Judul:
1000 Musim Mengejar Bintang
Penulis:
Charon
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
Halaman: 360
Tahun
Terbit: November, 2011
Sebenarnya
lebih penting mana, menulis dengan diksi melangit tapi bukunya gak habis
dibaca, atau menulis dengan diksi biasa saja bahkan sangat sederhana, tapi
bukunya bisa habis dibaca dalam waktu beberapa jam saja? Berhubung saya sedang
ikut IRC, saya beruntung bisa baca buku ini yang bisa habis dibaca dalam waktu
beberapa jam saja, meskipun jumlah halamannya lumayan tebal dan ukuran fontnya
kecil.
Ini
pertama kalinya saya membaca novel genre AMORE dari GPU, itupun karena harganya
sudah obral. Jiyaaah, ketauan deh kudet dan suka obralan. Saya berekspektasi
bakal mendapatkan adegan yang hot sebagaimana gosipnya, ternyata tidak lho.
Novel ini cukup sopan menggambarkan adegan-adegan di antara tokoh-tokohnya,
kecuali satu adegan ciuman di akhir kisah.
Saya
belum pernah mengenal nama Charon sebelumnya, jadi ini pertama kalinya juga
saya membaca novelnya walaupun dia katanya sudah pernah menulis dua novel
sebelum novel ini. Kisah ini mengingatkan saya akan novel teenlit yang saya
tulis dimulai dari usia remaja sampai dewasa. Sayangnya, kalau novel ini bisa
terbit sebagaimana aslinya, novel saya harus dipotong menjadi satu fase umur
saja (kepanjangan kalau ditulis dari remaja sampai dewasa :D).
Di
kelas 1 SMA, Laura jatuh cinta kepada Niko sejak pertama kai bertabrakan dengan
cowok itu sampai bukunya terjatuh. Adegan ini klise banget kan ya? Saya juga
pernah memasukkan adegan seperti ini ke dalam novel saya lho, saking klisenya
ini adegan hehehe…. Laura berusaha keras belajar IPA supaya bisa masuk kelas
IPA seperti Niko, sayangnya, impiannya untuk bisa sekelas dengan Niko itu baru
tercapai setelah duduk di kelas 3.
Uhuk..uhuk…
saya jadi ingat kisah cinta pertama saya pas SMA dulu. Memang benar sih, saya
juga nungguin itu cowok bertahun-tahun. Jadi wajar saja kalo ada cewek abege
yang setia nungguin gebetannya selama bertahun-tahun seperti Laura. Niko sudah
punya pacar—yang ini juga mudah ditebak. Konflik pun seputar kecemberuan Erika,
pacar Niko, terhadap Laura yang mulai mengambil hati Niko.
Jika
saja Charon tidak memasukkan unsur inspiratif ke dalam novel ini, pasti novel
ini biasa saja. Bagusnya, Charon memasukkan pesan manis, semacam keberanian
meraih mimpi. Niko, yang anak dokter, diharapkan mengikuti jejak orang tuanya,
tapi Niko justru jatuh cinta pada dunia perhiasan. Dia ingin menjadi perancang
perhiasan, sebuah profesi yang jarang diangkat oleh penulis novel. Berkat
Laura, Niko berani meraih mimpinya. Belajar tentang desain perhiasan di New
York dan magang kerja di Paris, sampai kembali ke Indonesia untuk membuka toko
perhiasan sembari mencari Laura yang hilang sejak acara kelulusan.
Namun,
tak semudah itu meraih cinta Laura. Walaupun Laura pernah dan masih mencintai
Niko, Laura tidak mau menerima cinta Niko dengan alasan tertentu. Niko harus
berjuang untuk meraih cinta Laura, yang telah menjadi seorang chef pasta andal.
Cerita pun berjalan cepat dengan suguhan banyak konflik.
Pertanyaannya,
di manakah setting cerita ini berada? Indonesia? Ya, tapi di mana? Berhubung
ada adegan Laura dan mamanya makan sayur asem, jadi saya menebak bahwa ini
mungkin di Jakarta atau Jawa Barat, tempat-tempat yang menyediakan kuliner
sayur asem, hehehe….. Setting memang kurang tergarap maksimal, seperti berada
di negeri dongeng. Ada juga kesalahan penyebutan nama, yang harusnya Luki
menjadi Niko. Keberadaan Luki yang tiba-tiba juga sempat menjadi tanda tanya,
kirain si Luki bakal jadi pacar Laura, ternyata Luki itu kakak tiri Laura. Saya
juga sempat mengira Laura itu anak di luar nikah, karena tidak punya ayah dan
mamanya seperti menyembunyikan sesuatu, ternyata bukan begitu ceritanya.
Intinya,
cerita ini cukup sopan sebagai novel dengan genre AMORE, bagi pecinta
kesederhanaan, novel ini bisa memenuhi harapan itu. Tetapi, bagi pembaca novel
rumit, tidak disarankan untuk membaca novel ini. Sebagaimana tujuan awalnya,
novel ini bisa menjadi semacam hiburan di sela kegiatan yang sibuk dan gak pingin
baca novel berat. Novel yang cukup menyisakan kesan usai membacanya.
Kalo aku, aku lebih suka novel dengan bahasa sederhana tapi manis atau lucu atau bisa bikin rileks. Belum bisa menikmati aku novel dengaan Diksi indah..(*akunya malas mikir)
BalasHapusHahaha... sama, mba, apalagi ikut IRC gini, pengen baca yg cepet selesai dibaca :D
Hapuslagi mikir pengen ikut irc tapi keder nich liat postingan mak hana , udah banyak ....salut mak...
BalasHapus