisah Han Shiang selanjutnya? Apakah Arghun Khan akan terus tunduk kepada Han
Shiang?
Siapa
yang menjadi istri Arghun Khan? Ini juga penting, karena Arghun Khan belum
berhasil memilih permaisuri.
Bagaimana
kelanjutan kisah JuzJani yang mengungsi dari Ulanbataar bersama adiknya, lalu
membuka warung makan?
Bagaimana
kelanjutan kisah Almamuchi yang kembali mengasuh Arslan (putranya) bersama
Silaihua? Akankah Arslan bertemu dengan ayahnya (Arghun Khan)?
Bagaimana
kelangsungan hidup pesantren Babussalam yang bisa jadi sasaran kemarahan Arghun
Khan karena bersekongkol menggulingkannya?
Pengarang
sudah memberikan cuplikan novel berikutnya, tapi agaknya novel itu belum terbit
juga. Cuplikannya ini semakin membuat penasaran, karena ada tokoh baru yang
misterius: Ewunia, ibu tiri Karadiza. Semoga karakternya gak mirip Han Shiang
dan semoga pengarang tidak mengarang cerita yang mainstream dan bisa ditebak,
selayaknya kisah-kisah konspirasi perebutan tahta di kerajaan-kerajaan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar