Rabu, 09 Oktober 2013

A Piece of Love in Korea

Judul: A Piece of Love in Korea
Penulis: Deasylawaty P.
Penerbit: Indiva Media Kreasi, Maret 2012
Halaman: 290

Kenapa saya membeli novel ini? Sebenarnya karena penasaran saja, kok tiba-tiba penerbit islami semacam Indiva ikut-ikutan menerbitkan novel Korea-Koreaan? Kira-kira bagaimana isi novel yang mengikuti tren arus Korea dan diterbitkan oleh penerbit islami ini? Kalau melihat kovernya, sepertiya novel ini serius. Ternyata saya salah, sodara-sodara! Ini novel yang kocak habis.  Deasylawaty ini sepertinya tergolong penulis yang bisa menulis apa saja. Kalau melihat deretan buku yang sudah diterbitkannya, sangat beragam: thriller, psiko, romance, novel anak, dan romance komedi semacam novel ini. 


Novel ini bercerita tentang "bujang lapuk" bernama Junaidi, yang suka dengan drama Korea (laki-laki, ikhwan, ternyata ada juga yang suka drama Korea ya? :D), sampai dia mengubah penulisan namanya menjadi Joon Ai Dee. Jun ini seorang mahasiswa tingkat akhir yang menyambi bekerja sebagai pekerja rental VCD, komik, majalah. Tak heran bila dia juga menyenangi dunia gamer, atau suka main game. Perpaduan yang kontras sekali untuk seorang "ikhwan" berjenggot: suka film Korea dan suka main game, hmm.. ck, ck, ck..... Well, memang ceritanya si Jun ini tipe slengean.

Sebagai sebuah novel yang setting awalnya di Solo, novel ini agak membingungkan juga karena tokoh-tokohnya menggunakan bahasa "gue-elu," dengan logat Jakarta yang kental, terutama si Jun itu. Selama pengalaman saya tinggal di Solo-Semarang, pemuda-pemuda di sana memakai bahasa Jawa dengan logat yang kental, mungkin sekarang sudah ketularan logat Jakarta kali yee.... Tidak jelas juga setting novel ini, karena di sub bab ada disebutkan, Indonesia. Jiyaaah... Indonesia kan banyak. Saya sampai membolak-balik novel ini, sebenarnya settingnya (untuk di Indonesia) ini di mana? Jakarta atau Solo? 

Setting Korea-nya justru lebih jelas, dengan penyebutan beberapa tempat di Korea, dimulai dari Bandara Incheon dan sebagainya. Cukup membuka pengetahuan saya tentang tempat-tempat di Korea. Mungkin memang fokus utamanya ya Korea itu. Ini seperti novel islami yang memaksakan diri mengikuti tren Korea, sehingga tokoh utamanya digambarkan sangat gandrung akan drama Korea. Terus terang, ini membuat saya agak aneh. Biasanya kan cewek-cewek yang gandrung dengan aktor-aktor Korea, nah ini cowok, dan ikhwan pula! :D
Bagaimana dengan isi ceritanya? Jadi, si Jun ini beruntung sekali memenangkan sayembara berwisata ke Korea! Wow! Berhubung saya belakangan ini juga suka ikut kuis, jadi rasanya mungkin saja bisa jalan-jalan ke Korea dari menang sayembara. Jun seperti ketiban pulung, bisa jalan-jalan ke negeri yang selama itu membuatnya tergila-gila. Dia memang ingin meninggalkan keluarganya di Indonesia karena selalu didesak untuk menikah (ibu dan keempat saudara perempuannya). Dia juga tak mau sering-sering melihat kemesraan Dafin dan Freya, suami istri sekaligus teman Jun, pemilik rental. Masalahnya, Jun pernah ada hati terhadap Freya (cinta segitiga, nih!)

Bagaimana perjalanan Jun ke Korea? Sampai di situ, ceritanya mulai menarik, termasuk pertemuan Jun dengan Erin, gadis Indonesia yang tinggal di Korea, yang menyimpan masa kelam. Di sini mulai ada misteri-misteri yang menghubungkan Erin dan Freya, juga gadis misterius lawan main Jun di game yang membuatnya jatuh cinta. 

Jalan cerita sih mirip-mirip dengan novel-novel islami yang sudah lebih dulu ada, jadi sudah bisa ditebak awalnya. Tapi, lumayanlah membaca novel ini membuat kita sedikit tahu tentang Korea, meskipun penulis juga mengakui bahwa dia menggali informasi mengenai Korea dari google :D Sebagai bacaan yang menghibur, bolehlah novel ini dimasukkan ke dalam list bacaan, tetapi standarnya kalah jauh dari novel penulis yang telah lebih dulu saya baca: Livor Mortis. Selamat membaca!


4 komentar:

  1. ikhwan juga manusia mbak Leyla ^^ Hmmm, sepertinya aku tidak tertarik novel ginian mbak Leyla

    BalasHapus
  2. Sampai saat ini saya belum pernah beli novel korea2an. lebih nikmat kalo nonton drama koreanya hehehe..
    kalo dilihat dari reviewnya kok saya jadi merasa novel ini dipaksa untuk mengikuti tren jaman sekarang.

    BalasHapus
  3. Aq lum kelar2 baca ini, hihihi, humor2 diawal rada garing, katanya makin ke blkg makin bagus, nantilah coba lanjut lg, lebih suka deasy nulis novel serius

    BalasHapus
  4. satu-satunya novel deasy yg udah kubca cuman livor mortis, kalau genre ini keknya kurang sreg deh....

    BalasHapus