Kamis, 10 April 2014

Dunia Alice: Memoar Gadis Kecil Kamboja di Australia


Judul: Dunia Alice
Penulis: Alice Pung
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2011
Jumlah Halaman: viii + 310 halaman
ISBN: 978-602-8811-26-2
                                                 
“Alice Pung menulis dengan humor yang cerdas.” (The Bulletin).
Bagaimana bila orang-orang dari negara miskin, tiba-tiba tinggal di negara maju? Ada banyak ironi dan kelucuan yang terjadi, sebagaimana yang diceritakan oleh Alice Pung di dalam novel ini. Alice Pung dan keluarganya bermigrasi ke Australia, setelah rezim Pol Pot yang meninggalkan kehancuran di Kamboja. Tahu Pol Pot, kan? Mantan pemimpin diktator Kamboja yang membunuh ribuan rakyatnya sendiri dan menyusun tengkorak mereka untuk dikoleksi? Keluarga Alice mencari ketenangan di Australia, yang saat itu membuka kesempatan bagi warga Kamboja untuk bermigrasi, tentunya setelah melalui daftar antri yang cukup lama di pengungsian.


Dunia Alice adalah novel biografi, alias novel yang diangkat dari kisah nyata, dalam hal ini kisah nyata penulisnya sendiri. Alice menceritakan masa-masa mereka beradaptasi di Australia, sebuah negara maju yang sama sekali berbeda dengan Kamboja. Contohnya saja, Traffic Light. Di Kamboja, tidak ada lampu lalu lintas dengan tiga warna. Tak heran mereka terpana ketika melihat keteraturan jalan raya di Australia yang digerakkan oleh lampu lalu lintas. Kisah lainnya, yaitu ketika ibunya berbelanja ke supermarket. Di Kamboja tidak ada supermarket. Betapa antusiasnya ibu Alice membeli barang-barang di supermarket yang dianggapnya lebih murah daripada di Kamboja. Ternyata, daging kalengan yang dibelinya dengan harga murah itu, bukan makanan manusia, melainkan makanan anjing. Lihatlah, betapa kayanya Australia sampai-sampai anjing pun diberi makan daging kalengan yang kemudian dimakan oleh keluarga Alice. Sedangkan di Kamboja, banyak orang mati kelaparan karena tidak ada makanan untuk dimakan.

Alice yang waktu berusia 4 tahun, menikmati hari-harinya di Australia dengan proses pendewasaan yang lebih cepat dari umurnya. Bapaknya memiliki toko alat-alat listrik, sedangkan ibunya menjadi pembuat perhiasan emas tradisional. Alice harus menggantikan tugas ibunya mengasuh anak-anak, sejak neneknya meninggal dunia. Alice lebih dekat dengan neneknya. Ibunya lebih suka bekerja membuat emas karena sejak menikah tak bisa memegang uang sendiri yang dikuasai oleh ibu mertuanya (nenek Alice). Ternyata, kesukaannya bekerja it uterus berlanjut walaupun ibu mertuanya sudah meninggal, dan toko listrik suaminya sudah sukses. Zaman semakin maju. Persaingan antara pembuat emas semakin ketat sehingga ibunya harus menerima nasib tak bisa lagi menawarkan perhiasan-perhiasan emasnya.

Alice Pung
Alice bersekolah di sekolah Australia. Orang Kamboja menyebut orang Australia dengan “hantu kulit putih.” Dia juga mengalami masa-masa jatuh cinta, dan keluarganya tidak suka bila dia berpacaran dengan orang Australia.  Akhirnya, Alice mengalami sedikit gangguan kejiwaan karena merasa tak memiliki dirinya sendiri, hak berpendapat, serta kebebasan hidup. Dia harus menggantikan tugas ibunya mengasuh anak-anak dan mengikuti semua aturan orang tuanya. Di sisi lain, ibunya juga mengalami gangguan kejiwaan, yaitu tidak tahan berada di rumah terus dan mengurus pekerjaan rumah tangga setelah usaha pembuatan emasnya bangkrut. Apa yang terjadi pada Alice di usianya yang menginjak 19 tahun? Apakah dia akan menerima perjodohan atau meneruskan kuliahnya? Bagaimana dengan pacar kulit putihnya yang tidak disetujui oleh keluarga besarnya?

Review
Laaah.. jadi tadi di atas itu bukan review? Itu sinopsisnya, tapi panjang juga ya? Hihihi…. Ehm, apa yang membuat saya membeli buku ini? Saya kan tidak tahu apakah buku ini bagus dan tidak mengenal penulisnya. Saya tertarik membelinya setelah membaca sinopsisnya. Cerita tentang orang Kamboja yang bermigrasi ke Australia dan menimbulkan berbagai kelucuan, membuat saya penasaran ingin tahu seperti apa. Humor cerdas yang dituliskan oleh Alice cukup berhasil, misalnya tentang makanan anjing yang dimakan oleh keluarganya, atau kenorakan ibu Alice di supermarket. Humor yang ironis. Ketika rakyat Kamboja kelaparan, orang Australia malah memberikan anjing mereka daging kalengan yang enak. Begitulah perbedaan negara maju dengan miskin, bagai bumi dan langit.

Namun, saya tak bisa terlalu menikmati membaca buku ini karena bahasa terjemahannya. Entahlah, bahasa terjemahan itu terlalu kaku, menurut saya.  Bukan hanya Dunia Alice, rata-rata novel terjemahan tidak bisa dikunyah dengan cepat dan nikmat karena bahasanya yang kaku. Gak heran kalau sampul novel ini jadi rusak saking kelamaan dibaca, huhuhu…..

Gaya berceritanya meloncat-loncat. Bab kedua bukanlah kelanjutan dari bab 1. Seperti ada tema pada setiap bab. Ini seperti cerita serial. Jadi, bila ada pertanyaan di akhir bab, belum tentu kita dapatkan jawabannya di bab berikutnya. Membingungkan bukan?  

Yang menjadi daya tarik dari novel ini adalah proses adaptasi keluarga Alice yang berasal dari Kamboja saat tinggal di Australia. Kita bisa melihat perbedaan dua budaya. Kamboja, sebagaimana negara timur lainnya, sangat memegang teguh kesopanan, sehingga mereka tidak menolerir seks bebas. Sedangkan kita tahu, Australia termasuk penganut kebebasan. Itu mengapa orang tua Alice tidak mengizinkan Alice menikah dengan pria Australia yang sering bergonta-ganti teman tidur. Walaupun Alice berpacaran dengan cowok Australia, dia sangat menjaga jarak. Setidaknya, saya jadi memahami kultur orang Kamboja seusai membaca novel ini.




2 komentar:

  1. sepertinya aku tertarik dengan buku ini...*andai boleh minjem wkwkwk

    BalasHapus
  2. tadi cek di mizan store, harganya 16rb. murah banget :3

    BalasHapus