Penulis: Eni Martini
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Oktober, 2014
Jumlah Halaman: 184
ISBN: 978-602-03-0988-0
“Sesuatu yang tidak cocok bukan dipaksakan untuk menjadi cocok, tapi dipahami
agar saling mengisi.” (halaman 13)
Dijodohkan? Anak muda zaman
sekarang akan langsung antipati mendengar kata itu. Seakan-akan perjodohan
hanya berlaku bagi pemuda-pemudi di zaman Sitti Nurbaya. Apalagi perjodohan
Sitti Nurbaya membawa penderitaan, membuat para pemuda sudah berprasangka buruk
terhadap orangtua bila mereka hendak menjodohkan anak-anaknya.
Sementara itu, jumlah para lajang
yang belum mendapatkan jodoh semakin meningkat. Mereka kesulitan mencari jodoh,
tapi juga tak mau dijodohkan. Barangkali karena dimanjakan oleh keinginan
memiliki pasangan sempurna yang tak juga ditemukan. Atau, karena kurangnya
inisiatif untuk memulai. Sayangnya, mereka pun tak mau menggunakan perantara
orang ketiga (terlebih lagi bila itu adalah orangtua), karena khawatir jodoh
yang disodorkan tak sesuai keinginan. Lalu, kapan mau menikah?
Novel “Learning to Love” karya
Eni Martini ini mengangkat tema perjodohan antara Eliza dan Ken, pemuda-pemudi
metropolitan yang sukses berkarir tapi kesulitan mendapatkan jodoh. Walaupun
keduanya sama-sama pernah beberapa kali menjalin hubungan serius dengan pacar
masing-masing, toh hubungan itu kandas pula di tengah jalan. Sementara usia
terus merangkak naik. Eliza sudah berusia 33 tahun, usia yang rawan bila
mengingat organ reproduksi wanita dibatasi usia. Sedangkan Ken berusia 34
tahun, hanya setahun lebih tua. Kedua orangtua mereka pun bertemu untuk
menjodohkan anak-anaknya. Tentu saja awalnya Ken dan Eliza menolak keras,
tetapi demi menyenangkan orangtua, mereka mau mencobanya.
Cinta tak bisa langsung tumbuh
pada pertemuan pertama, karena mereka disergap oleh kecanggungan dan keanehan
perasaan “dijodohkan.” Eliza memang sudah mulai menaruh hati kepada Ken, tapi
sikap lelaki itu yang cuek dan dingin, membuat perasaannya maju mundur.
Benarkah Ken juga menginginkannya? Ataukah Ken menerima perjodohan mereka hanya
untuk menyenangkan hati orang tuanya? Ken pun perlu meyakinkan dirinya sebelum
menerima Eliza, karena gadis itu terlalu pendiam sehingga sulit ditebak
perasaannya. Demi orangtua, mereka mau menikah sebulan setelah pertemuan
pertama. Bagaimana jadinya sebuah pernikahan yang melalui perjodohan? Akankah
pernikahan keduanya langgeng?
Tak ada pernikahan yang tak
melalui aral melintang, sekalipun kedua pasangan telah lama berpacaran. Apalagi
pernikahan Eliza dan Ken yang melalui proses kilat. Mereka harus beradaptasi
dulu dengan sifat, sikap, dan kebiasaan masing-masing. Ada kebiasaan Ken yang
tak disukai Eliza, dan begitu juga ada kekurangan Eliza yang mengganggu Ken.
Bahkan, beberapa bulan setelah menikah, Eliza meminta cerai karena merasa tidak
sanggup melanjutkan pernikahannya dengan Ken. Kalau begitu, salahkah pilihan
orangtua mereka?
Orangtua tentu ingin anak-anaknya
mendapatkan jodoh yang sesuai dan baik, setidaknya itu yang sudah diusahakan
oleh orangtua Ken dan Eliza. Orangtua Eliza tak menjodohkan putrinya dengan
lelaki tua seperti Datuk Maringgih, melainkan dengan pemuda tampan,
berpendidikan, dan mapan, seperti Ken. Orangtua Ken pun tak menjodohkan
putranya dengan gadis tua yang urakan, melainkan dengan Eliza yang cantik,
berpendidikan, dan punya sopan santun. Urusan cinta, tinggal diusahakan. Sebab,
cinta sesungguhnya bisa diupayakan bila masing-masing pasangan mau belajar
mencintai pasangannya.
Jalan jodoh bisa melalui siapa
saja, termasuk melalui orangtua. Bagi para lajang yang belum menemukan
jodohnya, bacalah novel ini. Barangkali setelah itu, Anda tidak buru-buru
menolak pilihan orangtua sebelum mencoba untuk menjajakinya.
tema perjodohan tetep favorit genre amore nih kayanya...
BalasHapusHuwa..sensor..sensor..
BalasHapus*salah fokus*
hayyah mana handuuk, baru mandi xixiix :)
BalasHapusaiiiiih..panas dingin bacanya, wkwkwkwk....
BalasHapuswkwkwkw...Mba Leyla hebat euy, sepotong adegan dalam Learning To Love sudah mampu membuat imajinasi berlayar liar di mata pembaca/komentator
BalasHapusjiaaah.. Mbak Ela nih yg berkesan adegan yg paling hot ya.. xixixi...
BalasHapus