Selasa, 03 Februari 2015

Anakku, Surgaku


Judul: Anakku Surgaku, Menumbuhkan Karakter dengan Cinta
Penulis: Hawari Aka
Penerbit: Langit Media
Tahun Terbit: Cetakan I, Februari 2013
Jumlah Halaman: xxix + 92
ISBN: 978-602-18740-2-8

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan oleh kasus seorang anak yang menggantung diri di dalam lemari kamarnya. Anak itu adalah korban keluarga berantakan, kedua orangtuanya bercerai dan meninggalkan sang anak di  bawah pengasuhan nenek dan tantenya. Diduga, anak itu merasa diabaikan, dicampakkan, dan  haus kasih sayang. Kabar lain yang beredar, anak itu suka membaca komik manga (komik Jepang) yang isinya mengandung kekerasan dan ajakan untuk bunuh diri. Pada kasus tersebut, ada yang menyalahkan orangtuanya, ada yang menyalahkan komik manganya. Tetapi, kalau mau dipikir dengan jernih, yang salah memang orangtuanya. Jika si anak itu membaca komik manga, dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli komik tersebut dan mengapa orangtua tidak mengawasinya agar tidak membaca komik tersebut? Sudah tentu, orangtuanya tidak dapat mengawasinya karena anak itu tidak tinggal bersama orangtuanya akibat dampak perceraian.


Menjadi orangtua itu tidak berhenti sampai si anak dilahirkan. Orangtua wajib mendampingi, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya sehingga memiliki bekal-bekal menjadi manusia yang beriman dan bermanfaat bagi dirinya sendiri, orang lain, dan agamanya. Pendidikan tidak cukup hanya diberikan oleh pihak sekolah. Jangan karena orangtua memiliki banyak uang, lalu cukup memasukkan anak ke sekolah favorit yang biayanya selangit. Orangtua tetap memiliki andil dalam mendidik anak. Bagaimana menghasilkan anak yang cerdas dunia akhirat? Hawari Aka dalam buku ini menuliskan tentang pentingnya pendidikan karakter terhadap anak-anak kita.

Sejak kecil, orangtua harus menanamkan karakter positif kepada anak-anaknya. Ada tiga pintu untuk memasukinya: mengasuh dengan cinta, cinta yang menghidupkan karakter, dan nasihat penuh cinta. Penulis mengambil kisah-kisah keteladanan Rasulullah Saw dan orang-orang saleh dalam mendidik anak, yang terbukti menghasilkan anak-anak yang cerdas, tak hanya di dunia tapi juga akhirat. Kita banyak menemukan orang-orang sukses di dunia, tapi kosong jiwanya karena dia tidak memikirkan akhirat. Alangkah ruginya orang-orang yang hanya cerdas untuk urusan dunia, tapi bodoh untuk urusan akhirat.

Pada pintu pertama, mengasuh dengan cinta, penulis menjabarkan pengasuhan-pengasuhan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan orang-orang saleh terhadap anak-anak mereka. Sejak pertama mengandung seorang anak, seorang ibu harus ikhlas, tidak merasa terbebani dengan kehadiran anak-anaknya. Kemudian, anak-anak diberikan nama yang baik agar mereka termotivasi melakukan kebaikan sesuai nama yang diberikan.  Dan tentu saja, orangtua harus memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya, tak sekadar memberikan uang dan fasilitas. Ada orangtua yang sibuk bekerja dengan dalih mencari uang, toh uang itu untuk anak-anak juga. Padahal, anak-anak tak hanya butuh uang. Mereka butuh perhatian dan kasih sayang orangtuanya.

Rasulullah Saw telah mencontohkan bagaimana beliau sangat menyayangi anak, dari mulai menggendong, mencium, hingga bermain kuda-kudaan di atas punggungnya. Anak-anak senang bermain dengan orangtuanya, apakah orangtua sudah menyisihkan waktu untuk bermain dengan anak-anaknya? Rasulullah Saw bersabda, “barangsiapa  membuat senang hati anak kecil dari keturunannya sehingga ia menjadi senang, maka Allah akan menjadikan dia senang di hari kiamat sampai orangtua itu senang.”

Bahasan pada pintu pertama ini memang lebih banyak daripada pintu kedua dan ketiga, karena pintu pertama inilah kunci utama pembentukan karakter anak. Mendidik anak memang bukan hal yang mudah, coba tanyakan kepada orangtua yang sudah memiliki anak. Hadist Rasulullah Saw berikut ini dapat dijadikan motivasi untuk orangtua dalam mendidik anak-anaknya, “Sesungguhnya di surga terdapat kedudukan yang tidak bisa dicapai kecuali tiga jenis orang, yaitu imam yang adil, orang yang menjaga silaturahmi, dan orangtua yang sabar mengasuh anak-anaknya.” (HR. Ad. Dailani dari Abu Hurairah)

Subhanallah, betapa mulia kedudukan orangtua yang sabar dalam mengasuh anak-anaknya. Di pintu kedua, penulis memberikan kisah-kisah keberhasilan orangtua dalam mendidik anak-anaknya, sehingga anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang sukses meskipun berada dalam kekurangan. Sebut saja Gola Gong, salah seorang penulis terkenal di Indonesia yang hanya memiliki satu tangan, tapi dia dapat menjadi penulis dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi berkat motivasi cinta dari orangtuanya. Terakhir, di pintu ketiga, penulis memasukkan nasihat-nasihat Lukman Al Hakim dan Umar bin Abdul Aziz kepada anak-anaknya yang membentuk anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang sukses dunia akhirat.

Lukman Al Hakim adalah seorang hamba sahaya biasa, tapi namanya diabadikan dalam Al Quran karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Bacalah Al Quran surat Lukman untuk mengetahui nasihat-nasihat apa yang diberikan Lukman kepada anak-anaknya. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz adalah salah seorang khalifah Islam yang terkenal kejujurannya. Beliau tidak mau makan dari uang negara dan saat pensiun pun tidak mau megambil sedikit pun kekayaan negara untuk dirinya maupun keluarganya.

Setelah membaca buku ini, setiap orangtua akan menyadari kekurangan-kekurangannya dalam mendidik anak. Terutama adalah, jangan beranggapan bahwa harta dapat membeli kebahagiaan anak-anak. Orangtua bekerja keras dengan dalih membahagiakan anak, tapi yang terjadi malah menciptakan anak-anak yang lemah mentalnya dan kalah oleh dunia, karena terlalu mendewakan harta. Terbukti, anak-anak yang sukses dan berkarakter kuat itu dibentuk oleh orangtua yang hidup sederhana tapi memiliki karakter positif. Harta hanyalah sarana, bukan tujuan. Sudah siapkah kita untuk mendidik anak-anak agar sukses di dunia dan di akhirat?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar