Penulis: Waheeda El Humayra
Penerbit: Mizania, 2009
Halaman: 600
Ini adalah novel biografi Nabi Muhammad Saw dengan salah satu istrinya, Maria Al Qibtiyah. Saya amat tertarik membaca novel ini karena Maria Al Qibtiyah adalah salah satu istri nabi yang kisah hidupnya sangat menarik. Maria adalah istri Nabi yang beragama nasrani, berasal dari negeri Qibti (Mesir), hadiah dari penguasa Mesir saat itu. Semula Nabi mendapatkan dua wanita yang dijadikan hadiah untuknya, tetapi hanya Maria yang dinikahi oleh Nabi.
Selain Khadijah, Maria adalah istri Nabi yang bisa memberikan keturunan kepada Nabi. Sebagaimana kita ketahui, istru-istri Nabi yang lain, kecuali Aisyah, sudah berusia tua ketika dinikahi dan tidak bisa memberikan keturunan. Maria melahirkan Ibrahim, tetapi sayangnya Ibrahim meninggal ketika masih berusia balita.
Novel ini ditulis dengan jalinan kata yang indah dan romantis, serasa kita berada di zaman Nabi dan menikmati romantika pernikahan Nabi dan Maria. Ada banyak pengetahuan sejarah yang kita dapatkan. Latar belakang Maria yang beragama nasrani membuat novel ini perlu dibaca oleh pemeluk agama nasrani. Ketika menikah dengan Nabi, Maria sudah memeluk Islam. Cerita ditulis dari sudut pandang Maria dan Yasmin, sepupunya. Semula saya pikir, kisah Yasmin ini nyata, tetapi lama-lama saya dapat menarik kesimpulan bahwa kisah Yasmin ini fiksi.
Yasmin, dikisahkan sebagai adik sepupu Maria yang menyusul Maria, dari Mesir ke Madinah, karena diutus oleh Raja yang mengirim Maria untuk menyelidiki apakah Maria diperlakukan dengan baik atau tidak oleh Muhammad. Yasmin menyamar menjadi pelayan Maria. Kisah cinta Yasmin dengan Saif, salah seorang pemuda Arab yang menuturkan Rasulullah dari sisi lain, juga menarik untuk disimak. Tentunya, kisah cinta yang ini fiksi.
Novel ini sempat memikat saya, karena kepiawaian penulisnya dalam menjalin kata-kata juga lukisan sejarah yang disajikan. Terlepas dari budaya pada masa itu, yaitu memberikan gadis-gadis muda kepada penguasa di negara lain agar negaranya bebas dari ancaman, Nabi mencontohkan sikap yang baik dalam memperlakukan istri-istrinya. Maria sempat menjadi sasaran cemburu kedua istri Nabi yang lain: Aisyah dan Hafsah. Nabi tak ada pilihan untuk tidak menikahi Maria, karena Maria sudah diserahkan kepadanya sebagai budak. Nabi justru mengangkat posisi Maria yang semula budak, menjadi istri. Bila Maria tidak dinikahi, kehidupannya justru akan terluntang-lantung. Pulang kembali ke Mesir pun tak akan bisa karena Rajanya sudah mengirimnya sebagai budak.
Namun, seusai menamatkan novel ini, saya memikirkan kembali perihal kisah nyata dan fiksi yang dicampurkan ke dalamnya. Saya jadi bertanya-tanya, mana yang nyata dan mana yang fiksi? Apakah adegan ini nyata? Apakah yang ini fiksi? Terasa rancu sekali jika keduanya digabungkan. Sama halnya dengan novel biografi lainnya, semisal Laskar Pelangi dan Sepatu Dahlan, membuat kita tidak bisa mempercayai isi ceritanya 100 persen karena percampuran nyata dan fiksi. Jadi, menulis novel semacam ini amatlah rentan, apalagi bila yang diceritakan itu adalah kisah Nabi Muhammad Saw.
Apa pun, salut terhadap penulisnya yang sudah bersusah payah menuliskan kisah ini dengan bahasa yang bagus. Dan ini adegan Maria dan Nabi Muhammad yang membuat saya terkenang-kenang:,
Lalu, Maria pun mendekatkan kepalanya ke dada Nabi. Sedikit, sampai dirinya dapat mencium wangi keringat Nabi dari jarak yang terdekat. Kemudian, sedikit lagi. Dan sedikit lagi, dan lagi. Sampai tanpa jarak. Sampai akhirnya kepala Maria menempel di dada Nabi: mendengar detak jantungnya, merasakan naik turun tulang rusuknya, dan menghirup aroma surga dari tubuhnya....
Jantung saya jadi ikut deg-degan membaca kalimat-kalimat di atas yang masih bersambung sampai dua paraghraf lagi :-)
Jadi pengen baca. Betul y ..buku yg diangkt dr kisah nyata sangt rancu.gbisa percaya 100% tp mgk qt bisa mnikmatinys n ambil jikmahnya
BalasHapusiya, katanya Tasaro juga pernah dikritik waktu nulis Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan dan yg 1 laginya tuh. Yang kontra bilang kalo gak bersumber dari Rasululllah kisahnya, maka itu salah, yg pro bilang ini hny fiksi, dan tujuannya utk syiar Islam jd gak masalah. Btw, merinding baca kutipan adegan Maria dan Rasul, saya gak pernah nemu buku ini
BalasHapusJadi pengen beli bukunya mbak Leyla. Harganya kenapa ga disebutin sih mbak hu..hu..
BalasHapusYa Allah, saya benar-benar terpukau dengan kisah ini. Air mata tak henti-hentinya mengalir saat membaca novel ini. Sungguh kisah yang sangat luar biasa
BalasHapusYa Allah, saya benar-benar terpukau dengan kisah ini. Air mata tak henti-hentinya mengalir saat membaca novel ini. Sungguh kisah yang sangat luar biasa
BalasHapus