Judul:
Ramuan Drama Cinta
Penulis:
Clara Ng
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: Juni, 2011
Jumlah
Halaman: 272
ISBN:
978-979-22-7198-0
Bagian
kedua dari Trilogi keluarga penyihir Raya ini lebih lucu daripada bagian
pertama. Kali ini, dua penyihir jahat: Aura dan Gus, menyebarkan butiran sihir
kepada Samudra dan Zea sehingga keduanya jatuh cinta. Samudra, lelaki setengah
baya yang sudah 10 tahun ditinggal mati oleh istrinya, mendadak jatuh cinta
kepada Aura, gadis seusia anak keduanya, Oriza. Bahkan, Aura ini musuh besar
Oriza, terutama dalam memperebutkan Xander, tunangan Oriza. Tak disangka, Aura
juga jatuh cinta kepada Samudra, dan hendak membantu Strawberry, sahabatnya,
dalam merebut cinta Xander.
Zea,
anak pertama Samudra, seorang dokter hewan yang suka memasak, yang tidak mau
menikah seumur hidupnya, tiba-tiba jatuh cinta kepada Gus. Mereka berencana
akan menikah. Jadi, ada dua rencana pernikahan di dalam keluarga Samudra: Zea
dan Gus, Samudra dan Aura. Oriza berusaha mati-matian menghalangi rencana
pernikahan itu, karena baginya tidak masuk akal. Yang lebih mengejutkan, Sola,
adik perempuan Oriza, jatuh cinta kepada Oriza! Sola berusaha menepis
perasaannya, karena baginya itu sangat aneh. Dia bukan lesbian, tapi kenapa dia
begitu bernafsu setiap melihat Oriza.
Kunci
kekacauan itu adalah ramuan drama cinta yang disebar oleh Aura dan Xander
berusaha mencari cara untuk menangkal ramuan itu. Xander sendiri mendadak diPHK
dari kantornya, sehingga terpaksa melamar pekerjaan sebagai penjinak binatang
di kebung binatang. Ternyata dia bertemu dengan Tsungta, penyihir dari Pulau
Varaiya, yang pernah menyanderanya! Tsungta juga butuh pekerjaan supaya bisa
kencan dengan Nuna. Nuna terpaksa menerima tawaran Tsungta untuk kencan, karena
sudah terdesak untuk menikah. Interaksi antara Xander dan Tsungta, dapat
memancing gelak tawa. Bagaimana keduanya berusaha menaklukkan hewan-hewan yang
lepas, dari kera ganas, anaconda, sampai angsa langka.
Bagaimana
dengan Pax, teman Xander yang ternyata menyimpan dendam terhadap Xander? Pax
berusaha merebut Oriza dari Xander agar Xander menderita. Pax juga sudah
melipatgandakan kekuatan sihirnya untuk mengalahkan Xander. Wuih, semakin seru
saja menikmati petualangan sihir mereka. Intinya, bagian kedua dari novel
keluarga Raya ini memang lebih seru dan lucu.
Faktor
kebetulan belum bisa dilepaskan dari novel ini. Para tokohnya tiba-tiba bertemu
di suatu tempat secara kebetulan, seakan-akan jarak rumah mereka satu sama lain
saling berdekatan. Misalnya saja adegan ini:
“Matahari
sudah tinggi di langit. Strawberi berjalan pulang dari pasar. Tumpukan sayur
dan belanjaan sudah ditaruh di bajaj dan Nenek Gray ada di dalam bajaj itu.
Strawberry tidak pernah memilih pulang dengan ojek. Dia lebih suka jalan kaki
sendirian. Di belokan jalan, mendadak dia melihat Nuna sedang duduk di warung,
menyedot the botol. Motornya parkir di pinggir jalan. Gadis itu duduk di kursi
memandang ke arah jalanan yang berdebu dan kering. Angin membelai rambutnya
yang panjang.” (halaman 84)
Adegan-adegan
di dalam novel ini mengingatkan saya pada film-film petualangan Hollywood. Baik
itu jalan cerita maupun tokoh-tokohnya. Sebagai novel yang ditujukan untuk
menghibur, novel ini sudah berhasil mencapai tujuannya. Novel yang ringan,
lucu, dan seru.
Namun, setelah membaca dua novel dari trilogi penyihir Raya ini, saya jadi hilang ekspekstasi terhadap Clara Ng. Sebagai penulis yang senior, kualitas tulisannya masih terkesan biasa-biasa saja. Diksinya juga biasa. Seolah menghilangkan anggapan bahwa karya Clara Ng selalu berkualitas mumpuni. Barangkali, novel ini termasuk novel kejar tayang sehingga digarap seadanya dan tujuannya benar-benar hanya menghibur. Ini berarti, nama penulis tidak menjamin kualitas karya :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar