Jumat, 05 September 2014

TwiRies: The Freaky Twins Diaries, Diary si Kembar


Judul: TwiRies, The Freaky Twins Diaries
Penulis: Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki
Penerbit: de TEENS
Tahun Terbit: Mei 2014
Jumlah Halaman: 303 halaman
ISBN: 978-602-255-577-3

Bagaimana rasanya menjadi anak kembar? Apakah mereka memiliki perasaan yang sama? Apakah mereka harus jatuh cinta kepada orang yang sama? Apakah mereka memiliki golongan darah yang sama?

Berbagai pertanyaan kerap mendatangi para anak kembar di seluruh dunia, karena keunikan mereka. Dalam satu kawasan, belum tentu ada anak kembar karena mereka itu memang makhluk yang langka. Tak heran jika banyak orang tua yang sangat ingin memiliki anak kembar, dan tentu saja itu bukan hal yang mudah. Buku “TwiRies: The Freaky Twins Diaries” berisi kisah pengalaman kedua penulisnya: Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki yang merupakan anak kembar.


Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki adalah dua penulis muda yang telah menerbitkan beberapa novel dalam waktu nyaris bersamaan.  Banyak penggemar mereka yang kecele, sering salah menyebut nama. Ada yang  mengira Eva itu Evi, ada pula yang salah menyebut Evi sebagai Eva. Barangkali itulah alasan keduanya untuk menulis buku bersama yang akan menjelaskan tentang rahasia kekembaran mereka.

Buku bergenre Personal Literature ini menceritakan sekelumit pengalaman Eva dan Evi sebagai anak kembar yang banyak dihadang beragam pertanyaan oleh orang-orang di sekitarnya.  Ditulis dengan bahasa sehari-hari dan menghibur, buku ini cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan kita mengenai rahasia anak kembar, misalnya: apa saja perbedaan mereka dan bagaimana cara membedakannya, apakah mereka suka bertengkar, yang mana kakaknya dan yang mana adiknya, bahkan sampai ke pertanyaan apakah mereka bisa bertelepati.

“Cara yang paling ampuh membedakan kami dari penampilan fisik adalah dengan memperhatikan warna kulit. Eva memiliki kulit berwarna putih kemerahan, kalau Evi kulitnya berwarna putih belang-belang. Jangan heran! Sejak kecil, Evi memang lebih suka bermain di luar ruangan.” (halaman 29)

Di antara semua perbedaan mereka, ternyata ada satu persamaan yang sangat kentara setelah dewasa: keduanya sama-sama suka menulis! Mereka bisa begadang bersama-sama untuk menulis dan mengikuti kompetisi menulis. Rupanya, aura persaingan pun teramat kental melingkupi keduanya. Ketika salah satunya memenangkan lomba menulis, yang satunya lagi akan cemberut tak senang, walaupun tetap mengucapkan selamat. Uniknya, satu sama lain bisa “membaca” kemenangan kembarannya, tapi tak akan diungkapkan bila belum pengumuman pemenang.

Selain gaya bahasa yang menghibur, di beberapa halaman juga diselipkan ilustrasi berupa komik yang lucu. Penggunaan font yang enak dilihat juga memudahkan pembaca dalam menikmati cerita. Beberapa pesan disisipkan oleh kedua penulis, agar tak membanding-bandingkan mereka karena mereka adalah individu yang berbeda.

“Melalui buku ini, kami bukan ingin memberi label istimewa pada diri kami. Tapi justru sebaliknya. Kami ingin mengatakan bahwa kami sama saja dengan yang lain. Kami ingin dilihat sebagai individu, bukan paket lengkap.” (halaman 270)

Ada beberapa tambahan di belakang buku, yang semakin melengkapi isi buku, yaitu surat cinta Eva untuk Evi dan sebaliknya, cerita di balik penulisan buku ini, dan komentar teman-teman dekat mengenai pengalaman berinteraksi dengan si kembar. Buku yang menarik dan menambah pengetahuan kita mengenai anak kembar, terutama bila di sekitar kita terdapat orang-orang yang terlahir kembar.

Saya hanya ingin usul, bagaimana jika bukunya berjudul: TwiRies: Diary si Kembar? Saya rasa masih banyak yang belum bisa berbahasa Inggris dengan baik dan agak sulit melafalkan "The Freaky Twins Diaries," hehehe.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar