Jumat, 17 Januari 2014

BETANG: Meraup Motivasi dari Belakang Rumah Betang


Judul: Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam
Penulis: Shabrina Ws
Penerbit: Quanta, Elex Media
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 183

Di belakang rumah Betang itu, Danum dan Dehen pernah bertanding mengayuh dayung menjelajahi sungai Barito. Belakangan, Dehen menjadi atlet Dayung Nasional, sementara Danum baru hendak merintis ke sana setelah berhasil mengatasi rintangan dari diri sendiri. Danum belum pernah lolos seleksi Pelatda, ketika akhirnya dia lolos, dia harus mengorbankan banyak hal untuk bisa menggapai cita-citanya. Termasuk melewatkan momen-momen terakhir bersama kakeknya.


Novel yang unik, mengambil ide cerita yang tidak biasa. Belum pernah ada novel yang mengangkat cerita tentang atlit Dayung. Olahraga Dayung tidaklah sepopuler bulutangkis atau sepakbola, mungkin karena tidak semua daerah bisa mempraktekkannya. Latar Dayak menyajikan nama-nama yang tidak familiar: Danum, Dehen, Arba, Marlin, Sallie, dan panggilan untuk kakek Danum: Kai. Seperti biasa, Shabrina Ws mengangkat tema lokalitas yang kental, jauh dari yang biasa diangkat penulis kebanyakan.

Taburan kalimat motivasi mewarnai sebagian besar novel ini. Novel dengan sasaran pembaca remaja ini, ingin mengajak para remaja untuk berjuang meraih cita-cita dan tidak menyerah ketika kalah.

Tak masalah kamu duduk di haluan atau buritan, asal kamu tetap menggerakkan dayungmu.” (halaman 9)
“Karena pertandingan, tidak melulu tentang kalah dan menang.” (halaman 18)
“Kalah itu perlu, agar kautahu dunia bukan milikmu.” (halaman 52).

Selain berjuang memenangkan pertandingan dayung, Danum juga harus berjuang mengatasi hambatan-hambatan yang berkaitan dengan perasaan. Ayahnya yang pernah dipenjara dan meninggalkannya selama bertahun-tahun, tiba-tiba datang lagi ke hadapannya. Sanggupkah dia memberikan maaf kepada lelaki yang tak pernah bertanggungjawab terhadap hidupnya itu?

Hubungan masa kecilnya dengan Dehen rupanya terbawa sampai remaja. Dia melihat Dehen menjalin hubungan dekat dengan Sallie, dan tak dapat menampik bahwa dia memiliki rasa kehilangan. Meskipun Arba sudah mengingatkan bahwa dunia nyata tidak seperti dongeng. Hubungan masa kecilnya bersama Dehen belum tentu terulang lagi saat dewasa.

Shabrina Ws menganyam kalimat-kalimat di dalam novel ini dengan manis, pilihan kata yang puitis dan romantis, diselingi dengan kata-kata motivasi. Sesuai dengan labelnya: Novel Islami, novel ini pun membawa nilai-nilai islami, diantaranya tekad Danum untuk tetap memakai hijab sekalipun dia telah menjadi atlit dayung dan keteguhannya untuk tidak mau berhubungan dekat dengan lelaki manapun sebelum menikah.

“Kita tak pernah punya apa-apa. Bahkan diri kita bukan milik kita. Semua yang ada pada diri kita hanya sekadar titipan-Nya dan akan kembali kepada-Nya.” (halaman 131)

Dimuat di Nabawia.com

2 komentar:

  1. unik ya, Mbak.. pilihan mbak Shabrina pada olahraga dayung..
    patut diacungi jempol.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, makanya lama nulisnya karena mikirnya lama :D

      Hapus