Minggu, 16 November 2014

Cinta Emang Bego


Judul: Cinta Emang Bego: Meski Nggak Mapan yang Penting Tampan
Penulis: Nikma. TS
Penerbit: Moka
Tahun Terbit: 2014
Jumlah Halaman: iv + 176
ISBN: 979-795-826-4

Sinopsis:
Kuberi tahu kamu soal Febri, cowok yang gantengnya bisa bikin artis Korea langsung ingin  operasi plastik lagi. Aku tergila-gila padanya. Peduli setan sohibku naksir lagi. Aku nggak peduli status gebetanku di sekolah, nggak peduli mamaku mencak-mencak, nggak peduli brownies buatanku hangus demi cinta. Bahkan ketika gebetanku diam-diam punya rahasia, aku juga ggak peduli. Kamu pikir cintaku bego? Emang! Kamu baru tahu?




Dari judulnya saja kita sudah bisa menebak bahwa ini pasti novel komedi. Walaupun saya agak kurang sreg dengan judulnya yang pakai kata “bego,” setelah membaca isinya, well it’s fine. Nggak banyak bertaburan kata-kata kasar, kok, seperti di novel lain yang  pernah saya baca.

Dari segi usia pembaca, sebenarnya saya udah telat baca novel teenlit ini. Setelah membaca beberapa halaman, bolehlah diteruskan karena bisa bikin saya ngikik-ngikik tengah malam. Selera humor Nikma lumayan juga, lho. Cerita dengan ide dan olahan yang sederhana ini, bisa dibaca sebagai hiburan, terutama kalau pikiran sedang penat. Dijamin seger lagi.

Kelemahan novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama “Aku” salah satunya adalah saya jadi lupa nama tokoh utamanya, hehehe…. Oh ya, namanya Lintang. Tokoh-tokoh lain memanggilnya, “Tang,” bikin saya keingetan salah satu alat pertukangan :D Kenapa bukan “Lin” saja? Itu sih terserah penulisnyalah.

Lintang, cewek SMA yang sering telat ke sekolah karena selalu bangun kesiangan. Beberapa novel remaja yang lalu-lalu, banyak yang mengangkat tokoh cewek yang suka terlambat datang ke sekolah karena bangun kesiangan. Bahkan, salah satu drama Korea (jangan tanya judulnya, saya lupa!), juga membuka adegan pertamanya dengan si cewek yang  bangun kesiangan dan terlambat datang ke sekolah. Di FTV (Film Televisi) yang pernah saya tonton, juga ada adegan begitu. Jadi, memang adegan ini agak klise, tapi tak mengapa toh ini novel komedi yang bertujuan menghibur. Karena dari bangun kesiangan itulah, Lintang bertemu dengan Febri, satpam sekolahnya yang baru, yang gantengnya selangiiitt…..

Deskripsi kegantengan Febri agak kurang menempel di ingatan saya, sehingga sampai akhir pun saya masih mengira-ngira seganteng apa si Febri. Saya ingat kepada satpam di sebuah mall yang bertugas menjaga lift, yang gantengnya selangit. Waktu itu saya ketemunya pas masih SMA juga bersama rombongan teman-teman. Dan demi ketemu lagi sama satpam lift itu, kami naik turun lift terus hahahaha….. Jadi, saya bisa merasakan kegokilan Lintang yang jatuh cinta kepada satpam sekolahnya ini.

Sementara itu, di rumah Lintang, ada anak kos bernama Faundra, yang berambut dibule-bulein. Dulu Lintang naksir Faundra, tapi jadi nggak naksir lagi karena udah ketemu Febri. Diam-diam, Faundra juga naksir Lintang. Hubungan Lintang dan Febri pun makin erat setelah Febri ikut ngekos di rumah Lintang, sekamar dengan Faundra. Sejak itu, Faundra jadi dapat saingan. Deskripsi fisik Faundra malah lebih jelas, karena beberapa kali disebutkan oleh penulis, seperti rambutnya yang dicat pirang padahal kulitnya hitam dan orangnya yang nggak ganteng-ganteng amat tapi tubuhnya tinggi. Saya membayangkan cowok berambut pirang tapi berkulit hitam.

Ini beberapa humor penulis yang bikin saya ngikik sendirian:

Faundra dan Adin (adik Lintang) dipaksa mencicipi brownies buatan Linta, Adin nggak mau tapi Faundra mau.
“Gimana rasanya?” tanyaku, super-penasaran.
“Iya, gimana?” Adin terdengar penasaran juga.
“Lebih baik….” Gumam Faundra dengan mulut yang masih mengunyah brownies.
“Nggak mungkin,” gumam Adin dengan kepala menggeleng lemah, begitu dramatis.
“Benarkah?” Otomatis rona wajahku mencerah. Sudah kuduga, kueku tidak sehancur penampilannya.
“Lebih baik… kue ini nggak dimakan.” (halaman 29)

Lintang sedih karena Febri membuatnya patah hati, dia sedang menangis di loteng ketika Faundra datang.
“Tang….”
Ah, suara Faundra lagi! Aku menoleh tanpa minat. “Apa lagi?” tanyaku, sewot.
“Kamu lihat duitku yang jatuh nggak? Mungkin di sekitar sini.”
Kuputar bola mataku, mengingat koin lima ratus perak yang baru saja masuk kantongku. “Nggak.”
“Waduh, harus cari ke mana lagi, nih.” Mukanya terlihat bingung.
“Halah, cuma lima ratus. Apa sih nilainya?” protesku meremehkan.
“Bukan gitu, Tang. Aku butuh kerokan—eh, kok kamu tahu?” tanyanya curiga. (halaman 104)

Ada juga puisi buatan Lintang yang lumayan bikin ngakak,
Cinta adalah harta…
Harta adalah emas…
Emas adalah kuning…
Kuning adalah…. (halaman 122)

Lalu, bagaimana kelanjutan kisah cinta Lintang dan Febri yang digandrungi cewek-cewek se-sekolahnya? Apalagi setelah banyak barang-barang yang hilang, dan yang lebih naas, rumah Lintang kerampokan! Bagaimana pula hubungan Lintang dengan Faundra, setelah Lintang merasa walaupun Faundra itu nggak begitu cakep tapi hatinya baik?

Agaknya, Lintang mesti berpikir lagi soal prinsipnya dalam memilih cowok ini, “Meski nggak mapan, yang penting tampan.”

Menurut saya, mapan itu penting, lho! Hehehehe…..








5 komentar:

  1. Saya juga suka sense of humour nikma, seger n spontan :-) bisa bikin ketawa ngakak :-)

    BalasHapus
  2. masing masing penulis resensi punya gaya tersendiri. Jadi belajar dan belajar lagi...

    BalasHapus
  3. Saya belum baca novel ini, tapi demi membaca resensi Mbak Leyla Hana jdi ketawa beneran :D

    Jarang-jarang baca novel komedi, lebih sering nonton film/serial komedi. Jadi dapat rekomendasi penulis novel komedi yang bagus :)

    BalasHapus
  4. wow...lumayan lucu dan segar. belum pernah baca sih karya Nikma

    BalasHapus
  5. Kocak...
    Style kakLeyla Hana dalam meresensi emang gini atau ngikutin genre bukunya yang emang bikin meringis hehe? Hm lucu juga baca yang ginian..dan jangan salahkan Lintang yang lebih milih tampan daripada mapan...itu emang pemikiran yang paling jujur untuk usianya..haha

    BalasHapus