Kamis, 03 Oktober 2013

BIRU: Sabar Hingga Akhir Waktu

credit
Judul: BIRU: Sabar Hingga Akhir Waktu
Penulis: Leyla Hana, Eni Martini, Linda Satibi, dkk
Penerbit: Selaksa, 2013
Harga: Rp 35.000
Halaman: 286

Sekilas melihat judulnya, kita mungkin sudah bisa menebak bahwa isi buku ini bakal mendayu-dayu. Buku yang dikemas dengan Hard Cover, tak hanya biru dari judul dan warna sampulnya, tetapi juga semua cerita yang ada di dalamnya. Ditulis oleh 25 orang penulis, antologi kisah nyata ini menceritakan tentang pengalaman para penulis ketika merawat orang-orang terkasih: suami, istri, anak, orang tua, dan lain-lain. 


Merawat orang yang sakit, tentu tak hanya membuat lelah secara materi, tetapi juga mental. Apalagi bila itu penyakit berat, seperti kanker, stroke, demam berdarah, yang membuat si sakit harus terbaring lemah selama beberapa waktu yang lama. Tak bisa dibayangkan berapa banyak stok kesabaran yang harus kita siapkan. 

Annisah Rasbell dalam tulisannya berjudul "Akhir Dari Lingkaran Setan" menceritakan tentang pengalamannya merawat ibunya yang sakit stroke, sementara dia  sedang kuliah di Jerman. Tak terhitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat ibunya, juga kelelahan fisik dan mental. Hanya ingin melihat ibunya sembuh, tapi apa boleh buat, tak berselang lama, Allah mengambil ibundanya kembali. 

Wabah Demam Berdarah banyak menyerang anak-anak, salah satunya Fahri, anak Binta Al Mamba yang meceritakan kisah merawat anaknya dalam "Lupa dengan Pelana Kuda." Saat itu, Binta juga sedang mengandung anak kedua. Bayangkan ketika hamil masih harus merawat si sulung di rumah sakit, apalagi pasien anak-anak relatif rewel dan selalu menolak saat diperiksa oleh dokter. 

Merawat orang sakit selama 20 tahun? Bagaimana rasanya? Tanyakan saja kepada Rima Ria Lestari yang harus merawat bapaknya selama 20 tahun, Bapaknya yang terkena flek atau tumor pada otak besar itu sudah merasakan penyakitnya sejak penulis masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dan sejak itu, bapaknya menjadi orang yang temperamental. Selama 20 tahun merawat orang yang temperamental?

Lelah, penat, tentu bosan, sudah mengendap lama dalam diri kami. Rasa itu sudah bulat dan melebur menjadi sel-sel kepatuhan... (Rima Ria Lestari).

Ah, ya, ketika sebuah penyakit menimpa seseorang, tak hanya si sakit yang merasa sakit, yang merawatnya pun bisa terjangkit penyakit bila tak menghadapinya dengan ikhlas. Bacalah buku ini dan siapkan sapu tangan atau tisu untuk menghapus airmata Anda.

3 komentar:

  1. SubhanaAllah, merawat orang sakit selama 20 tahun? Isi novel ini pasti penuh derai air mata. Ditunggu GAnya buku ini mbak Leyla ^^

    BalasHapus
  2. 20 tahun? waw, waktu yang lama sekali, bun. aku dulu pernah nungguin simbah yang sakit aja rewel banget, padahal sakitnya 1-2 tahun aja. apalagi yang bertahun-tahun?. ujian orang memang beda-beda ya, tergantung kita mau menerima dengan ikhlas atau ga. kalo ikhlas, bisa jadi jalan ketaatan pada Allah. kalo ga, justru jadi durhaka dengan orang tua. makasih resensinya, bun. :)

    BalasHapus
  3. Baru mampir :). Bapak saya akhirnya operasi. Alhamdulillaah sekarang dalam pemulihan. Kembali diuji, terrutama ibu saya :) bapak sedang berlatih lagi berjalan, mengangkat badannya sendiri, dll. Doakan kami ya...
    Secuplik kisah bapak pernah saya tuliskan di blog saya di http://www.gudangkatakataku.blogspot.com. Maaf berantakan dan penuh ilalang. Jarang ditengok :D

    BalasHapus