Judul:
Dunia Trisa
Penulis:
Eva Sri Rahayu
Penerbit:
Stiletto Book
Tahun
Terbit: Cetakan 1, Oktober 2011
Jumlah
Halaman: 295
ISBN:
978-602-96026-6-1
Kamu
suka nonton infotainment? Samma, saya juga. Kayaknya dunia artis itu seperti
sandiwara ya. Ada aja kejadian aneh yang mirip adegan sinetron yang mereka
mainkan. Perselingkuhan, perceraian, video porno, dan lain sebagainya mewarnai
dunia keartisan. Bukannya memenuhi berita infotainment dengan berita-berita
yang positif, malah yang banyak adalah berita-berita negatif. Antara percaya
gak percaya deh. Nah, Dunia Trisa, novel chicklit karya Eva Sri Rahayu ini
mewakili dunia artis yang kejam dan penuh intrik.
Trisa,
seorang gadis berusia 25 tahun yang beum juga lulus kuliah karena sibuk ikut
casting ini, memiliki mimpi besar menjadi artis terkenal. Selama karirnya, dia
baru berhasil menjadi figuran. Bagaimana perjuangannya menjadi artis? Ternyata
gak mudah juga untuk menjadi artis, apalagi kalau gak punya kenalan. Bergabung
di agensi artis pun belum menjamin karirnya terdongkrak. Trisa mengikuti
casting-casting film dan iklan apa saja yang penting bisa dipakai. Bahkan, yang
namanya KKN pun gak bisa lepas juga dari dunia artis. Walaupun Trisa punya
bakat akting yang bagus, dia harus mengalah dengan Raisya, artis yang sudah lebih
dulu terkenal.
Dalam
urusan cinta, Trisa juga lebih suka menjalin hubungan dengan cowok yang juga
berprofesi sebagai artis. Dia tak memedulikan cinta Desta, cowok yang selalu
setia melakukan apa saja untuknya, termasuk membuatkan proposal skripsinya. Trisa
jatuh cinta kepada Bian, vokalis band yang sedang naik daun, tapi ternyata
playboy dan mendekatinya hanya untuk ngajak “tidur.” Hmmm… si Bian ini jadi
ngingetin saya sama Ariel Noah, tapi memang sih kebanyakan vokalis band itu
playboy. Konon katanya mereka suka ngajak tidur fans-fansnya yang rata-rata
cewek ABG, bahkan sampai hamil.
Untunglah
Trisa ini punya prinsip. Walaupun dia ngebet jadi artis terkenal, dia gak mau
berpakain seksi, beradegan seronok, apalagi diajak tidur oleh artis yang sudah
lebih dulu terkenal, maupun oleh produser. Ini yang bikin perjuangan Trisa
menjadi artis semakin menarik. Trisa ingin menjadi artis yang lurus-lurus saja.
Suka dukanya menjadi artis sekaligus menyelesaikan skripsinya, menjadi pemikat
novel ini sehingga saya bisa menyelesaikan membacanya dalam waktu satu hari
saja.
Sebagaimana
halnya chicklit, Eva Sri Rahayu dapat menuliskan chicklit ini dengan bahasa
yang santai, penuh humor, dan mengalir. Walaupun menggunakan Pov 1, tapi gak
membosankan karena selalu ada kelucuan-kelucuan yang ditimbulkan oleh Trisa
akibat sikapnya yang ceroboh. Di dunia keartisan yang bebas, sikap Trisa boleh
diacungi jempol. Dia tetap berusaha
menjaga kehormatan dirinya, walaupun godaan datang dari vokalis terkenal yang
tampan semacam Bian, sampai produser film yang menawarinya sejumlah satu miliar
dengan syarat agar dia mau menyerahkan kegadisannya.
Semangat
Trisa untuk menjadi artis juga patut diacungi jempol. Menjalani casting dengan
modal mepet, lelah fisik dan pikiran tak menyurutkan niatnya. Ia bahkan rela
dimaki-maki, dihina, dan diabaikan oleh orang-orang di dunia artis; produser,
sutradara, lawan main, dan sebagainya. Dia juga rela melepas kesempatan
membintangi film bagus demi menyelesaikan skripsinya yang hanya diberi waktu
satu buan, dengan dosen pembimbing yang killer.
Baginya, pendidikan tetap nomor satu.
Agaknya
saya memang ngefans dengan tulisan Eva Sri Rahayu. Setelah dibuat tak berkedip
saat membaca Love Puzzle, saya pun dibuat tahan seharian membaca Dunia Trisa.
Gaya bertutur Eva memang cocok dengan saya, meskipun beberapa adegan ciuman
antara Trisa dan Bian, serta Trisa dan Desta sedikit mengganggu. Uniknya, salah
satu film yang dibintangi Trisa bercerita tentang Love Puzzle. Sepertinya
penulisan novel ini berdekatan waktunya dengan novel Love Puzzle.
Sebagai
sebuah chicklit yang mengambil setting perkotaan dengan wanita-wanita high class, tentu saja novel ini relatif
santun. Prinsip-prinsip Trisa yang tidak mau melakukan seks bebas, tidak mau
terlalu seksi dalam berpakaian, tidak merokok, dan tidak minum, tentu saja
berbeda jauh dengan chicklit-chicklit yang ditulis oleh penulis luar negeri.
Bahkan, chicklit yang ditulis penulis Indonesia pun beberapa ada yang
mengemukakan gaya hidup bebas.
Secara
keseluruhan, novel ini sangat menghibur sekaligus membawa pencerahan tentang
dunia keartisan dan suka dukanya. Dan yang patut diacungi jempol adalah
semangat Trisa untuk menyelesaikan kuliahnya sekaligus menggapai impiannya
menjadi artis. Bahkan, pada titik terendah dalam hidupnya, dia bertekad,
“Aku benar-benar ingin bermanfaat bagi
banyak orang, bukan hanya sekadar untuk diriku sendiri, karena itu aku gak
boleh patah semangat. Menyerah bukanlah sebuah pilihan. Berjuang adalah
satu-satunya cara yang harus kulakukan. Dari awal aku tidak pernah berpikir
menjalani profesi ini dengan mudah, karena itu… I will survive. I will, if I beliefe!”
(halaman 91)
Wow...paragraf terakhir yang diambil dari novel itu, aku suka banget
BalasHapus