Judul: Olez: Vienna untuk
Cinta
Penulis: Kusumastuti
Fischer
Penerbit: Ufuk Fiction
Tahun Terbit: Cetakan I,
Juli 2012
Jumlah Halaman: 230
ISBN: 978-602—18349-7-8
“Cerita yang manis, dengan detail setting yang matang serta gaya bahasa
yang khas.” (Prisca Primasari,
Penulis).
Sanggupkah
kamu menikahi seseorang yang baru tiga kali bertemu denganmu dalam waktu
singkat? Wanda Wulandari telah membuktikannya. Di Vienna, Austria, Wanda
mengambil pendidikan Boga yang dibiayai dari beasiswa. Dia memang sangat suka
memasak. Tiga bulan lagi, pendidikannya selesai dan dia akan kembali ke
Indonesia. Ketika sedang berada di halte bus, dia bertemu dengan dua cowok dari
Indonesia, Sidhi dan Alex. Mereka berkenalan. Sidhi seorang Arkeolog yang
bekerja sebagai PNS, sedangkan Alex seorang pengusaha kaya. Alex dan Sidhi
adalah dua orang sahabat, tetapi kedatangan mereka ke Vienna untuk dua
kepentingan yang berbeda. Ternyata, keduanya naksir Wanda. Alex lebih agresif
dengan meminta Wanda menjadi guide mereka selama berkeliling Vienna. Namun,
perhatian Wanda lebih terfokus kepada Sidhi yang pendiam dan idealis.
Pertemuan
kedua, mereka berjalan-jalan keliling Vienna, salah satunya ke kedai roti yang
terkenal di Vienna. Rotinya memiliki 25 olesan berbeda. Ukurannya kecil, tapi
harganya mahal. Orang-orang di Vienna memang sibuk-sibuk dan tidak punya waktu
untuk sarapan dalam jumlah besar. Roti inilah nanti yang akan menjadi lahan
bisnis Wanda di Indonesia. Pertemuan ketiga, mereka naik pesawat yang sama
dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Wanda dan Sidhi sama-sama tidak bisa
tidur, sehingga keduanya mengobrol panjang lebar. Rupanya, keakraban itu menautkan hati mereka. Tanpa
pertimbangan panjang, Wanda melamar Sidhi. Sidhi yang sudah tertarik kepada
Wanda sejak pertama bertemu, langsung mengangguk setuju. Walaupun sempat
diragukan oleh keluarga mereka, toh keduanya benar-benar menikah dalam pesta
sederhana. Diam-diam, Alex menyesali mengapa Wanda tidak memilihnya padahal dia
jauh lebih kaya daripada Sidhi? Dia menyimpan cintanya untuk Wanda.
Karakter
Wanda yang ambisius mulai membuat Sidhi kelimpungan. Sidhi menikmati
kehidupannya yang sederhana, tetapi Wanda tidak. Wanda baru saja merintis
bisnis bersama Bistro Little Rose ketika dia positif hamil. Saking ambisiusnya,
dia berniat menggugurkan kandungan, tapi Sidhi mau membuat kesepakatan. Jika
bayinya telah lahir, Sidhi bersedia menjadi Bapak Rumah Tangga, mengurus bayi mereka.
Maka, Wanda pun bersedia meneruskan kehamilannya sambil mewujudkan ambisi
menjadi pengusaha kue ternama. Roti khas Viennanya laris manis, walaupun dia
juga menjual kue khas Indonesia. Little Rose milik Ibu Rosy pun untung besar. Kehidupan
ekonomi Wanda dan Sidhi beranjak naik. Sidhi merelakan istrinya terus sibuk di
dapur, sementara dia mengurus anak. Kalau Wanda kekurangan uang, dia meminjam
dari Alex yang masih mengharapkannya. Wanda meluaskan ekspansi bisnisnya dengan
membuka perusahaan kue sendiri yang diberi nama “Olez,” berasal dari roti khas
Viennanya dengan cirri khas olesan beraneka rupa. Usahanya sukses. Wanda
menjadi pengusaha wanita ternama, sering diwawancarai televisi dan majalah,
memiliki harta melimpah. Tapi di sisi lain, dia semakin jauh dari Sidhi dan
anaknya. Bahkan kemudian dia selingkuh dengan Alex.
Olez, roti khas Vienna |
Phiuuuh..
cukup sekian kilasan isi cerita novel ini, supaya gak spoiler. Saya sudah
beberapa kali melihat novel ini di toko buku offline dan online, membaca
endorsement dari Prisca Primasari, memandang kovernya yang manis. Saya pingin
membaca buku ini, tapi masih terus mikir-mikir karena nama penulisnya yang baru
terdengar. Endorsement tak selalu bisa jadi jaminan bahwa buku itu bagus. Saya
takut kecele. Akhirnya pada pertemuan terakhir, saya putuskan untuk membeli
buku ini dan ternyata saya suka! Mungkin karena saya suka dengan gaya bahasanya
yang lincah dan gak bikin kening berkerut, juga konflik yang diangkat, seputar wanita ambisius.
Karakter
Wanda ini sukses bikin saya geram dan pengen nyubit. Ya ampuuun, ambisius
banget ini oraaaang. Padahal dia kerja di rumah—tepatnya di dapur—menyiapkan
aneka rupa kue untuk Little Rose. Tapi, nyentuh anaknya pun enggak. Betapa egoisnya. Bahkan setelah
dia sukses dan memiliki segalanya, ambisinya justru semakin meninggi. Dia gak
memedulikan suami dan anaknya. Ajaibnya lagi, setelah semua pengorbanan Sidhi,
dia masih saja menyebut suaminya “tidak melakukan apa-apa.”
“Ya ampun, Sidhi!” Mata Sidhi terbuka lagi.
Di depannya, berdiri Wanda dengan wajah merengut.
“Ini mainan di mana-mana, dapur berantakan.
Lihat ini, mobil-mobilan Aldhi masih di lantai. Masa aku juga sih yang berbenah
rumah? Kau ngapain aja?” dengan kasar, Wanda mengambil mainan Aldhi dan
menaruhnya di boks mainan.
“Aku baru sekarang bisa duduk, Wanda,” ujar
Sidhi.
“Aku sampai sekarang belum duduk!”
“Tapi, itu pilihanmu sendiri. Aku karena
mengurus Aldhi sakit.”
“Pilihanku! Kalau aku tidak berpikir, tidak
akan ada yang terjadi di rumah ini! Semua harus menunggu ide dariku. Kalau
tidak kita kelaparan.”
Sidhi berdiri. Capainya hilang. “Sebagai
informasi, aku juga bekerja! AKu juga punya penghasilan!” Sidhi menaikkan
volume suaranya.
“Ya! Tapi, berapa?!” (halaman 146)
Grrrrkkkk…
membaca kalimat-kalimat Wanda jadi emosi sendiri. Kalau saya jadi Sidhi, sudah
saya tinggalkan deh istri sedemikian itu. Wanda sangat gila harta, padahal
Sidhi sudah kerja double lho. Ya PNS,
ya Freelance. Mereka baru punya anak
satu, tapi Wanda merasa kebutuhannya kurang terus.
Karakter
Sidhi lebih-lebih lagi bikin saya pingin jitak. Kok ada sih suami sebaik itu
yang rela diinjak-injak istri? Sidhi rela menjadi Bapak Rumah Tangga, walaupun
tetap bekerja sebagai PNS dan penerjemah lepas. Kalau siang, anaknya dipegang
pengasuh. Tapi Sidhi rela tidak menerima dinas ke luar kota dan luar negeri,
demi bisa terus bersama anaknya. Dia mengganti popok, mengajak jalan-jalan,
menyuapi makan, bahkan begadang bermalam-malam menunggui anaknya yang sakit.
Sedangkan ibunya terus nguprek di dapur membuat kue. Hadeuuuh…. Masih kurang
baik, Sidhi menolak tawaran selingkuh dari Anti, bosnya, yang masih lajang,
meskipun kebutuhan batinnya sudah lama tidak dipenuhi oleh Wanda. Sementara
Wanda sendiri malah selingkuh dengan Alex.
Namun,
novel ini masih terasa kurang eksplorasi terutama pada bagian ending yang terlalu
cepat. Saya juga tidak menemukan detail setting di Vienna yang matang, karena
ketiga tokoh itu hanya sebentar saja dikisahkan berada di Vienna. Tapi itu
baguslah, supaya novel ini tidak terkesan seperti buku travelling. Intinya, ini
novel yang perlu dibaca oleh istri-istri ambisius, menjawab pertanyaan juga
kenapa sih wanita yang sukses itu kebanyakan akhirnya bercerai dari suaminya?
Yah, well, memang susah sih
menyeimbangkan antara karir dan rumah tangga. Novel ini mengandung banyak
pesan, sosok Sidhi sungguh patut diacungi jempol. Walaupun ikan asin (Anti)
sudah di depan mata dan siap disantap, Sidhi masih ingat bahwa dia punya anak
istri. Novel yang asyik dibaca sambil menikmati sepotong roti berolesan
mentega.
asyiiik ya kayaknya... hmmm ikut geram bacanya deh :D
BalasHapuswow....kayaknya menrik nih buku.
BalasHapusKalo gak salah, nama penulis ini pernah nulis amore juga di penerbit Gramedia, atau, nama yang mirip? yang jelas, belum pernah baca buku dr penulis ini juga :D
asli penasaran, mba leyla mau jual ke aku gak bukunya wkwkwk
BalasHapus