Sabtu, 22 Februari 2014

1000 Musim Mengejar Bintang


Judul: 1000 Musim Mengejar Bintang
Penulis: Charon
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 360
Tahun Terbit: November, 2011

Sebenarnya lebih penting mana, menulis dengan diksi melangit tapi bukunya gak habis dibaca, atau menulis dengan diksi biasa saja bahkan sangat sederhana, tapi bukunya bisa habis dibaca dalam waktu beberapa jam saja? Berhubung saya sedang ikut IRC, saya beruntung bisa baca buku ini yang bisa habis dibaca dalam waktu beberapa jam saja, meskipun jumlah halamannya lumayan tebal dan ukuran fontnya kecil.


Ini pertama kalinya saya membaca novel genre AMORE dari GPU, itupun karena harganya sudah obral. Jiyaaah, ketauan deh kudet dan suka obralan. Saya berekspektasi bakal mendapatkan adegan yang hot sebagaimana gosipnya, ternyata tidak lho. Novel ini cukup sopan menggambarkan adegan-adegan di antara tokoh-tokohnya, kecuali satu adegan ciuman di akhir kisah.

Saya belum pernah mengenal nama Charon sebelumnya, jadi ini pertama kalinya juga saya membaca novelnya walaupun dia katanya sudah pernah menulis dua novel sebelum novel ini. Kisah ini mengingatkan saya akan novel teenlit yang saya tulis dimulai dari usia remaja sampai dewasa. Sayangnya, kalau novel ini bisa terbit sebagaimana aslinya, novel saya harus dipotong menjadi satu fase umur saja (kepanjangan kalau ditulis dari remaja sampai dewasa :D).

Di kelas 1 SMA, Laura jatuh cinta kepada Niko sejak pertama kai bertabrakan dengan cowok itu sampai bukunya terjatuh. Adegan ini klise banget kan ya? Saya juga pernah memasukkan adegan seperti ini ke dalam novel saya lho, saking klisenya ini adegan hehehe…. Laura berusaha keras belajar IPA supaya bisa masuk kelas IPA seperti Niko, sayangnya, impiannya untuk bisa sekelas dengan Niko itu baru tercapai setelah duduk di kelas 3.

Uhuk..uhuk… saya jadi ingat kisah cinta pertama saya pas SMA dulu. Memang benar sih, saya juga nungguin itu cowok bertahun-tahun. Jadi wajar saja kalo ada cewek abege yang setia nungguin gebetannya selama bertahun-tahun seperti Laura. Niko sudah punya pacar—yang ini juga mudah ditebak. Konflik pun seputar kecemberuan Erika, pacar Niko, terhadap Laura yang mulai mengambil hati Niko.

Jika saja Charon tidak memasukkan unsur inspiratif ke dalam novel ini, pasti novel ini biasa saja. Bagusnya, Charon memasukkan pesan manis, semacam keberanian meraih mimpi. Niko, yang anak dokter, diharapkan mengikuti jejak orang tuanya, tapi Niko justru jatuh cinta pada dunia perhiasan. Dia ingin menjadi perancang perhiasan, sebuah profesi yang jarang diangkat oleh penulis novel. Berkat Laura, Niko berani meraih mimpinya. Belajar tentang desain perhiasan di New York dan magang kerja di Paris, sampai kembali ke Indonesia untuk membuka toko perhiasan sembari mencari Laura yang hilang sejak acara kelulusan.

Namun, tak semudah itu meraih cinta Laura. Walaupun Laura pernah dan masih mencintai Niko, Laura tidak mau menerima cinta Niko dengan alasan tertentu. Niko harus berjuang untuk meraih cinta Laura, yang telah menjadi seorang chef pasta andal. Cerita pun berjalan cepat dengan suguhan banyak konflik.

Pertanyaannya, di manakah setting cerita ini berada? Indonesia? Ya, tapi di mana? Berhubung ada adegan Laura dan mamanya makan sayur asem, jadi saya menebak bahwa ini mungkin di Jakarta atau Jawa Barat, tempat-tempat yang menyediakan kuliner sayur asem, hehehe….. Setting memang kurang tergarap maksimal, seperti berada di negeri dongeng. Ada juga kesalahan penyebutan nama, yang harusnya Luki menjadi Niko. Keberadaan Luki yang tiba-tiba juga sempat menjadi tanda tanya, kirain si Luki bakal jadi pacar Laura, ternyata Luki itu kakak tiri Laura. Saya juga sempat mengira Laura itu anak di luar nikah, karena tidak punya ayah dan mamanya seperti menyembunyikan sesuatu, ternyata bukan begitu ceritanya.

Intinya, cerita ini cukup sopan sebagai novel dengan genre AMORE, bagi pecinta kesederhanaan, novel ini bisa memenuhi harapan itu. Tetapi, bagi pembaca novel rumit, tidak disarankan untuk membaca novel ini. Sebagaimana tujuan awalnya, novel ini bisa menjadi semacam hiburan di sela kegiatan yang sibuk dan gak pingin baca novel berat. Novel yang cukup menyisakan kesan usai membacanya. 

3 komentar:

  1. Kalo aku, aku lebih suka novel dengan bahasa sederhana tapi manis atau lucu atau bisa bikin rileks. Belum bisa menikmati aku novel dengaan Diksi indah..(*akunya malas mikir)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... sama, mba, apalagi ikut IRC gini, pengen baca yg cepet selesai dibaca :D

      Hapus
  2. lagi mikir pengen ikut irc tapi keder nich liat postingan mak hana , udah banyak ....salut mak...

    BalasHapus