Judul:
Postcard from Neverland
Penulis:
Rina Suryakusuma
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: Agustus 2010
Jumlah
Halaman: 280 halaman
ISBN: 978-979-22-5698-7
Sinopsis:
Hidup identik dengan kesulitan. Paling
tidak, itulah yang dialami Ami Siswoyo. Gadis cantik, single, muda, tapi dari
keluarga kurang mampu. Ami terpaksa putus kuliah di tengah jalan, bekerja
sebagai pelayan kafe, dilecehkan dan ditawar-tawar seperti barang. Sampai pada
suatu kesempatan, Ami bekerja sebagai pelayan di tempat Joshua Leinard,
ekspatriat. Keduanya jatuh cinta, dengan perbedaan usia yang amat jauh (23
tahun), plus status Joshua yang duda beranak satu, sanggupkah mereka melewati
halangan dan rintangan yang menghadang?
Ketika
novel yang tidak terlalu tebal ini selesai saya baca, kenapa kok saya merasa
sudah pernah membacanya ya? Iya, rasanya saya pernah membaca novel romantis
yang ceritanya mirip dengan cerita novel ini. Barangkali ini hanya perasaan
saya saja, tapi memang sebuah cerita hanya berupa pengulangan dari cerita yang
sudah ada. Entah cerita yang mana yang muncul lebih dulu.
Ekspektasi
saya yang tinggi terhadap genre Amore agaknya termentahkan lagi usai membaca
novel ini, karena pengolahan diksi dan settingnya biasa saja. Seperti yang
dikatakan teman saya, yang paling penting dari novel Amore adalah “rasa manis”
yang ditinggalkannya. Jadi, kesan romantisnya harus “dapet.” Nah, kalau soal
itu, novel ini memang berhasil memunculkan sisi romantis. Hubungan chemistry antara Ami Siswoyo dan Joshua
Leinhard sangat terasa, bahkan mirip dengan Harlequin versi lokal. Bagi yang
belum cukup umum, sebaiknya tidak membaca buku ini ya….
Ami
Siswoyo, satu-satunya kelebihannya adalah “Cantik.” Sebenarnya dia anak seorang
calon Profesor, tapi ayahnya meninggal saat sedang menempuh pendidikan S3 di
Jerman. Ami terpaksa harus berhenti kuliah demi kelanjutan sekolah adiknya.
Ibunya, seorang ibu rumah tangga tulen yag tak bisa mencari uang, jadi kondisi
keuangan mereka amat bergantung kepada Ami. Secara genetis, Ami itu cerdas,
sayang ia tak dapat melanjutan kuliahnya. Kecantikannya bak pisau bermata dua. Di
satu sisi menguntungkan, di sisi lain merugikan. Dia kerap mengalami pelecehan
seksual dari lawan jenis, termasuk saat melamar pekerjaan di sebuah hotel.
Manajer
hotel malah memintanya menjadi wanita simpanan. Ami ditolong oleh Direktur
hotel tersebut, seorang ekspatriat, alias bule yang kerja di Indonesia. Bule
itu, Joshua Leinhard malah menawarkan Ami untuk kerja di rumahnya sebagai
pelayan dengan gaji yang cukup besar sehingga Ami bisa menabung untuk
meneruskan kuliahnya. Sebenarnya, Joshua sudah menyukai Ami, tapi dia tidak
bersikap melecehkan. Lama-lama, Ami pun jatuh cinta kepada Joshua. Walaupun
Joshua berusia 23 tahun lebih tua dan sudah punya anak yang usianya hanya
terpaut setahun dengan Ami, hal itu tak memupus perasaan kagum gadis itu kepada
sang bule.
Akhirnya,
cinta mereka pun berpaut. Joshua sudah cerai dari istri pertamanya. Mereka berencana
menikah, tapi Ami ingin menjadi sarjana dulu agar kedudukannya dengan Joshua
bisa setara. Jika dia masih berstatus pelayan, orang-orang pasti akan
meremehkannya, dianggap memperdaya Joshua. Sayangnya, konflik mulai
berdatangan. Istri pertama Joshua muncul lagi dan meminta rujuk, anak Joshua
pun jatuh cinta kepada Ami. Apakah Ami dan Joshua jadi menikah?
Tak
perlu waktu lama untuk membaca buku ini, karena konfliknya memancing pembaca
untuk terus membaca. Sebagai novel harlequin versi lokal, adegan seks sebelum
menikah dan ciuman maut tak bisa dihindarkan. Padahal, Ami ini diceritakan
sebagai penganut Kristen yang taat, karena di antara barang-barang perlengkapannya
terdapat Al Kitab. Ami bahkan sempat mempertahankan kehormatannya, sebelum
sebuah suasana romantis di kamar Joshua membuatnya rela menyerahkan mahkotanya.
Ini bisa dijadikan pelajaran supaya jangan berdua-duaan dengan lawan jenis di
tempat sepi. Keputusan Ami ini seperti mementahkan prinsipnya yang tak akan mengorbankan harga dirinya demi harta. Bukankah dia pernah menolak dijadikan wanita simpanan oleh manajer hotel? Tapi, mengapa dia luluh juga menyerahkan kehormatannya sebelum menikah? Walaupun dia mencintai Josh, saya berharap dia tetap teguh pada pendiriannya untuk menjaga kehormatannya sampai menikah.
Hal positif yang bisa diambil dari novel ini adalah kerja keras Ami dalam meraih masa depan cemerlang, meskipun tak punya harta benda yang melimpah. Sikap Ami yang pantang menyerah, patut dicontoh dan menjadi nilai plus dari novel ini.
Aww....kayaknya novel ini benar-benar novel dewasa banget ya mbak ela, xixiix
BalasHapusNice review mbak