Kamis, 24 April 2014

Jampi-Jampi Varaiya


Judul: Jampi-Jampi Varaiya
Penulis: Clara Ng
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 320
ISBN: 978-979-22-5183-8
Tahun Terbit:  Desember 2009

Ini kisah tentang keluarga penyihir dan kelucuan-kelucuan di dalamnya. Samudra Raya, bapak penyihir yang memiiliki tiga anak perempuan penyihir dan sudah sepuluh tahun ditinggal meninggal oleh istrinya, tapi selalu rasanya baru kemarin meninggal. Samudra tidak menikah lagi karena masih terus dibalut kenangan akan istrinya. Zea Mays Raya (jagung), anak perempuan pertama, keibuan dan jago masak, seorang dokter hewan yang tidak mau menikah karena ingin mengabdi kepada bapaknya. Oryza Sativa Raya (padi), anak perempuan kedua yang tomboy, keras kepala, suka marah-marah, dijodohkan dengan Xander, anak teman ibunya. Terakhir adalah Solanum Tuberosum Raya (kentang), anak ketiga yang serius, dingin, dan materialistis. Xander Banda, cowk penyihir yang ganteng tapi omongannya sadis, gak pernah akur dengan Oryza walaupun mereka sudah dijodohkan. Menumpang tinggal di rumah Oryza karena sebatangkara.


Begitulah. Cerita keluarga penyihir ini dimaksudkan untuk memberikan hiburan dari kelucuan-kelucuan di dalamnya. Sekuel pertama dari tilogi penyihir Raya ini menceritakan petualangan mereka mencari Timerit, obat untuk menaklukkan sihir Aqua dan Strawberry (dua penyihir wanita yang naksir Xander), yang mana sihir mereka telah membuat Zea dan Solanum menjadi hiperaktif. Zea sangat bersemangat membersihkan rumah, dan Solanum bisa menulis buku dalam waktu semalam! Kalau dibiarkan, mereka bisa mati karena kehabisan tenaga. Timerit hanya bisa didapatkan di Pulau Varaiya, pulau penyihir yang tak ada dalam peta dan semua orang yang datang ke sana, dikabarkan tak bisa pulang lagi. Bagaimana perjalanan Oryza, Xander, dan Pax (penyihir cowok yang menyamar menjadi kucing agar bisa dekat dengan Oryza) mengambil Timerit di Pulau Varaiya?

Mengapa membeli novel ini?
Penyebab utamanya adalah Clara Ng. Nama itu sudah menjadi jaminan buat saya ketika membeli bukunya, apalagi kalau bukunya diobral. Selain buku obral, ini juga buku seken yang saya beli dari Mba Binta Al Mamba, hehehe…. Dulu waktu masih kerja kantoran, saya biasa membeli buku baru sebulan sekali dan buku Clara Ng juga masuk ke dalam daftar beli kok. Saya suka dengan gaya bertuturnya yang tidak berbelit-belit, komikal (lucu), dan kisah-kisahnya yang sesuai dengan saya. Tapiii……

Review
Cerita tentang keluarga penyihir?! Alamaaaak…! Saya gak suka baca novel yang ada sihir-sihirnya. Berhubung ini Clara Ng yang menulis dan gaya nulisnya cepat nyambung dengan otak saya, saya jadi menikmati membaca novel ini. Petualangan keluarga Raya dipenuhi kelucuan yang bikin saya senyum-senyum sendiri. Setidaknya saya bisa menikmati membaca buku ini sampai di halaman 218, setelah itu saya dilanda kebosanan karena kisahnya jadi lebay. Mirip film anak-anak, di mana ada perang sihir dan tingkah lebay para tokohnya. Kelucuannya juga mulai garing.

Membaca novel ini memang seperti sedang menonton film anak-anak tentang penyihir. Ada banyak keajaiban dan di luar logika. Berhubung ini tentang keluarga penyihir, jadi saya memaklumi setiap kejadian yang sulit dipikir dengan logika. Ya, namanya juga sihir. Misalnya, Pax yang menyamar menjadi kucing supaya bisa deketan terus dengan Oryza, Aqua dan Strawberry yang aktif menggunakan sihirnya, lalu sihir-sihir di Pulau Varaiya, karena itu memang pulau sihir. Anehnya, sebagai keluarga penyihir, Oryza, Zea, Solanum, dan Samudra malah jarang menggunakan sihirnya. Seakan-akan mereka ini gak punya sihir. Misalnya sewaktu kapal  yang ditumpangi rusak berat karena ditorpedo oleh Aqua, justru Pak Kapten (yang penyihir juga) yang bisa berubah menjadi hiu dan menarik sekoci agar tidak terkejar oleh kapal Aqua dan Strawberry.

Saat di Pulau Varaiya, Pax juga yang lebih banyak menggunakan sihirnya untuk menghancurkan  tembok penjara. Xander memakai sihirnya untuk melawan Raja Varaiya. Oryza dan Samudra? Mereka seperti orang biasa saja yang harus ditolong dan tak punya kekuatan sihir. Jadi, siapa pahlawan di dalam cerita ini? Xander dan Pax, juga Pak Kapten (sebagai tokoh yang muncul  belakangan). Keluarga Raya justru hanya korban. Ini aneh kan, padahal mereka tokoh utama dalam cerita ini. Apalagi Samudra sebagai Bapak Penyihir tapi mellow terus dan seperti gak punya kekuatan apa-apa. Memang sih dia mellow karena istrinya meninggal, tapi mbok ya ditunjukkan kemampuan sihirnya sesekali.

Bagian pertama dari trilogy novel ini cukup menghibur walaupun agak membosenkan setelah halaman 218, setidaknya saya bisa selesai membacanya dalam waktu satu hari! :D





2 komentar:

  1. kalu kisah fantasi saya selalu lebih sreg sama karya pengarang luar xixixi

    BalasHapus
  2. ya ampun disebut pula kalo beli dari sayah... wkwkw..

    BalasHapus