Kamis, 09 Januari 2014

Reisha si Pengusaha Cilik: Mendidik Anak Menjadi Pengusaha


Judul: Reisha Si Pengusaha Cilik
Penulis: Marisa Agustina
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2013
ISBN: 9786021614037             
Jumlah Halaman: 128 Halaman

“Lihat ini, Ma! Daganganku habis, ludes. Laris manis!” Reisha menyorongkan sebuah wadah plastik bening berbentuk kotak yang kosong ke hadapan mamanya. (halaman 8).

Bagaimana jika suatu hari anak Anda datang ke hadapan Anda dan mengabarkan bahwa dagangannya laris manis? Sukakah Anda—sebagai orang tua—melihat anaknya menjadi pedagang yang sukses? Di dalam novel ini, ibunda Reisha begitu bahagia melihat semangat Reisha berwirausaha. Beliau bahkan mendukung anaknya menjadi pengusaha sejak kecil. Ya, Reisha masih duduk di bangku sekolah dasar, tetapi sudah berani memulai menjadi pengusaha!


Coba tanyakan kepada anak-anak, bila sudah besar mau jadi apa? Sebagian besar pasti menjawab ingin menjadi dokter. Memang tak ada yang salah dengan cita-cita menjadi dokter, tetapi bukankah di dunia ini ada banyak profesi lain yang bisa dibanggakan? Menjadi pengusaha, misalnya. Profesi pengusaha memang terdengar meyakinkan, tetapi bila dihadapkan pada kenyataan bahwa pengusaha itu adalah “tukang bakso, tukang siomay, tukang kue, dan tukang jualan lainnya,” apakah anak-anak akan tetap memilih cita-cita menjadi pengusaha? Orang tua pun cenderung mengarahkan anak-anaknya menjadi pegawai kantoran, terutama PNS (Pegawai Negeri Sipil), ketimbang pengusaha, karena dianggap lebih menjanjikan, mendapatkan tunjangan pensiun, dan bisa hidup dengan aman dan nyaman. Sedangkan menjadi pengusaha lebih berisiko karena keuntungan yang didapatkan naik turun dan bahkan berpeluang besar mengalami kebangkrutan.

Padahal, profesi pengusaha adalah profesi yang paling dekat dengan keseharian dan lebih mudah dijangkau oleh kita. Bayangkan bila kita mengarahkan anak-anak menjadi PNS, mereka harus bersaing dengan ratusan ribu orang untuk memperebutkan puluhan kursi PNS, dan ujung-ujungnya menghalalkan segala cara, termasuk suap yang menjadi bibit korupsi. Lain halnya bila anak-anak dididik untuk menjadi pengusaha. Mereka akan belajar mengasah mental mendirikan usaha sendiri, kreatif dan inovatif, serta tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi pengusaha tidak perlu menunggu lulus kuliah dulu, bahkan bisa dimulai sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sebagaimana yang dilakukan oleh Reisha, tokoh utama di dalam novel anak ini. Reisha belajar menjadi pengusaha karena sering menemani bundanya berbelanja peralatan merajut dari toko milik si Engkoh di pasar. Reisha pun meminta dibuatkan pudding cokelat, untuk kemudian dijual kepada teman-teman sekelasnya.

Setelah baca Reisha, jadi pingin jualan kue juga :D
Bundanya kaget mengetahui putri semata wayangnya berhasil menjual lima belas cup pudding cokelat buatannya. Esok harinya, Reisha minta dibikinkan lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Hebatnya, pudding-puding itu kembali laris manis karena rasanya enak dan disukai anak-anak. Reisha semakin menikmati pekerjaan sampingannya sebagai penjual pudding. Dia bercita-cita ingin keliling dunia dari hasil penjualan pudingnya. Sayangnya, ada seorang teman sekelasnya, Agil, yang tidak menyukai sepak terjangnya berjualan. Agil pun mengikuti jejak Reisha, berjualan mainan, yang cukup membuat Reisha kehilangan beberapa pelanggan. Bagaimanakah persaingan dagang antara Reisha dan Agil? Apa hukuman dari Kepala Sekolah yang memergoki keduanya berjualan di sekolah?

Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna oleh anak-anak, karena memang ditujukan untuk anak-anak. Para Ayah dan Bunda dapat membacakan buku ini kepada anak-anaknya. Anak-anak yang sudah membaca, bisa membacanya sendiri. Buku ini sarat pendidikan untuk anak-anak, bekal menjadi pengusaha cilik, dan mengajari anak-anak untuk berani  berbisnis sejak kecil. Apabila anak-anak sudah memiliki mental wirausaha sejak kecil, kelak mereka akan berani menciptakan lapangan kerja sendiri dan dengan begitu meminimalisir jumlah pengangguran di Indonesia. Reisha mengajarkan teman-teman sebayanya untuk menjadi pengusaha cilik, diantara pesan yang disampaikan adalah: berani berdagang, ramah terhadap pembeli, memberikan harga promosi pada awal memulai usaha, memberikan diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak, menciptakan produk yang bervariasi untuk mencegah kebosanan, tidak takut menghadapi persaingan bisnis, dan menyisihkan sebagian keuntungan untuk bersedekah.

Selain mendidik anak untuk menjadi pengusaha, di dalam buku ini juga diceritakan semangat berbagi yang dilakukan Reisha kepada orang lain, misalnya kepada nenek pemulung yang ditemuinya sepulang sekolah. Reisha bahkan memberikan pudingnya kepada Agil, teman yang sangat membencinya dan menjadi pesaing bisnisnya. Reisha tidak takut pelanggannya direbut oleh Agil, karena rezeki tidak akan tertukar. Buku yang sarat pesan moral ini sangat direkomendasikan untuk dibacakan kepada anak-anak.

Yuk, teman-teman, kita baca Reisha!
“Tidak ada yang tidak sibuk hari itu di Sekolah Dasar Masa Depan Bangsa. Semua anak bersukacita melakukan kegiatan baru itu. Mereka tidak menyangka ternyata berjualan itu sungguh mengasyikkan dan membuat mereka belajar. Belajar berwirausaha, belajar berhitung, belajar jujur, bahkan belajar bersosialisasi dengan masyarakat.” (halaman 120).

Catatan: Dimuat di Nabawia.com

2 komentar:

  1. buku yang ini kok belum masuk di salemba tegal ya? nungguin :(

    BalasHapus
  2. Pingin beliin buku ini buat anakku, tapi belum masuk kotaku juga.. nanti ah, nunggu IBF aja, skalian berburu diskon.. :)

    BalasHapus