Judul:
Winter Dreams, Perjalanan Semusim Ilusi
Penulis:
Maggie Tiojakin
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: 2010
Jumlah
Halaman: 295
ISBN:
978-979-22-7812-5
“Profesi
ini bisa membuatmu gila. Kau mungkin harus menulis selama bertahun-tahun
sebelum karyamu dianggap layak untuk diterbitkan. Mungkin karyamu takkan pernah
dianggap layak oleh masyarakat, aku tak tahu. Tapi kau harus terus mencoba. Jangan
cari ketenaran. Jangan cari pembenaran. Jangan cari apa-apa kecuali kepuasan
diri. Do the best that you can. Be as honest
as you can. Dan terus asah kemampuanmu. Tidak ada yang instan tentang
profesi ini. You have to earn it the hard
way.” (halaman 232)
Kalimat
di atas saya kutip karena mewakili kegalauan saya akan profesi yang telah saya
pilih: PENULIS. Ternyata, berjuang keras agar buku bisa diterbitkan saja belum
cukup. Ada PR yang lebih besar, yaitu bagaimana agar buku kita diterima oleh
masyarakat. Apalagi di zaman sosial media ini di mana penulis bisa lebih cepat
memantau penerimaan masyarakat terhadap bukunya, tak harus menunggu surat
laporan royalty sampai di tangan. Bagaimana perasaan seorang penulis yang aktif
di sosmed, tapi tak melihat ada seorang pun menyebut-nyebut karyanya? Bagaimana
perasaan seorang penulis yang melihat kolom goodreads untuk novel terbarunya,
masih kosong melompong karena belum ada yang meninggalkan rating dan komen untuk bukunya? Walaupun bisa jadi
bukunya sudah ada yang membeli dan membaca, tetapi bila dibandingkan dengan
penulis lain yang jauh sebelum bukunya diterbitkan pun, orang-orang sudah ramai
menyebut-nyebutnya, contoh saja Dee dengan Gelombang, tentu hal itu amat
memiriskan.
Tak heran
bila saya tak terkejut melihat seorang rekan penulis senior, tiba-tiba menjadi
penjual produk MLM, barangkali karena iming-imingnya akan mendapatkan
keuntungan lebih cepat. Sementara penulis-penulis yang baru beberapa tahun
terjun ke dunia menulis, beralih profesi menjadi pembuat kue, kerajinan tangan,
atau apa pun, asal bukan menulis atau menulis hanya sebagai selingan. Kau tahu,
betapa lelahnya mengharapkan kemajuan karir dari profesi penulis. Meski kau
sudah berusaha mati-matian dengan terjun langsung menjual bukumu, label “Best
Seller” itu rupanya amat pemilih.
Betapa
panjang proses menjadi penulis, tak semata karya diterbitkan dan mendapatkan royalti.
Sementara penulis pemula bermimpi bakal cepat tenar dan kaya dari profesi
penulis, mereka bertanya kepadamu: “Berapakah “gaji” seorang penulis setiap
bulannya?” Dan kau hanya diam membisu karena khawatir jawabanmu bakal membuat
si pemula cepat-cepat mundur.
Salah
satu dari penulis pemula itu adalah Nicky F. Rompa, tokoh dalam novel “Winter
Dreams, karya Maggie Tiojakin. Akhirnya, saya berhasil juga membaca salah satu
karya Maggie Tiojakin. Beberapa bulan
lalu, saya ingin ikut lomba novel yang salah satu hadiahnya adalah mendapatkan
kelas menulis kreatif dari beliau. Saya berusaha mencari novel-novelnya, tapi
susah, mungkin karena sudah lama terbit. Ternyata kemarin, saya mendapatkannya
di sebuah toko swalayan harganya hanya Rp 10.000,- (salah satu nasib buruk
seorang penulis, saat buku diobral murah). Oya, saya tidak jadi ikut lomba
novelnya karena nggak sempat nulisnya.
Bercerita
tentang apakah novel ini? Tokoh utamanya adalah seorang laki-laki bernama Nicky
F Rompa, yang orang tuanya baru saja bercerai, dan dia memutuskan untuk tinggal
bersama ayahnya. Penyebab perceraian orang tuanya adalah karena sang ayah suka
memukul. Nicky pun menjadi sasaran pukulan ayahnya, hingga pukulan terakhir
membuatnya minggat ke Amerika (Boston). Kenapa Amerika? Karena tante Nicky yang
tinggal di Amerika, sudah lama menawarkannya untuk ikut. Amerika? Siapa yang
tidak mau ke sana? Negeri impian. Konon, menjanjikan segala hal.
Kebebasan?
Sudah tentu. Nicky benar-benar merasakan kebebasan selama tinggal di Amerika.
Dia rela melepas kuliahnya dan tinggal di rumah tantenya, yang punya satu anak
perempuan, Leah. Awalnya, baik-baik saja. Nicky tak mau sekadar tinggal di
rumah, jadi dia bekerja sebagai penjaga toko. Satu demi satu, kebebasan pun
dinikmatinya. Berpacaran dengan gadis Rusia dengan bebas, memakai narkoba,
sampai terakhir menjadi imigran illegal karena diusir oleh tantenya akibat
menyimpan narkoba. Nicky pun luntang-lantung di Amerika sebagai pekerja illegal
karena visanya sudah habis dan dia tak bisa memperpanjang. Tinggal serumah
dengan gadis Meksiko yang usianya 10 tahun lebih tua. Dan terakhir, memutuskan
menjadi Penulis.
Sebagaimana
novel genre sastra, akhir kisah Nicky juga dibuat menggantung dan pembaca
dipersilakan berpikir sendiri. Saya kira, saya akan kesulitan mencerna gaya
menulis Maggie, tapi ternyata tidak. Saya bisa membacanya hanya dalam semalam. Kisah
Nicky cukup menarik diikuti, terutama pengalamannya selama di Amerika. Novel
ini membuka wawasan kita mengenai para pekerja illegal di Amerika. Nicky yang
semula tak pernah bersentuhan dengan wanita sampai duduk di bangku kuliah,
bahkan harus kehilangan keperjakaannya akibat pergaulan bebas di Amerika.
Sebegitu mudahnya “orang Amerika” berhubungan seks dengan orang yang disukai,
sekalipun baru kenal. Belum lagi peredaran narkotika di kalangan pelajar yang
mudah didapat.
Itulah
Amerika. Nicky menyukainya, bahkan tak ingin pulang. Sampai kemudian dia
memutuskan untuk menjadi penulis di Amerika, dan pilihan itulah yang membuatnya
ingin pulang ke Indonesia. Amerika tak menjanjikan apa pun, dan perjalanannya
ke Amerika hanyalah perjalanan semusim ilusi.
obralannya murah banget ya...
BalasHapusTapi ceritanya sepertinya menarik
Wow...murah banget. Semoga kapan-kapan aku juga dapat buku murah punya Maggie Tiojakin, soalnya belum pernah baca karya beliau sih, xixixiiiii...
BalasHapus