Minggu, 02 Februari 2014

Olez: Vienna untuk Cinta


Judul: Olez: Vienna untuk Cinta
Penulis: Kusumastuti Fischer
Penerbit: Ufuk Fiction
Tahun Terbit: Cetakan I, Juli 2012
Jumlah Halaman: 230
ISBN: 978-602—18349-7-8

“Cerita yang manis, dengan detail setting yang matang serta gaya bahasa yang khas.” (Prisca Primasari, Penulis).

Sanggupkah kamu menikahi seseorang yang baru tiga kali bertemu denganmu dalam waktu singkat? Wanda Wulandari telah membuktikannya. Di Vienna, Austria, Wanda mengambil pendidikan Boga yang dibiayai dari beasiswa. Dia memang sangat suka memasak. Tiga bulan lagi, pendidikannya selesai dan dia akan kembali ke Indonesia. Ketika sedang berada di halte bus, dia bertemu dengan dua cowok dari Indonesia, Sidhi dan Alex. Mereka berkenalan. Sidhi seorang Arkeolog yang bekerja sebagai PNS, sedangkan Alex seorang pengusaha kaya. Alex dan Sidhi adalah dua orang sahabat, tetapi kedatangan mereka ke Vienna untuk dua kepentingan yang berbeda. Ternyata, keduanya naksir Wanda. Alex lebih agresif dengan meminta Wanda menjadi guide mereka selama berkeliling Vienna. Namun, perhatian Wanda lebih terfokus kepada Sidhi yang pendiam dan idealis.


Pertemuan kedua, mereka berjalan-jalan keliling Vienna, salah satunya ke kedai roti yang terkenal di Vienna. Rotinya memiliki 25 olesan berbeda. Ukurannya kecil, tapi harganya mahal. Orang-orang di Vienna memang sibuk-sibuk dan tidak punya waktu untuk sarapan dalam jumlah besar. Roti inilah nanti yang akan menjadi lahan bisnis Wanda di Indonesia. Pertemuan ketiga, mereka naik pesawat yang sama dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Wanda dan Sidhi sama-sama tidak bisa tidur, sehingga keduanya mengobrol panjang lebar. Rupanya,  keakraban itu menautkan hati mereka. Tanpa pertimbangan panjang, Wanda melamar Sidhi. Sidhi yang sudah tertarik kepada Wanda sejak pertama bertemu, langsung mengangguk setuju. Walaupun sempat diragukan oleh keluarga mereka, toh keduanya benar-benar menikah dalam pesta sederhana. Diam-diam, Alex menyesali mengapa Wanda tidak memilihnya padahal dia jauh lebih kaya daripada Sidhi? Dia menyimpan cintanya untuk Wanda.

Karakter Wanda yang ambisius mulai membuat Sidhi kelimpungan. Sidhi menikmati kehidupannya yang sederhana, tetapi Wanda tidak. Wanda baru saja merintis bisnis bersama Bistro Little Rose ketika dia positif hamil. Saking ambisiusnya, dia berniat menggugurkan kandungan, tapi Sidhi mau membuat kesepakatan. Jika bayinya telah lahir, Sidhi bersedia menjadi Bapak Rumah Tangga, mengurus bayi mereka. Maka, Wanda pun bersedia meneruskan kehamilannya sambil mewujudkan ambisi menjadi pengusaha kue ternama. Roti khas Viennanya laris manis, walaupun dia juga menjual kue khas Indonesia. Little Rose milik Ibu Rosy pun untung besar. Kehidupan ekonomi Wanda dan Sidhi beranjak naik. Sidhi merelakan istrinya terus sibuk di dapur, sementara dia mengurus anak. Kalau Wanda kekurangan uang, dia meminjam dari Alex yang masih mengharapkannya. Wanda meluaskan ekspansi bisnisnya dengan membuka perusahaan kue sendiri yang diberi nama “Olez,” berasal dari roti khas Viennanya dengan cirri khas olesan beraneka rupa. Usahanya sukses. Wanda menjadi pengusaha wanita ternama, sering diwawancarai televisi dan majalah, memiliki harta melimpah. Tapi di sisi lain, dia semakin jauh dari Sidhi dan anaknya. Bahkan kemudian dia selingkuh dengan Alex.
Olez, roti khas Vienna

Phiuuuh.. cukup sekian kilasan isi cerita novel ini, supaya gak spoiler. Saya sudah beberapa kali melihat novel ini di toko buku offline dan online, membaca endorsement dari Prisca Primasari, memandang kovernya yang manis. Saya pingin membaca buku ini, tapi masih terus mikir-mikir karena nama penulisnya yang baru terdengar. Endorsement tak selalu bisa jadi jaminan bahwa buku itu bagus. Saya takut kecele. Akhirnya pada pertemuan terakhir, saya putuskan untuk membeli buku ini dan ternyata saya suka! Mungkin karena saya suka dengan gaya bahasanya yang lincah dan gak bikin kening berkerut, juga konflik  yang diangkat, seputar wanita ambisius.

Karakter Wanda ini sukses bikin saya geram dan pengen nyubit. Ya ampuuun, ambisius banget ini oraaaang. Padahal dia kerja di rumah—tepatnya di dapur—menyiapkan aneka rupa kue untuk Little Rose. Tapi, nyentuh anaknya  pun enggak. Betapa egoisnya. Bahkan setelah dia sukses dan memiliki segalanya, ambisinya justru semakin meninggi. Dia gak memedulikan suami dan anaknya. Ajaibnya lagi, setelah semua pengorbanan Sidhi, dia masih saja menyebut suaminya “tidak melakukan apa-apa.”

“Ya ampun, Sidhi!” Mata Sidhi terbuka lagi. Di depannya, berdiri Wanda dengan wajah merengut.
“Ini mainan di mana-mana, dapur berantakan. Lihat ini, mobil-mobilan Aldhi masih di lantai. Masa aku juga sih yang berbenah rumah? Kau ngapain aja?” dengan kasar, Wanda mengambil mainan Aldhi dan menaruhnya di boks mainan.
“Aku baru sekarang bisa duduk, Wanda,” ujar Sidhi.
“Aku sampai sekarang belum duduk!”
“Tapi, itu pilihanmu sendiri. Aku karena mengurus Aldhi sakit.”
“Pilihanku! Kalau aku tidak berpikir, tidak akan ada yang terjadi di rumah ini! Semua harus menunggu ide dariku. Kalau tidak kita kelaparan.”
Sidhi berdiri. Capainya hilang. “Sebagai informasi, aku juga bekerja! AKu juga punya penghasilan!” Sidhi menaikkan volume suaranya.
“Ya! Tapi, berapa?!” (halaman 146)

Grrrrkkkk… membaca kalimat-kalimat Wanda jadi emosi sendiri. Kalau saya jadi Sidhi, sudah saya tinggalkan deh istri sedemikian itu. Wanda sangat gila harta, padahal Sidhi sudah kerja double lho. Ya PNS, ya Freelance. Mereka baru punya anak satu, tapi Wanda merasa kebutuhannya kurang terus.

Karakter Sidhi lebih-lebih lagi bikin saya pingin jitak. Kok ada sih suami sebaik itu yang rela diinjak-injak istri? Sidhi rela menjadi Bapak Rumah Tangga, walaupun tetap bekerja sebagai PNS dan penerjemah lepas. Kalau siang, anaknya dipegang pengasuh. Tapi Sidhi rela tidak menerima dinas ke luar kota dan luar negeri, demi bisa terus bersama anaknya. Dia mengganti popok, mengajak jalan-jalan, menyuapi makan, bahkan begadang bermalam-malam menunggui anaknya yang sakit. Sedangkan ibunya terus nguprek di dapur membuat kue. Hadeuuuh…. Masih kurang baik, Sidhi menolak tawaran selingkuh dari Anti, bosnya, yang masih lajang, meskipun kebutuhan batinnya sudah lama tidak dipenuhi oleh Wanda. Sementara Wanda sendiri malah selingkuh dengan Alex.

Namun, novel ini masih terasa kurang eksplorasi terutama pada bagian ending yang terlalu cepat. Saya juga tidak menemukan detail setting di Vienna yang matang, karena ketiga tokoh itu hanya sebentar saja dikisahkan berada di Vienna. Tapi itu baguslah, supaya novel ini tidak terkesan seperti buku travelling. Intinya, ini novel yang perlu dibaca oleh istri-istri ambisius, menjawab pertanyaan juga kenapa sih wanita yang sukses itu kebanyakan akhirnya bercerai dari suaminya? Yah, well, memang susah sih menyeimbangkan antara karir dan rumah tangga. Novel ini mengandung banyak pesan, sosok Sidhi sungguh patut diacungi jempol. Walaupun ikan asin (Anti) sudah di depan mata dan siap disantap, Sidhi masih ingat bahwa dia punya anak istri. Novel yang asyik dibaca sambil menikmati sepotong roti berolesan mentega.






3 komentar:

  1. asyiiik ya kayaknya... hmmm ikut geram bacanya deh :D

    BalasHapus
  2. wow....kayaknya menrik nih buku.
    Kalo gak salah, nama penulis ini pernah nulis amore juga di penerbit Gramedia, atau, nama yang mirip? yang jelas, belum pernah baca buku dr penulis ini juga :D

    BalasHapus
  3. asli penasaran, mba leyla mau jual ke aku gak bukunya wkwkwk

    BalasHapus