Judul:
Jampi-Jampi Varaiya
Penulis:
Clara Ng
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah
halaman: 320
ISBN:
978-979-22-5183-8
Tahun
Terbit: Desember 2009
Ini kisah
tentang keluarga penyihir dan kelucuan-kelucuan di dalamnya. Samudra Raya,
bapak penyihir yang memiiliki tiga anak perempuan penyihir dan sudah sepuluh
tahun ditinggal meninggal oleh istrinya, tapi selalu rasanya baru kemarin
meninggal. Samudra tidak menikah lagi karena masih terus dibalut kenangan akan
istrinya. Zea Mays Raya (jagung), anak perempuan pertama, keibuan dan jago
masak, seorang dokter hewan yang tidak mau menikah karena ingin mengabdi kepada
bapaknya. Oryza Sativa Raya (padi), anak perempuan kedua yang tomboy, keras
kepala, suka marah-marah, dijodohkan dengan Xander, anak teman ibunya. Terakhir
adalah Solanum Tuberosum Raya (kentang), anak ketiga yang serius, dingin, dan
materialistis. Xander Banda, cowk penyihir yang ganteng tapi omongannya sadis,
gak pernah akur dengan Oryza walaupun mereka sudah dijodohkan. Menumpang tinggal
di rumah Oryza karena sebatangkara.
Begitulah.
Cerita keluarga penyihir ini dimaksudkan untuk memberikan hiburan dari
kelucuan-kelucuan di dalamnya. Sekuel pertama dari tilogi penyihir Raya ini menceritakan
petualangan mereka mencari Timerit, obat untuk menaklukkan sihir Aqua dan
Strawberry (dua penyihir wanita yang naksir Xander), yang mana sihir mereka
telah membuat Zea dan Solanum menjadi hiperaktif. Zea sangat bersemangat
membersihkan rumah, dan Solanum bisa menulis buku dalam waktu semalam! Kalau
dibiarkan, mereka bisa mati karena kehabisan tenaga. Timerit hanya bisa
didapatkan di Pulau Varaiya, pulau penyihir yang tak ada dalam peta dan semua
orang yang datang ke sana, dikabarkan tak bisa pulang lagi. Bagaimana perjalanan
Oryza, Xander, dan Pax (penyihir cowok yang menyamar menjadi kucing agar bisa
dekat dengan Oryza) mengambil Timerit di Pulau Varaiya?
Mengapa membeli novel ini?
Penyebab
utamanya adalah Clara Ng. Nama itu sudah menjadi jaminan buat saya ketika
membeli bukunya, apalagi kalau bukunya diobral. Selain buku obral, ini juga
buku seken yang saya beli dari Mba Binta Al Mamba, hehehe…. Dulu waktu masih
kerja kantoran, saya biasa membeli buku baru sebulan sekali dan buku Clara Ng juga
masuk ke dalam daftar beli kok. Saya suka dengan gaya bertuturnya yang tidak
berbelit-belit, komikal (lucu), dan kisah-kisahnya yang sesuai dengan saya. Tapiii……
Review
Cerita
tentang keluarga penyihir?! Alamaaaak…! Saya gak suka baca novel yang ada
sihir-sihirnya. Berhubung ini Clara Ng yang menulis dan gaya nulisnya cepat
nyambung dengan otak saya, saya jadi menikmati membaca novel ini. Petualangan
keluarga Raya dipenuhi kelucuan yang bikin saya senyum-senyum sendiri. Setidaknya
saya bisa menikmati membaca buku ini sampai di halaman 218, setelah itu saya
dilanda kebosanan karena kisahnya jadi lebay. Mirip film anak-anak, di mana ada
perang sihir dan tingkah lebay para tokohnya. Kelucuannya juga mulai garing.
Membaca
novel ini memang seperti sedang menonton film anak-anak tentang penyihir. Ada banyak
keajaiban dan di luar logika. Berhubung ini tentang keluarga penyihir, jadi
saya memaklumi setiap kejadian yang sulit dipikir dengan logika. Ya, namanya
juga sihir. Misalnya, Pax yang menyamar menjadi kucing supaya bisa deketan
terus dengan Oryza, Aqua dan Strawberry yang aktif menggunakan sihirnya, lalu
sihir-sihir di Pulau Varaiya, karena itu memang pulau sihir. Anehnya, sebagai
keluarga penyihir, Oryza, Zea, Solanum, dan Samudra malah jarang menggunakan
sihirnya. Seakan-akan mereka ini gak punya sihir. Misalnya sewaktu kapal yang ditumpangi rusak berat karena ditorpedo
oleh Aqua, justru Pak Kapten (yang penyihir juga) yang bisa berubah menjadi hiu
dan menarik sekoci agar tidak terkejar oleh kapal Aqua dan Strawberry.
Saat di
Pulau Varaiya, Pax juga yang lebih banyak menggunakan sihirnya untuk
menghancurkan tembok penjara. Xander
memakai sihirnya untuk melawan Raja Varaiya. Oryza dan Samudra? Mereka seperti
orang biasa saja yang harus ditolong dan tak punya kekuatan sihir. Jadi, siapa
pahlawan di dalam cerita ini? Xander dan Pax, juga Pak Kapten (sebagai tokoh
yang muncul belakangan). Keluarga Raya
justru hanya korban. Ini aneh kan, padahal mereka tokoh utama dalam cerita ini.
Apalagi Samudra sebagai Bapak Penyihir tapi mellow terus dan seperti gak punya
kekuatan apa-apa. Memang sih dia mellow karena istrinya meninggal, tapi mbok ya
ditunjukkan kemampuan sihirnya sesekali.
Bagian
pertama dari trilogy novel ini cukup menghibur walaupun agak membosenkan
setelah halaman 218, setidaknya saya bisa selesai membacanya dalam waktu satu
hari! :D
kalu kisah fantasi saya selalu lebih sreg sama karya pengarang luar xixixi
BalasHapusya ampun disebut pula kalo beli dari sayah... wkwkw..
BalasHapus