Sabtu, 03 Januari 2015

Self Driving


Judul: Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?
Penulis: Dr. Rhenald Kasali
Penerbit: Mizan
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September 2014
Jumlah Halaman: xiv+272
ISBN: 978-979-433-851-3

Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan Passenger.  Anda tinggal memilih ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan?” (halaman 6).


Beberapa waktu lalu, ada kasus seorang sarjana S2 yang ingin bunuh diri karena frustasi tidak juga mendapatkan pekerjaan. Bayangkan, Sarjana S2 kesulitan mendapatkan pekerjaan? Tentu kita tidak habis pikir. Bukankah gelar sarjana dari universitas terkemuka di Indonesia dapat menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan? Ternyata tidak. Tragisnya, pemuda sehat dan berijazah tinggi itu sempat terpikir untuk bunuh diri, sebuah pilihan yang hanya dipilih oleh orang-orang berpikiran pendek.

Sebaliknya, mari kita menengok riwayat hidup mantan Presiden Amerika, Theodore Roosevelt yang terlahir dengan penyakit bawaan asma kronis, sehingga menghambat perkembangan fisiknya. Ayahnya tak kenal lelah menempa TR menjadi pribadi yang kuat, meskipun fisiknya lemah.  Hasilnya, TR meraih prestasi gemilang di bidang militer dan politik, dan kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an. Luar biasa, bukan?

Tubuh kita ibarat kendaraan. Dalam setiap kendaraan, ada driver (pengemudi) dan passenger (penumpang). Seorang pengemudi haruslah awas, tidak boleh lengah, tidak boleh tidur, dan mengetahui arah jalan, agar mobil beserta orang yang di dalamnya dapat selamat sampai tujuan. Sebaliknya, seorang penumpang bebas melakukan apa saja karena dia tidak perlu menyetir. Dia boleh tidur, boleh tidak peduli, boleh makan dan minum selama di perjalanan, boleh menelepon atau bermain gadget, dan sebagainya. Dia tidak  bertanggungjawab terhadap kendaraan yang ditumpanginya, jadi bebas. Akan tetapi, seorang penumpang jadi tidak memiliki inisiatif karena hanya menumpang.

Sayangnya, generasi muda kita sebagian besar hanya Passenger. Mereka tidak punya inisiatif yang mumpuni untuk meraih masa depan gemilang. Banyak yang terkurung di dalam sangkar, tak berani berpikiran terbuka dan lebih memilih berada di zona nyaman. Dr. Rhenald Kasali berdasarkan pengalamannya sebagai praktisi manajemen, penulis serangkaian buku perubahan dan manajemen, serta pemimpin sebuah Social Enterprise “Rumah Perubahan” menuliskan buku ini untuk mengajak pembaca mengubah mindset yang selama ini hanya Passenger menjadi Driver. Diharapkan dengan berubahnya mindset tersebut, pembaca tidak lagi menggantungkan hidupnya kepada orang lain (lapangan pekerjaan), tetapi bisa berinovasi dalam meraih masa depan yang lebih baik. Kendarailah tubuh kita sendiri, bukan menyuruh orang lain mengendarainya.

Namun, sekadar mengendarai juga belum cukup. Pembaca juga diajak untuk menjadi Good Driver (pengendara yang baik). Ada berapa banyak kecelakaan yang diakibatkan oleh Bad Driver (pengendara yang buruk)? Banyak sekali. Maka, penulis memberikan poin-poin penting yang harus dimiliki oleh setiap driver agar menjadi good driver, diantaranya: disiplin, berani mengambil risiko, bermain untuk menang, kekuatan dari kesederhanaan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.

Penjabaran Dr. Rhenald Kasali di dalam buku ini mengenai Good Driver sangat mudah dipahami, karena menggunakan bahasa manajemen yang paling sederhana. Semakin menarik karena setiap bahasannya memasukkan contoh-contoh kasus yang terjadi di dunia nyata dan kisah-kisah yang menginspirasi. Seolah kita sedang mendengarkan seorang dosen bercerita, bukan memberikan perkuliahan. 

Penulis juga sudah membuktikan kedisiplinannya dalam menyelesaikan naskah buku ini, yang dilakukan di tengah kesibukannya. “Sebagian orang berpikir buku ini ditulis di atas meja tulis yang dilengkapi oleh alat-alat ketik modern berupa komputer dengan jadwal yang teratur. Keliru! Buku ini ditulis di sepanjang perjalanan dengan menggunakan kertas polos dan blocknotes yang saya bawa dari Jakarta dan sekitar 30 isi bolpoin uni-ball Signo yang seakan tak pernah berhenti dipakai sejak pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.” (halaman 113).

Seorang Passenger memiliki banyak alasan untuk menunda pekerjaan, seorang Driver melakukannya seketika tak peduli apa pun kendala, halangan, dan rintangan yang sedang dihadapinya. Jadi, Anda ingin menjadi Driver atau Passengger?

5 komentar:

  1. Bebrapa waktu lalu ada baca review buku ini. kayaknya buku wajib punya nih, apalagi dari penulis sekelas Rhenald Kasali :D

    BalasHapus
  2. nyimak reviewnya sekaligus belajar bikin review dari mbak leyla

    BalasHapus
  3. TFS Ela, jadi diingeti...apapun kendala kita pasti akan sampai pada tujuan jika mau berusaha terus walau dengan fasilitas seadanya :)

    BalasHapus
  4. semangat..semangat..pasti ada jalan...hosh..hosh...*nyemangati diri biar kelar naskahnya..

    BalasHapus
  5. Suka banget quote nya. Aku mau jadi driver :D

    BalasHapus