Penulis:
Riawani Elyta
Penerbit:
Diva Press
Tahun
Terbit: Cetakan Pertama, September 2011
Jumlah
Halaman: 298
Toleh kiri… toleh kanan… tunggu! Masih ada
yang melintas, sangat kencang malah. (halaman
7).
Kalimat
pembuka novel ini terbaca lucu oleh saya, sehingga saya sedikit mengurangi
ketertarikan untuk membaca novel ini. Apalagi pada bab-bab awal, kalimat-kalimat
Riawani Elyta terasa panjang-panjang dan bikin ngos-ngosan. Contohnya, kalimat
berikut ini:
Mr Josh telah meninggalkan class sepuluh
menit lalu, sama seperti kedatangannya, kepergiannya pun bagai angin sepoi yang
bertiup di tanah pekuburan, nyaris tanpa suara dan kesan yang berarti, selain
diiringi tarikan napas lega oleh sebagian besar isi kelas yang rata-rata memang
nggak merasa sreg dengan metode mengajar Mr. Josh yang monoton dan very
textbook. (halaman 40)
Kalimat
panjang itu hanya diakhiri dengan tanda koma, padahal bisa diakhiri dengan
titik. Selain itu, taburan-taburan kalimat dalam bahasa Inggris yang sebagian
panjang-panjang, juga sedikit membuat saya kesulitan mencerna artinya
(berhubung gak cerdas berbahasa Inggris). Tentu saja sekarang teknik menulis
Riawani sudah jauh lebih baik, karena ini kan novelnya yang sudah lama terbit. Saya
saja yang baru membacanya kemarin dan langsung tandas dalam waktu beberapa jam.
Yap!
Ini novel yang manis, inspiratif, dan asyik dibaca, walaupun pada bab-bab
pertama cenderung bikin ngos-ngosan. Berkisah tentang Izmi dan Lila, dua orang
pelajar Indonesia yang sekolah di Singapura, Negara Merlion. Saya baru tahu
kalau tidak semua pelajar yang bisa sekolah di luar negeri itu dari keluarga
kaya. Izmi dan Lila adalah dua dari mereka yang berasal dari keluarga sederhana
tapi bisa kuliah di luar negeri. Lila kuliah dari hasil beasiswa, sedangkan
Izmi kuliah dari hasil menjual sawah warisan kakeknya. Papa Lila mengalami
kebangkrutan dalam usahanya, sehingga mengurangi subsidi biaya kuliah. Lila
harus mencari pekerjaan, dan dia mendapatkannya di bursa saham. Jam kerjanya
gila-gilaan. Selama masa trainee, dia harus kuliah sambil bekerja, dan baru
bisa pulang ke rumah setelah jam 10 malam.
Orang
tua Izmi hanya penjual sayur dan ikan. Bayangkan, anak penjual sayur dan ikan
bisa kuliah di luar negeri. Subsidi orang tuanya hanya bisa untuk satu atau dua
tahun ke depan. Izmi menambah pemasukan dengan membantu membuat kue untuk gerai
Nyonya Jen, pemilik flat tempatnya menginap. Akibat sebuah kesalahpahaman, Izmi
harus diusir dari flat dan secara kebetulan bertemu dengan Lila yang pingsan di jalan akibat terlalu
keras bekerja serta makan tidak teratur. Lila menawari Izmi untuk tinggal bersama di
kamarnya, sejak itulah persahabatan mereka dimulai. Persahabatan yang manis,
yang sayangnya harus terpisah oleh takdir. Mereka berjanji untuk bertemu
kembali di Orchard Road, tiga tahun kemudian. Apakah mereka benar-benar akan
bertemu lagi?
Sebuah
novel akan terasa kurang bila tak ada sisi romantisnya. Lila jatuh cinta kepada
Edward, traineenya yang usianya terpaut jauh, bahkan sudah memiliki anak seusia
Lila. Sedangkan Izmi jatuh cinta kepada Nathan, anak Nyonya Jen. Kedua cowok
itu sudah berstatus duda. Bedanya, Edward punya anak sedangkan Nathan tidak.
Ternyata mereka soulmate juga ya,
bisa sama-sama jatuh cinta sama duda. Cara Riawani mengeksekusi kisah cinta
Lila dan Edward terasa sangat manis buat saya. Pantas deh kalau sekarang
Riawani lebih banyak menulis novel romance.
Kecerdasan
Riawani dalam menuturkan cerita-ceritanya memang sudah tidak diragukan lagi.
Semua novelnya tak hanya berisi drama, tapi juga membuka wawasan, termasuk
novel ini. Saya yakin sebagian isinya adalah pengalamannya saat kuliah di
Singapura. Kita disuguhi juga sebagian setting Singapura, beserta kebiasaan
orang-orangnya. Izmi dan Lila bukan
mahasiswa biasa yang hobinya kongko-kongko di sela jam kuliah. Keduanya harus
terus berpikir dan bekerja demi bisa menyambung hidup dan meneruskan kuliah di
Singapura.
Intinya,
ini salah satu novel Riawani yang bagus, menurut saya. Bisa meninggalkan kesan
di hati saya, seperti kalimat terakhir di bagian belakang kovernya: “Bacalah
novel cerdas dan penuh inspirasi ini! Disamping menggetarkan, sebuah kesadaran
akan semangat hidup dan pentingnya sebuah persahabatan tergambar dalam
petualangan dua sosok wanita muda; Lila dan Izmi!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar