Judul:
The Dream in Taipei City
Penulis:
Mell Shaliha
Penerbit:
Indiva
Jumlah
Halaman: 360
Tahun
Terbit: Cetakan 1, Februari 2014
ISBN:
978-602-1614-16-7
Ini
novel ketiga Mell Shaliha yang saya baca dan kembali menampakkan ciri khas
penulis yang pernah menjadi Buruh Migran Indonesia. Novel pertamanya, Xie Xie
Ni De Ai dan Crying Winter juga memasukkan tokoh seorang BMI sebagai pemeran
utama dan bersetting di Hongkong. Walaupun Ella Tan, tokoh utama di dalam novel
ini bukanlah BMI, tetapi masih belum bisa dipisahkan dari bau-bau BMI, yaitu
Ella adalah anak seorang mantan BMI yang menikah dengan anak pemuda Taipei.
Berdasarkan perjanjian antara kedua orang tuanya, setelah usia Ella 18 tahun,
Ella harus ikut ayahnya ke Taipei. Demi pendidikannya, Ella pun mengikuti
ayahnya ke Taipei, tapi berjanji akan kembali ke ibunya di Indonesia. Ella baru
berangkat ke Taiwan setelah berusia 22 tahun dan akan melanjutkan kuliah S2.
DI
Taipei, Ella masuk ke kampus NTU, Universitas Nasional Taiwan. Sifatnya yang
tergesa-gesa membuatnya bertabrakan dengan Mr. Yo, yang ternyata adalah
dosennya. Dosen muda itu membuat Ella jatuh cinta, tapi hanya bisa dipendam
karena Mr. Yo sudah berpacaran dengan Miss Wang. Ella nyaris tak tahu apakah
dia lolos seleksi NTU karena surat kelulusannya ditahan oleh ibu tirinya.
Untung ada Mr. Yo yang membantu menguruskan. Saat itu, Ella juga bertemu dengan
Hae Yo, pemuda Korea yang juga baru akan masuk ke NTU. Mereka menjadi sahabat
karena persamaan nasib.
Sebagai
novel ketiga yang bersetting luar negeri, kali ini Mell Shaliha cukup banyak
memperlihatkan setting luar negerinya itu (Taiwan). Kita diajak melihat
aktivitas Ella di NTU, flat, kebiasaan-kebiasaan warga di sana, makanan-makanannya,
dan sedikit bahasa Cina dan Korea. Gaya bercerita juga mengalir, lancar,
sehingga mudah dihabiskan dalam sekali duduk (kalau tidak ada kesibukan lain). Nama
Korea dan Taiwan yang dipilih juga tidak menyusahkan pembaca, seperti Mr. Yo,
Miss Wang, Hae Yo, sehingga mudah diingat. Tak seperti kebanyakan novel Korea
yang ditulis orang Indonesia, yang nama tokoh-tokohnya sulit dilafalkan oleh
lidah Indonesia.
Walaupun
inti dari kisah ini adalah tekad Ella untuk meraih mimpinya sebagai master dari
NTU, tapi kesan yang lebih banyak ditangkap adalah kisah cinta Ella, Mr Yo,
Miss Wang, dan Hae Yo. Kisah ibu Ella yang mantan BMI dan menikah dengan pemuda
Taiwan juga kurang diangkat. Adegan Ella bertabrakan dengan Mr. Yo yang terjadi
berkali-kali ini seolah mengingatkan kita pada adegan-adegan di drama Korea. Inspirasi
didapat dari kerja keras mahasiswa Indonesia di Taiwan yang harus bekerja part
time demi bisa membiayai hidup dan kuliahnya di Taiwan. Juga kebaikan para
senior yang sukarela membimbing yuniornya, seperti Adrian, mahasiswa senior
yang sudah akan lulus kuliah, tapi masih mau mengantar yuniornya ke mana-mana
dalam rangka beradaptasi dengan NTU.
Kedekatan
Ella dan Hae Yo yang berubah menjadi cinta, dikisahkan dengan halus sehingga tetap
dalam koridor norma-norma kesopanan. Kamu yang butuh novel inspiratif remaja,
perlu melirik novel berkover warna merah, warna kegemaran orang Tionghoa yang
menyimbolkan keberuntungan ini. Dijamin gak rugi deh baca novel ini. Siapa tahu kamu tertarik juga ingin kuliah di Taipei. Telusuri dulu serba-serbi Universitas Nasional Taiwan yang menjadi setting utama novel ini.
Terima kasih reviewnya mbak, jelas dan padat... smg sy bisa lebih baik lagi..amin. Mohon doa restu slalu..
BalasHapusPenasaran sama buku ini, dan buku yang satu lagi buku terbaru Indiva, Han River
BalasHapus