Judul:
Senandung Cinta di Lembah Papua
Penulis:
Pujia Achmad
Penerbit:
Quanta, Elex Media
Tahun
Terbit: Jakarta, 2014
Jumlah
Halaman: IV + 240
ISBN:
978-602-02-3897-5
Papua
adalah surga emas, tetapi kekayaan alamnya yang luar biasa besar tak dapat
memenuhi hajat hidup rakyat Papua karena lebih banyak dikuasai asing. Pedalaman
Papua adalah tempat di mana keterbatasan meraja. Rakyat Papua terbiasa hidup
apa-adanya, bahkan listrik pun diusahakan sendiri tanpa bergantung kepada
pemerintah. Dakwah, siapa yang mau membaktikan diri berdakwah ke Papua?
Meninggalkan kehidupan nyaman di kota untuk kehidupan serba terbatas di tanah
yang sering dilanda perang antar suku itu?
Adalah
Hasnah, seorang aktivis dakwah yang menerima pinangan Malik, lelaki asal Papua,
demi alasan dakwah. Hasnah ingin membuktikan
bahwa dia bisa menikah hanya demi Allah Swt semata. Bahkan, tanpa
melihat dahulu rupa Malik, Hasnah berani menentang larangan ayahnya, berangkat
ke Papua dan menikah dengan Fajri. Beberapa kejutan terjadi sepanjang
perjalanan, membuatnya semakin penasaran akan sosok Malik yang akan menjadi
suaminya.
Desa Mulia,
tempat di mana Malik dan keluarganya tinggal, sungguh sangat terpencil dan sulit
dijangkau. Hanya ada pesawat kecil yang dapat mengantar pendatang. Ketika pertama
tinggal di rumah Malik sembari menunggu hari pernikahan, Hasnah dihadapkan pada
kesulitan tenaga listrik yang hanya ada di dua jam di malam hari. Selebihnya,
ia harus berteman dengan gelap. Setelah menikah dengan Malik yang ternyata
seorang pemuda keturunan Perancis-Papua dan sangat tampan, Hasnah pun sempat
terkena penyakit Malaria, penyakit endemis di Papua.
Demi
dakwah, Hasnah yang berasal dari kota harus berdamai dengan kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya di Papua. Pernikahannya dengan Malik sungguh membahagiakan,
karena Malik adalah seorang suami yang baik. Dia merasa semakin jatuh cinta
kepada suami yang dinikahinya karena dakwah itu. Beberapa ujian satu per satu
dihadapinya, dari peperangan antarsuku, kelaparan akibat cuaca, sampai yang
terbesar adalah rencana Malik untuk menikah lagi.
Poligami?
Sanggupkah Hasnah menerima poligami suaminya? Setelah perjuangannya yang luar
biasa besar, menentang ayahnya dan rela meninggalkan kota besar untuk tinggal
di pedalaman Papua, tega-teganya Malik mengkhianati cintanya. Cinta? Bukankah dia
menikah demi dakwah? Jika pernikahan kedua Malik dapat memperluas dakwah mereka
di Papua, mengapa tidak? Walau masih dengan berat hati, Hasnah pun merelakan
Malik menikah lagi, tapi cerita tidak berhenti di situ. Masih ada
kejutan-kejutan lain yang menanti.
Pujia
Achmad di novel keduanya ini kembali menyuguhkan konflik yang membuat jantung
berdebar-debar.
Walaupun cerita terkesan cepat, tapi dada saya sempat
meletup-letup oleh emosi yang ditimbulkannya. Kisah poligami, barangkali
menjadi sebuah penutup yang teramat biasa bagi sebuah novel islami, tetapi tak
bisa dipungkiri masih menjadi daya pikat sebuah cerita. Yang utama, mata kita
dibukakan oleh kendala dakwah di Papua. Betapa keberadaan dai-dai yang ikhlas,
sangat dibutuhkan di sana, juga belahan bumi lainnya yang masih terisolasi.
Selamat
untuk Pujia Achmad atas novelnya yang mencerahkan ini. Semoga terus produktif
menulis untuk kebaikan.
satu-satu novel bersetting papua yg sudah saya baca baru rabithah cintanya mba afra. tampaknya novel mba pujia ini boleh juga. Baru baca resensinya aja saya udah kepo, itu si hanah pergi sendiri ke papua mau nikah gak direstui bapaknya trus yang nikahin sapa? trus...trus... malik jadi poligami nggak ya? trus....wah banyak nih penasarannya.
BalasHapus