Selasa, 18 Maret 2014

Ketika Hati Butuh Menjeda


Judul: Menjeda
Penulis: Adya Pramudita
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: Januari, 2014
Jumlah Halaman: vi + 266
ISBN: 978-602-251-328-5

“Kita memang hanya memiliki satu hati, tapi kita bisa menyayangi beberapa orang dalam satu waktu. Tentu dengan tingkatan yang berbeda, dalam ruang-ruang redup hingga terang benderang. Hanya hati kita yang mengetahui siapa yang menempati ruang dan tingkatan yang mana. Dan, seharusnya itu tidak tertukar.” (halaman 1)


Sebagai novel perdana, novel ini sangat cantik dan ciamik. Adya Pramudita menggunakan diksi yang menawan untuk menggambarkan hubungan di antara Keira, Radja, dan Giras. Keira pernah memiliki seorang sahabat di masa remajanya bernama Giras. Giras si anak kampung yang suka mencuri itu, tentu saja tak direstui oleh orang tua Keira untuk menjadi sahabat anaknya. Segala cara dilakukan oleh orang tua Keira untuk memindahkan sekolah Keira agar tidak pernah lagi bertemu dengan Giras.

Akhirnya, Keira bertemu dengan Radja dan mereka terus bersahabat hingga dewasa. Setelah orang tuanya bercerai, Keira pun galau. Dia mengikuti Radja tinggal di Roma dan mewujudkan mimpinya menjadi desainer. Mereka tinggal di sebuah apartemen dan menjalani aktivitas masing-masing. Setelah sepuluh tahun bersama, Radja ingin memperjelas hubungan mereka dengan melamar Keira. Tetapi Keira menyadari, walaupun puluhan tahun berlalu, nama Giras masih ada di dalam hatinya. Dia ingin bertemu dengan Giras dulu untuk memastikan siapa yang pantas menempati hatinya.

Pertemuannya dengan Giras ternyata tidaklah sulit. Ayahnya pernah bertemu dengan Giras dan memberikan alamat Giras kepada Keira. Giras telah insyaf dan menjadi instruktur Next Adventure. Dengan mudah, Keira bertemu dengan Giras. Rupanya, Giras pun masih mencintai Keira. Tak peduli bahwa hatinya sudah terikat pada Novali dan Nala, anak angkatnya, Giras nekat melamar Keira karena tak mau kehilangan Keira lagi. Keira kembali bimbang. Setelah melihat Giras, dia malah teringat lagi dengan Radja. Lalu, siapakah yang akan dipilih oleh Keira?

Memasuki genre novel romantis, Adya Pramudita telah berhasil menghidupkan aura romantis di dalam novel ini melalui diksi-diksi puitis dan hubungan di antara tokoh-tokohnya. Walaupun idenya seragam dengan novel lain, mengambil tema “sahabat jadi cinta,” kekuatan diksilah yang menjadi pembeda. Adya menjalin cerita ini dengan manis, lembut, dan mengena.

Apanya yang seragam? Tipikal tokoh-tokohnya, tentu. Kita sebut saja, Keira. Gadis yang sempurna, terlahir dari keluarga berada, memiliki profesi yang mapan, cantik, dan menjadi rebutan Radja dan Giras. Lalu, tokoh Radja, benar-benar lelaki idaman semua wanita. Begitu lapangnya hati Radja mengijinkan Keira untuk bertemu kembali dengan cinta lamanya, tanpa khawatir hati gadis itu akan berpaling. Dan ketika Keira sepertinya akan berpaling, Radja dengan besar hati, menerima kenyataan itu. Tokoh Giras memang dibuat sebagai bad boy, tapi tetap saja seorang yang setia mengagumi Keira hingga berani melamar tanpa meminta persetujuan Keira dulu. Bagi saya pribadi, sosok Giras jauh lebih jantan daripada Radja, dan memang dari latar belakangnya juga demikian. Giras dibentuk oleh lingkungan yang keras. Tak seperti Radja yang memble, Giras berani menentukan sikap, cepat-cepat melamar Keira sebelum diambil cowok lain.

Namun, pilihan Keira tentang siapa yang memenangkan hatinya, sesuai dengan harapan saya. Siapa yang Keira pilih? Anda harus membacanya dong. Saya hanya memandang novel ini sebagai novel perdana yang berhasil, karena ditulis dengan cantik sehingga agak sulit percaya bila ini adalah novel perdana. Kelemahannya ada pada beberapa typo dan editorial yang tak mengikuti EYD. Novel ini menunjukkan bahwa penulis pun perlu mengedit novelnya sendiri, karena bisa jadi nanti dia mendapatkan editor yang bekerja dikejar tenggat waktu, atau tidak memiliki proofreader yang memeriksa kesalahan penulisan.

Kemudian, menilik usia kebersamaan Radja dan Keira yang mencapai waktu sepuluh tahun, tinggal bersama di sebuah apartemen (satu kamar apartemen), dalam kondisi saling mencintai, seorang pembaca dewasa akan bertanya-tanya, apa yang sudah dilakukan oleh mereka? Lain halnya jika saya seorang pembaca ABG lho yaa…. Dulu waktu ABG, saya sering mengkliping berita artis-artis Mandarin. Pasangan artis yang belum menikah, diberitakan tinggal bersama. Dalam pikiran ABG saya, tidak terpikir bahwa tinggal bersama itu akan melakukan hubungan suami istri. Sampai kemudian saya membaca berita lagi tentang seorang artis Mandarin yang berkali-kali menggugurkan kandungannya, hasil hubungan dengan pacarnya yang tinggal bersamanya. Saat itu saya berpikir, efek tinggal bersama itu bisa menyebabkan kehamilan, bahkan pengguguran kandungan. Lalu mengapa mereka tidak menikah saja?

Setelah saya menikah, rupanya memang jerat-jerat nafsu sulit dihindarkan dari sepasang lelaki dan perempuan yang tinggal bersama. Jadi, wajar kalau sampai terjadi kehamilan. Oleh karena itu, pada titik ini, hubungan Keira dan Radja yang tinggal bersama dalam satu kamar apartemen selama sepuluh tahun, saling mencintai, tapi tidak terjadi apa-apa di antara mereka kecuali sekadar berpegangan tangan, berpelukan, mengecup kening atau pipi, saya katakan agak di luar logika. Kalaupun ada yang bisa begitu, saya perlu angkat jempol karena mereka bisa menyingkirkan nafsu biologis dalam kurun waktu yang tak sebentar. Akan lebih masuk akal bila keduanya tinggal di apartemen yang sama, tapi beda kamar. Saya rasa tidak akan menghilangkan kebersamaan antara Radja dan Keira.

Ah, rasanya saya tidak percaya jika novel ini ditulis oleh seorang ibu rumah tangga yang sering galau. Setting Roma-nya membuat saya seakan sedang membaca karya seorang desainer yang sedang bekerja di Roma J

1 komentar:

  1. deuuuh resensinya manis bener, huhu tapi masa Radja dibilang membel, nangis klojotan hehe ... but anyway, makasih banyak mba sudah menyempatkan meresensi ya hehe. doakan karya berikutnya lebih baik lagi.

    BalasHapus