Judul: My Wedding Dress
Penulis: Dy Lunaly
Penerbit: Bentang
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2015
Jumlah halaman: vi + 270 halaman
ISBN: 978-602-291-106-7
“Getting lost is the best way to travel,”
“Bilang ini sama anak umur lima belas tahun yang ketakutan karena
terpisah, terus orang di sekitarnya nggak ada yang bisa bahasa Inggris apalagi
Indonesia.” (halaman 152)
Aku menatap gaun pengantin itu sambil kembali menarik napas panjang dan
merapal mantra. Semua harus berakhir hari ini! Masih sambil menguatkan tekad,
aku mengambil gaun itu dan melepasnya dari gantungan. Untuk kali terakhir, aku
mengusap Swarovski yang menjadikan gaun ini sempurna sebelum bersiap
menghancurkannya. (halaman 22)
Abigail, biasa dipanggil Abby,
menerima hantaman keras di hari pernikahannya. Setelah mengenakan gaun putih
yang cantik dan menunggu calon suami datang mengucapkan janji pernikahan, ia
justru menerima kabar bahwa calon suaminya, Andre, menghilang!
Saya tidak bisa membayangkan jika
mengalami kejadian seperti Abby. Sudah pasti sedih, kecewa, menangis
berhari-hari, dan mungkin saja berpikir untuk bunuh diri. Malunya itu, lho!
Malu kepada keluarga besar dan para undangan. Bayangkan! Acara pernikahan sudah
disiapkan, calon pengantin perempuan pun sudah cantik dengan gaunnya, eh calon
pengantin laki-lakinya malah kabur. Bahkan, setahun setelah kejadian itu, Abby
masih belum tahu alasan Andre meninggalkannya. Andre lenyap ditelan bumi. Tak
ada kabar beritanya. Tak tahu berada di mana. Sedikit aneh, tapi mungkin saja.
Dunia ini kan luas. Seseorang bisa bersembunyi di mana saja. Koruptor sekelas
Eddy Tansil saja sampai hari ini masih belum ditemukan keberadaannya.
Setahun berlalu, Abby masih belum
move on. Ia membulatkan tekad untuk move on dengan membuang semua barang pemberian
Andre dan mencabik gaun pengantinnya. Duh, sayang juga sih. Gaun satin berwarna
sampanye berlapis lace dengan aksen Swarovski
pada bagian dada dan ujung gaun. Gaun silhouette
tanpa lengan sepanjang lutut (halaman 2), itu nyaris hancur di
ujung gunting. Untungnya… Abby membatalkan rencana mencabik-cabik gaun itu dan
malah membuat ide gila. Ia akan melakukan perjalanan dengan menggunakan gaun
pengantin!
Abby yakin keputusannya untuk traveling
dengan menggunakan gaun pengantin itu akan membuatnya move on. Ia akan traveling
terus sampai kenangannya tentang Andre
benar-benar menghilang. Tempat yang didatanginya pun tak jauh dari Jakarta,
yaitu Penang, Malaysia. Tentu saja di sepanjang perjalanan, ia menjadi pusat
perhatian karena traveling menggunakan
gaun pengantin. Syukurlah, gaun pengantinnya itu hanya selutut. Coba kalau
panjang, berat, dan menyapu lantai. Pasti ribet. Untung juga bukan pakaian adat
Indonesia yang banyak manik-maniknya. Pasti akan sangat tidak nyaman
menggunakannya ke mana-mana.
Traveling itu sendiri bukan kegiatan yang disukai Abby, karena dia
pernah trauma tersasar di Istanbul, Turki saat masih duduk di bangku SMP. Justru
itulah Abby memilih traveling dengan gaun pengantin, karena keduanya adalah hal
yang tidak disukainya. Sanggupkah dia melakukan hal yang tidak disukainya
selama beberapa waktu? Daan.. seperti novel romance mainstream lainnya, tentu saja akan ada pahlawan cinta yang ditemui
Abby dalam perjalanan. Tidak tanggung-tanggung, sosok pahlawan ini seorang yang
expert dalam hal traveling. Penulis
buku traveling terkenal dengan nama pena: Quirky Traveler.
Mereka bertemu sebentar di pesawat, tetapi
sebenarnya Wira mengingat Abby karena gaun pengantin yang dikenakannya itu.
Kemudian bertemu lagi di Penang ketika Abby tersasar. Wira mengantar Abby ke
tempat tujuan. Sejak itulah mereka jadi sering traveling bersama. Novelis berusaha menjelaskan mengapa Abby dapat
menerima kehadiran Wira yang orang asing itu untuk menemaninya traveling. Terlebih lagi kemudian Abby
mengetahui bahwa Wira adalah si Quirky Traveler. Sebenarnya sih dalam kehidupan
nyata, kita tidak boleh langsung percaya kepada orang asing dan mau begitu saja
ditemani jalan-jalan karena ada banyak kasus kriminal yang terjadi diakibatkan
oleh kecerobohan kita menerima tawaran orang asing, walaupun dia orang
terkenal. Berhubung ini novel romance, sah-sah saja memunculkan seorang
pahlawan secara tiba-tiba.
Ide novel ini sangat unik, dan
itulah yang membedakan dari novel romance lain. Traveling menggunakan baju
pengantin? Hohoho…. Kita pasti sulit membayangkan ada orang segila itu. Sebuah
tindakan yang dilakukan oleh seorang mantan arsitek dan womenpreneur sukses sekelas Abby. Sosok kekanakan Abby pun banyak
menghiasi adegan-adegan di dalam novel ini. Karakter Abby sangat kuat, dari
awal sampai akhir, novelis konsisten menggambarkan karakter si tokoh utama yang
labil, childish, dan tapi di sisi
lain juga periang.
Sedangkan Wira, adalah sosok
lelaki yang menyenangkan, karena dia terlihat begitu mengerti Abby. Sosok
lelaki yang diidamkan oleh semua pembaca novel romance. Sebagai seorang penulis
terkenal, tak ada sedikit pun kesombongan
dalam diri Wira. Barangkali karena Wira sudah jatuh cinta kepada Abby sejak
pandangan pertama. Kalau bukan karena cinta, rasanya aneh juga sih orang
seperti Wira mau menemani Abby jalan-jalan dan terlihat begitu perhatian.
Destinasi-destinasi wisata di
Penang dan Singapura yang dikunjungi oleh Abby dan Wira boleh menjadi referensi
pengetahuan kita, terutama bila kita belum pernah ke sana. Namun, dalam proses
penceritaannya, novelis lebih banyak menggunakan cara bertutur “Tell” daripada “Show.”
Sehingga alih-alih membayangkan seperti apa suasana di tempat-tempat tersebut,
kita justru seperti sedang mendengarkan seorang pemandu wisata yang sedang
mempromosikan tempat wisata tersebut. Bisa jadi itu karena novelis menggunakan
sudut pandang orang pertama “Aku,” jadi terlihat sekali kecerewetan “Aku” menceritakan
tempat-tempat yang didatanginya. Hasilnya, saya hanya dapat mengingat Bali-Bali
Café sebagai tempat yang dipenuhi dengan lampu neon berwarna-warni di antara
sekian banyak destinasi yang disebutkan di dalam novel.
Contohnya dialog ini,
“Saranku, kalian harus masuk ke dome-nya! Dua-duanya! Bener-bener luar
biasa dan keren banget. Sebelumnya aku nggak bisa bayangin hutan di pegunungan
tropis masuk rumah kaca, tapi di Gardens
by the Bay itu mungkin! Dan, dome
satunya penuh dengan bunga dari seluruh dunia. Tapi, yang paling penting, OCBC
Skyway! Kalian harus naik dan lihat taman itu dari atas.” (halaman186)
Kejutan yang luar biasa terjadi
di bagian ending, yaitu ketika Andre akhirnya mengungkapkan alasan mengapa
meninggalkan Abby. Walaupun saya tidak suka isu yang diangkat, tetapi rahasia
Andre membedakan novel ini dengan novel romance lainnya. Setidaknya, dari awal
saya tidak bisa menebak mengapa Andre meninggalkan Abby.
Barangkali sedikit kekecewaan
saya ada pada sosok Wira yang datar, terlalu sempurna, prince charming banget, dan tidak ada hal yang membuat saya
melonjak kaget. Saya berharap ada sedikit lonjakan di ending pada sosok Wira, tapi sayangnya sudah tertebak. Memang,
sosok seperti Wira ini idaman semua wanita. Dan itulah tujuan dari sebuah novel
romance. Ingin pembacanya bahagia. Wira ini sengaja traveling ke luar negeri dulu, baru ke Indonesia supaya nanti dia
bisa traveling bersama istrinya
jikalau istrinya tidak suka traveling.
Hem, sepertinya tidak ada perempuan yang tidak suka diajak traveling? Semua perempuan butuh
traveling! Setuju?! *apalagi
kalau travelingnya bersama Wira :D
Sedangkan dari tokoh Abby, para
gadis yang pernah patah hati bisa belajar tentang move on. Patah hati? No worry.
Siapa tahu nantinya malah ketemu cowok yang lebih baik, seperti Wira. Masa satu
tahun tenggelam dalam keterpurukan sudah dirasa cukup oleh Abby, karena
nyatanya dia bisa menerima kehadiran lelaki lain, yaitu Wira. Tak terlihat
adanya penolakan dari Abby ketika Wira mengajaknya traveling bersama. Jadi, sebenarnya saat mulai traveling itu, Abby
sudah move on. Kalau patah hati,
boleh juga mengambil hiburan seperti Abby: traveling?
Ada hubungannya traveling dengan move on. Takut traveling? Ini ada quote
menarik dari Wira:
“Traveling itu tentang keberanian menantang batasan yang kita punya. Keberanian
buat ngelewatin tantangan yang kita temui selama traveling.” (halaman 86)
Berani traveling, berani move on.
Saya kasih bintang tiga untuk
novel ini ya. Semoga sukses selalu untuk novelis dan novelnya.
Jadi, ke mana Andre menghilang? Gafatar? #eh
BalasHapusKurang tepat, Yanti.. Coba lagi yaa hehe
HapusKetika saya jalan2 di Red Square-Lapangan Merah di Moskow tampak beberapa pasangan memakai wedding dress berfoto ria di situ. Malah ada yang berjalan sambil menggendong pengantin perempuannya.
BalasHapusTerima kasih resensinya yang apik dan jujur
Salam hangat dari Jombang
Wah, kalau di LN sudah biasa ya Pakde. Terima kasih sdh berkunjung :-)
Hapuswah , makasih review bukunya, jadiu tahu ceritanya
BalasHapusJadi pengen kenalan dengan WIra di kehidupan nyata #Eh
BalasHapusga kebayang travelling pake baju pengantin, pasti jadi pusat perhatian di mana2 , apa gakk risih ya , bisa tetap enjoy travelingnya gitu? gak di jelasin ya mba model baju pengantinnya, *penasaran* biasanya kan model rok atau kain
BalasHapusTraveling pakai baju pengantin haha... kreatif bangets
BalasHapus