Senin, 20 Oktober 2014

Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah


Judul: Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah
Penulis: Vina Sjarif dan Mugniar
Penerbit: Qibla, imprint PT. Bhuana Ilmu Populer
Tahun Terbit: 2014
Jumlah Halaman: 93
ISBN: 978-602-249-699-1

Dalam sebuah riwayat, Aisyah ra mengisahkan, “Rasulullah SAW hampir tidak pernah keluar rumah tanpa menyebut dan memuji Khadijah ra. Hal itu membuatku cemburu. Kukatakan, ‘Bukankah ia hanya seorang perempuan tua dan engkau telah diberi pengganti yang lebih baik daripadanya?’ Mendengar itu, beliau murka hingga bergetar bagian depan rambutnya. Beliau katakan, “Tidak. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah ra….” (halaman 15)


Subhanallah, siapa yang tak mengenal Khadijah ra, istri pertama Nabi Muhammad saw yang dinikahi pada usia 40 tahun, berstatus janda tiga anak? Bagaimana Rasulullah bisa demikian mencintai Khadijah ra melebihi istri-istrinya yang lain, sekalipun itu Aisyah ra yang dinikahi saat masih perawan dan berusia muda? Tentu karena Khadijah ra memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh istri-istri Rasulullah yang lain. Bahkan, Khadijah telah dijanjikan menjadi salah satu wanita penghulu surga.

Sudah banyak buku yang menceritakan kemuliaan-kemuliaan istri pertama Rasulullah ini. Demikian pula dengan buku tipis karya Vina Sjarif dan Mugniar. Lalu, apa bedanya dengan buku-buku lain yang mengulas riwayat hidup Khadijah? Kedua penulis bermaksud mengajak pembaca—khususnya yang berstatus sebagai istri—agar meneladani akhlak Khadijah ra. Dari judulnya saja, “Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah—buku ini hendak membongkar rahasia mengapa Rasulullah begitu mencintai Khadijah ra.

Bila sejarah Khadijah ra digamblangkan ke hadapan wanita pengikut feminisme, tentu mereka akan memalingkan wajah. Tak sudi mengabdi kepada suami sebagaimana pengabdian Khadijah ra kepada suaminya. Pantaslah jika wanita-wanita itu tidak mendapatkan cinta yang besar dari suami mereka, sebagaimana cinta Rasulullah terhadap Khadijah ra. Walaupun menikahi seorang janda tiga anak dengan perbedaan usia 20 tahun lebih tua, Rasulullah tidak pernah menduakan istrinya. Khadijah adalah satu-satunya istri Rasulullah yang dinikahi dalam pernikahan monogami. Apa yang tidak didapatkan Rasulullah dari Khadijah sehingga beliau harus menikah lagi? Tidak ada. Khadijah adalah istri yang sempurna di mata Rasulullah. Pengabdian Khadijah kepada suaminya membuatnya berhak mendapatkan cinta yang luar biasa besar.

Para istri disarankan meneladani akhlak Khadijah ra terhadap suaminya. Buku tipis ini menjelaskan dengan singkat dan tidak bertele-tele, hal-hal apa sajakah yang perlu ditiru dari sosok Khadijah ra. Selain menceritakan sejarah ringkas pernikahan Khadijah ra dan Rasulullah, penulis juga memberikan kiat-kiat menjadi istri yang salihah sebagaimana Khadijah ra. Tidak hanya itu. Penulis juga memasukkan kisah-kisah inspiratif dari beberapa narasumber berkenaan dengan pengalaman mereka demi menjadi istri salihah, meneladani Khadijah ra.

Suami Ratna merupakan anak bungsu yang berbeda usia cukup jauh dari kakaknya, 15 tahun. sepeninggal ayah mereka, kakak pertamanya itu menjadi tumpuan hidup keluarga. Suaminya dibesarkan di dalam keluarga kakak pertamanya yang sudah menikah. Maka, sebagai istri, Ratna tidak merasa cemburu terhadap kakak ipar yang telah berjasa bagi suaminya. Tanpa diminta, Ratna kerap mengunjungi rumah kakak iparnya tersebut untuk sekadar bersilaturahmi. Ratna juga tidak keberatan bila lebaran tiba, jatah THR miliknya harus dibagi dengan kakak ipar dan keponakannya. Baginya, menyambung silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan mereka adalah untuk kebaikannya juga…. (halaman 65)

Satu-satunya kekurangan dari buku ini adalah jumlah halamannya yang teramat tipis, terlebih mengingat buku ini ditulis oleh dua orang penulis. Masih ada banyak yang bisa dikembangkan dari kisah hidup Khadijah ra, seandainya kedua penulis mau bersabar mengembangkan cerita tersebut menjadi buku yang lebih tebal. Barangkali disertai luapan emosi yang mengiringi masa-masa sulit kehidupan pernikahan Khadijah ra dan Rasulullah SAW yang tidak lepas dari ujian dan tantangan. Misalnya saja, ketika Rasulullah menyepi di Gua Hira selama 40 hari. Penulis bisa lebih banyak mengeksplorasi perasaan dan kehidupan Khadijah ra sepeninggal suaminya, dan dikaitkan dengan wanita zaman sekarang yang baru ditinggal sebentar oleh suaminya saja sudah merengek-rengek.

Atau, bagaimana perasaan Rasulullah ketika Khadijah ra meninggal dunia akibat pengucilan dari warga Mekkah, yang mana itu adalah tahun terberat dalam hidup beliau. Penulis bisa menggambarkan besarnya rasa kehilangan seorang suami atas istri yang salihah. Ada banyak referensi sejarah dan hadist yang bisa dijadikan pijakan penulisan agar halaman buku ini menjadi lebih tebal dan tentunya akan lebih banyak memberikan inspirasi kepada pembaca. Walau bagaimanapun, buku ini sudah terbilang baik untuk karya perdana kedua penulisnya.

Mari meneladani Khadijah ra, dan bersiaplah dicintai suami layaknya Rasulullah SAW mencintai Khadijah ra.

1 komentar:

  1. Terima kasih resensi apiknya ya Mbak ... jadi masukan buat saya dan Vina :)

    BalasHapus