Judul:
Cinta yang Membawaku Pulang
Penulis:
Agung F. Aziz
Penerbit:
Indiva
Tahun
Terbit: Cetakan Pertama, September 2013
Jumlah
halaman: 296
ISBN:
978-602-8277-62-4
Afghanistan
hingga kini masih menjadi salah satu wilayah konflik yang berbahaya di Timur
Tengah. Jangan ditanya pengorbanan rakyatnya. Rasa kehilangan sudah pasti
menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Tak hanya kehilangan
kehidupan yang layak, tetapi juga keluarga yang mati atau tercerai berai. Kisah
Shabana dalam novel yang ditulis oleh Agung F. Aziz ini mewakili penderitaan
rakyat Afghanistan yang diakibatkan oleh perang.
Shabana,
wanita kelahiran Afghanistan, harus kehilangan ibu, ayah, adik, suami, dan
putra semata wayangnya yang baru berusia lima bulan, akibat perang. Ibunya
meninggal di kamp pengungsian karena sakit, sedangkan ayah dan adiknya sudah
terpisah dengannya selama dua puluh tahun. Belum cukup, ia juga harus
kehilangan suami dan putra tunggalnya, enam tahun lalu. Enam tahun kemudian, ia
mendapatkan kabar bahwa ayahnya, Massoud Kamal, terlihat berada di Makkah.
Setelah menjual tanah ayahnya di Afghanistan, Shabana berangkat ke Makkah demi
bertemu kembali dengan ayahnya.
Shabana diceritakan berasal dari suku Pashtun, wajahnya cantik, meski tak digambarkan secantik apa. Tetapi konon gadis-gadis dari suku Pashtun memang cantik-cantik dengan ciri khas mata besar dan hidung mancung, salah satu etnis yang wanitanya tercantik di dunia. Bahkan, banyak dari mereka yang berkarir menjadi artis dan model.
Mungkin secantik inilah Shabana |
Novel
bernuansa Timur Tengah ini dituturkan dengan gaya penceritaan penulis-penulis
Timur Tengah. Siapa sangka penulisnya adalah santri Pesantren Kauman Kajen
Margoyoso Pati, kelahiran Salatiga? Novel ini juga novel perdananya, yang bisa
disebut luar biasa bagi seorang penulis pemula. Deskripsi tempat—terutama di
Makkah—dituturkan dengan apik, seakan-akan penulis memang pernah berpijak di
Makkah. Agung menggambarkan ibadah haji yang dilakukan Shabana sembari mencari
keluarganya. Bagi yang belum pernah beribadah haji seperti saya, kita bisa mendapatkan informasi mengenai ritual-ritual dalam ibadah haji beserta sejarahnya. Penulis juga menyertakan informasi mengenai pemusnahan bukti sejarah kehadiran Nabi Muhammad Saw dengan alasan syirik oleh Abu Sa'ud. Ini pengetahuan baru buat saya.
Alur
yang lambat membuat saya harus bersabar membacanya, tetapi kisah yang indah
telah membayar kesabaran itu. Beberapa kata dalam Bahasa Arab, Pashtun,
Perancis, tidak dijelaskan artinya sehingga membuat saya harus menebak-nebak. Ini
adalah kisah pencarian Shabana terhadap keluarganya. Penulis mengajak pembaca
untuk bertanya-tanya di manakah keluarga Shabana? Bisakah Shabana berkumpul
kembali dengan keluarganya? Walaupun ini sebuah cerita tragis, penulis berusaha
menyisipkan adegan-adegan komedi, terutama pada setiap akhir bab.
Ada
tarik ulur yang dilakukan oleh penulis untuk memancing rasa penasaran pembaca.
Setelah dua kali bertemu dengan Maryam,
adiknya, di Makkah, Shabana baru tahu kalau itu adalah adiknya pada pertemuan
ketiga. Bahkan, Shabana tidak sadar bahwa anak lelaki yang terpisah dari
keluarganya saat beribadah haji itu adalah putranya. Shabana pun berkali-kali gagal bertemu dengan suaminya,
Faisullah, yang secara kebetulan juga ditemuinya di Makkah. Tragisnya lagi,
Shabana harus menerima kenyataan diceraikan oleh Faisullah karena mereka sudah
berbeda kewarganegaraan, bahkan Faisullah menikahi Maryam.
Tekanan
demi tekanan belum cukup menyumbangkan kesedihan untuk Shabana. Masih ada lagi kejadian
sedih yang harus ia hadapi, yang memberinya kesadaran bahwa sejak awal ia
memang sudah harus menerima kehilangan semua keluarganya. Perang di Afghanistan sungguh-sungguh
menyadarkan Shabana akan arti cinta sejati. Saya ikut merasakan keletihan dan
kesedihan Shabana tatkala mencari keluarganya. Kemudian pikiran saya menerawang
kehidupan di Afghanistan yang menyengsarakan, dan harus memberikan aplaus untuk
Shabana yang tetap memilih pulang kembali ke Afghanistan, walaupun dia bisa
berpindah kenegaraan ke Arab Saudi. Saya ingat seorang teman yang sudah siap
pindah ke negara lain seandainya Indonesia kocar-kacir. Rasa nasionalisme
Shabana sungguh kuat, hingga mengorbankan kebahagiaan bersama keluarganya.
Novel
ini wajib dibaca bagi Anda yang ingin menyelami penderitaan rakyat di daerah
konflik dan menyadarkan Anda akan arti cinta sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar