Judul:
Seven Days
Penulis:
Rhein Fathia
Penerbit:
Qanita, Mizan
Tahun
Terbit: Cetakan I, Februari 2013
Jumlah
Halaman: 296
ISBN: 978-602-9225-72-3
Hanya
ada satu alasan mengapa novel ini bisa menjadi pemenang pertama lomba novel
romance Penerbit Qanita. Setting Bali yang kental! Selebihnya: penokohan, jalan
cerita, konflik, logika, tidak mendukung pemilihan gelar itu. Setidaknya itu
menurut saya, lho.
Ide
ceritanya sangat-sangat biasa, mengingatkan saya pada film Kuch Kuch Hota Hai,
tentang persahabatan Kajol dan Shah Rukh Khan yang berkembang menjadi cinta.
Bedanya, kalau di KKHT itu Kajol yang
jatuh cinta kepada sahabat lelakinya, nah di novel ini, si cowok (Shen) yang
jatuh cinta kepada Nilam (sahabat ceweknya). Seperti biasa untuk mendukung
konflik, si Nilam telah memiliki pacar, Reza.
Novel
ini bergaya memoar, tak heran bila di sinopsis belakang buku pun dituliskan
dalam bentuk diary. Ditambah dengan penuturan dalam bentuk Pov 1 (Aku), kisah
ini menjadi tak lebih dari sekadar kisah perjalanan Nilam dan Shen. Diksinya
pun biasa saja, seperti orang yang sedang bertutur. Nilam yang sedang bingung
dengan lamaran Reza, pacar yang sudah dipacarinya selama tiga tahun, diajak ke
berlibur ke Bali selama tujuh hari oleh Shen, sahabatnya. Barangkali selama
berlibur itu, Nilam jadi lebih mantap apakah menerima lamaran Reza atau tidak.
Logika
mulai dipertanyakan ketika membaca tanggapan Reza yang biasa-biasa saja. Apakah
Reza itu tidak memiliki sedikit pun rasa cemburu mengetahui pacarnya berlibur
ke Bali selama tujuh hari oleh laki-laki yang bukan kakak atau adiknya? Oh my God! Di mana logika Reza?! Aih,
saya jadi gemas sendiri. Mana lagi si Reza itu kelihatannya santai-santai saja,
sangat percaya kepada Nilam. Reza benar-benar cowok yang sangat baik, tak ada
kekurangannya sedikit pun.
Well, setahu saya sih ya, laki-laki
normal itu pasti cemburu berat kalau tahu ceweknya jalan (apalagi berlibur)
dengan cowok lain, berdua saja. Penulis
harus lebih mendalami pikiran laki-laki, karena nyaris sebagian besar lelaki
itu mendahulukan logika. Mereka tidak akan membolehkan pacarnya jalan berdua
saja dengan lelaki lain. Yang benar saja, dong, Rezaaaaa!
Sebenarnya
saya sudah malas meneruskan membaca novel ini, tapi apa boleh buat karena saya
sedang mengikuti Indiva Reading Challenge, saya harus membacanya sampai
selesai. Gaya bertuturnya membosankan. Estimasi saya terlalu tinggi, karena
saya sudah pernah membaca novel Rhein yang pertama “Jadian 6 Bulan,” dan cukup
bagus. Tetapi, saya justru menemukan kontradiktif antara novel pertama Rhein
yang islami itu, dengan novel ini.
Jadian 6 Bulan, Republish |
Antara
novel islami dan romance terdapat perbedaan prinsip yang amat besar. Di dalam
novel islami, kita dilarang memasukkan adegan orang pacaran, sedangkan adegan
itu menjadi tak terbantahkan di dalam novel romance. Masa novel romance gak ada
mesra-mesranya, ya aneh to? Jadi,
wajar saja kalau Rhein memasukkan adegan-adegan romantis di dalam novel ini (karena
genrenya romance), seperti ketika Shen mengacak-acak rambut Nilam, Nilam
mencubit pinggang Shen, Shen menarik Nilam ke dalam pelukannya, Shen
menggendong Nilam yang kakinya terluka, dan yang paling maksimal adalah Shen
mencium Nilam karena terbawa suasana. Oke, no
problem, ini kan novel romance. Menjadi masalah bila kita membandingkannya
dengan novel pertama Rhein (Jadian 6 Bulan) yang mengandung ceramah “Say No to Pacaran!” Novel itu bahkan
sudah direpublish dalam waktu nyaris bersamaan dengan novel ini. Jadi,
bagaimana tanggapan orang yang membaca kedua novel kontradiktif ini dalam waktu
bersamaan? Eh, tapi saya gak tau juga sih bagaimana isi novel Republish Jadian
6 Bulan itu, barangkali sudah sedikit berubah?
Terlepas
dari kekurangannya, ada sisi baiknya juga kok. Ya, sebagaimana saya sebutkan di
awal. Novel ini sangat kuat setting Bali-nya. Saya serasa diajak berjalan-jalan
ke Bali oleh Nilam dan Shen. Yang paling membekas adalah perjalanan mereka ke
Besakih, di mana mereka mengalami pemerasan oleh warga sekitar. Sebelum masuk
ke dalam kompleks Pura, mereka harus memakai sarung seharga 100 ribu, membayar
ojek seharga 50 ribu, dan sebagainya. Ini bisa jadi informasi penting bagi yang
ingin berkunjung ke Besakih, untuk berhati-hati menghadapi warga sekitar yang
melakukan pemerasan.
Pemerasan terjadi di Pura Besakih |
Novel
ini baik untuk Anda yang sedang penat dan mencari buku bacaan yang sifatnya
menghibur (bukan mumet), karena kita tak perlu berpikir banyak-banyak untuk
mencerna jalan cerita Shen dan Nilam. Tak ada suspense yang membingungkan. Saya berikan dua bintang untuk novel ini.
Suka dengan resensinya... joejoer. Saya berikan 4 bintang untuk resensi ini.
BalasHapusBintang 4 buat resensinya? Aaiiih...
Hapussempat pengen beli buku in waktu tahu buku ini yang jadi juara 1 lomba novel romance qonita, setelah diintip beberapa kali (digramed) gak jadi....karena ya itu isinya biasa, diksi dan deskripsinya juga biasa bagusan yang juara 2 atau 3 ya, yang sabrina ws...ya selera juri kali ya hehehhe
BalasHapus