Judul:
TwiRies, The Freaky Twins Diaries
Penulis:
Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki
Penerbit:
de TEENS
Tahun
Terbit: Mei 2014
Jumlah
Halaman: 303 halaman
ISBN:
978-602-255-577-3
Bagaimana
rasanya menjadi anak kembar? Apakah mereka memiliki perasaan yang sama? Apakah
mereka harus jatuh cinta kepada orang yang sama? Apakah mereka memiliki
golongan darah yang sama?
Berbagai
pertanyaan kerap mendatangi para anak kembar di seluruh dunia, karena keunikan
mereka. Dalam satu kawasan, belum tentu ada anak kembar karena mereka itu
memang makhluk yang langka. Tak heran jika banyak orang tua yang sangat ingin
memiliki anak kembar, dan tentu saja itu bukan hal yang mudah. Buku “TwiRies:
The Freaky Twins Diaries” berisi kisah pengalaman kedua penulisnya: Eva Sri
Rahayu dan Evi Sri Rezeki yang merupakan anak kembar.
Eva
Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki adalah dua penulis muda yang telah menerbitkan
beberapa novel dalam waktu nyaris bersamaan.
Banyak penggemar mereka yang kecele, sering salah menyebut nama. Ada
yang mengira Eva itu Evi, ada pula yang
salah menyebut Evi sebagai Eva. Barangkali itulah alasan keduanya untuk menulis
buku bersama yang akan menjelaskan tentang rahasia kekembaran mereka.
Buku
bergenre Personal Literature ini menceritakan sekelumit pengalaman Eva dan Evi
sebagai anak kembar yang banyak dihadang beragam pertanyaan oleh orang-orang di
sekitarnya. Ditulis dengan bahasa
sehari-hari dan menghibur, buku ini cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan kita
mengenai rahasia anak kembar, misalnya: apa saja perbedaan mereka dan bagaimana
cara membedakannya, apakah mereka suka bertengkar, yang mana kakaknya dan yang
mana adiknya, bahkan sampai ke pertanyaan apakah mereka bisa bertelepati.
“Cara
yang paling ampuh membedakan kami dari penampilan fisik adalah dengan
memperhatikan warna kulit. Eva memiliki kulit berwarna putih kemerahan, kalau
Evi kulitnya berwarna putih belang-belang. Jangan heran! Sejak kecil, Evi
memang lebih suka bermain di luar ruangan.” (halaman 29)
Di
antara semua perbedaan mereka, ternyata ada satu persamaan yang sangat kentara
setelah dewasa: keduanya sama-sama suka menulis! Mereka bisa begadang
bersama-sama untuk menulis dan mengikuti kompetisi menulis. Rupanya, aura
persaingan pun teramat kental melingkupi keduanya. Ketika salah satunya
memenangkan lomba menulis, yang satunya lagi akan cemberut tak senang, walaupun
tetap mengucapkan selamat. Uniknya, satu sama lain bisa “membaca” kemenangan
kembarannya, tapi tak akan diungkapkan bila belum pengumuman pemenang.
Selain
gaya bahasa yang menghibur, di beberapa halaman juga diselipkan ilustrasi
berupa komik yang lucu. Penggunaan font yang enak dilihat juga memudahkan
pembaca dalam menikmati cerita. Beberapa pesan disisipkan oleh kedua penulis,
agar tak membanding-bandingkan mereka karena mereka adalah individu yang
berbeda.
“Melalui
buku ini, kami bukan ingin memberi label istimewa pada diri kami. Tapi justru
sebaliknya. Kami ingin mengatakan bahwa kami sama saja dengan yang lain. Kami
ingin dilihat sebagai individu, bukan paket lengkap.” (halaman 270)
Ada
beberapa tambahan di belakang buku, yang semakin melengkapi isi buku, yaitu
surat cinta Eva untuk Evi dan sebaliknya, cerita di balik penulisan buku ini,
dan komentar teman-teman dekat mengenai pengalaman berinteraksi dengan si
kembar. Buku yang menarik dan menambah pengetahuan kita mengenai anak kembar,
terutama bila di sekitar kita terdapat orang-orang yang terlahir kembar.
Saya hanya ingin usul, bagaimana jika bukunya berjudul: TwiRies: Diary si Kembar? Saya rasa masih banyak yang belum bisa berbahasa Inggris dengan baik dan agak sulit melafalkan "The Freaky Twins Diaries," hehehe.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar