Selasa, 25 Maret 2014

Vandaria Saga: Takdir Elir


Judul: Takdir Elir, The Chronicles of Elir
Penulis: Hans J. Gumulia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: xxiii + 238
ISBN: 978-979-22-8138-5

Masa keemasan fiksi fantasi di Indonesia dimulai sejak meledaknya kisah Harry Potter, disusul dengan Narnia, dan kawan-kawan. Saya pernah sesumbar tidak suka membaca Harry Potter. Filmnya pun tidak selesai saya tonton, dan hanya menonton secara acak. Saya lupa film Harry Potter yang judulnya apa yang sudah saya tonton. Sebenarnya, filmnya mengasyikkan walaupun tidak membuat saya penasaran untuk menonton seri lainnya. Novelnya? Nah itu dia. Saya pernah mencoba membawa novel Harry Potter yang pertama, tapi hanya sampai bab 2. Adik saya memuji habis-habisan novel Harry Potter dan minta saya membawa ke semua serinya. Saya hanya memandangi dengan heran. Apa  yang menarik dari Harry Potter. Begitu juga dengan Narnia. Saya pernah punya kesempatan untuk membaca ke semua seri Narnia, tapi tidak saya lakukan karena sudah pesimis tidak akan sanggup membacanya.


Saya tidak suka membaca novel fiksi fantasi, entah mengapa. Begitu juga dengan novel ini. Vandaria Saga: Takdir Elir. Saya kira novel ini ditulis oleh pengarang luar neger, ternyata Hans J. Gumulia ini penulis Indonesia! Apa yang membuat saya berhasil membacanya? Well, saya harus mencoba membacanya karena stok buku yang ada sudah menipis. Sebenarnya banyak sih buku yang belus ay abaca, tapi sudah pesimis duluan khawatir tidak menarik. Termasuk novel ini. Gambar tokoh-tokohnya di bagian awal cukup membantu memnacing rasa tertarik, walaupun tetap saya tunda dulu membaca semuanya. Baru kemarin akhirnya saya bisa selesai membacanya. Ternyata…. WOW! Mengasyikkan juga membaca fiksi fantasi!

Vandaria Saga, saya tidak tahu penjelasan yang sebenarnya, tapi ini seperti klub penulis fiksi fantasi di Indonesia. Settingnya adalah Vandaria, sebuah negeri rekaan. Namanya juga fiksi fantasi, jadi jangan harap setting novel ini bisa ditemukan di dunia nyata. Takdir Elir bersetting di negara dengan dua kerajaan: Vandergaard dan Serenade. Kedua kerajaan ini terancam akan berperang dan merusak kedamaian di benua Elir. Lima orang terpilih ditakdirkan untuk menghentikan peperangan di antara kedua negara tersebut. Mereka adalah: Rozmerga, Liarra, Sigmar, Raja Arthold, dan Raja Xaliber.

Sebagaimana fiksi fantasi lainnya, nama tokoh-tokohnya unik-unik, tetapi agak berbau Romawi dan Yunani. Pakaian-pakaian yang dikenakannya juga. Barangkali memang budaya Romawi dan Yunani itu berbau fantasi. Hans bisa mengurai cerita dengan  indah, bak fiksi terjemahan tapi tetap enak dibaca. Petualangan masing-masing tokoh sangat memancing rasa penasaran, meskipun saya masih penasaran dengan maksud dari Vandaria Saga, Frameless, Valiant, Vhranas, dan sebagainya. Barangkali kalau saya sudah membaca semua seri Vandaria Saga, baru deh bisa ngerti.

Sebagaimana fiksi fantasi lainnya, tentu banyak kejadian-kejadian aneh beserta tokoh-tokoh aneh di dalam novel ini. Kaum Frameless yang jago sihir, misalnya, memiliki warna mata kanan dan kiri yang berbeda. Ada juga binatang-binatang aneh dan senjata-senjata ajaib. Menulis fiksi fantasi itu sesuatu yang luar biasa. Kita tidak perlu memikirkan soal logika cerita, setting tempat yang sesuai kenyataan, tokoh-tokoh yang normal, dan sebagainya yang serba normal. Imajinasi kita dapat berkembang bebas, sesuka hati.

Bagaimana kisah petualangan kelima pahlawan yang sedang mengungkap rahasia di balik rencana perang dua kerajaan di benua Elir itu? Sayangnya, ini  baru sekuel pertama, yang mengurai pertemuan masing-masing tokohnya. Masih ada kelanjutannya di sekuel kedua.
  
Mari kita bicara tentang tokoh-tokohnya yang sudah dijelaskan dengan detil oleh penulisnya melalui metode TELL. Rozmerga, seorang gadis berusia 22 tahun yang tomboy, terlihat dari gaya berpakaiannya. Saya kira karena tomboy, dia akan sangat ksatria. Nyatanya, dia justru terlihat sangat feminin. Ketika penginapan yang bobrok dengan makanan tidak enak, dia terlihat mengeluh dan enggan tidur. Ketika pasukannya diserang, dia tidak dapat berbuat apa-apa, justru hampir menyerah saat akan diperkosa, sampai ada cahaya api yang menyelamatkannya. Dia sama sekali tidak terlihat jagoan. 

Sigmar, cowok setengah frameless yang konon tidak bisa apa-apa tapi ditakdirkan jadi pahlawan. Ini mirip Peter Parker di Spiderman. Hobi mengintip, semacam hobi yang aneh. Gak heran kalau dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Liarra, frameless dari Hutan Tenteram yang pakaiannya mirip Tarzan. Lihat di kover bukunya itu. Bikini yang dikenakan Liarra sangat merusak pandangan, deh. Saya membayangkan seorang gadis berbikini berjalan dengan santai di sebelah seorang pria yang suka mengintip, hehehe.....

Liarra, frameless dari Hutan Tenteram, yang hanya memakan buah-buahan dan sayuran. Gak heran kalau dia agak "loyo," kalau gak mau dibilang lemah. Dia  punya kekuatan, tapi auranya lemah lembut. Busana yang dipakainya terlalu mengundang, walaupun alasannya karena frameless dari hutan tenteram tidak memikirkan hal-hal duniawi jadi gak masalah pakai bikini pun. Aneh juga sih, kalau gak mikirin masalah duniawi, bagaimana Liarra bisa lahir? Bukankah kelahiran itu dipicu oleh nafsu biologis? Kecuali Liarra lahir dengan sendirinya. 

Dua raja muda dari Serenade dan Vandergaard, karakternya belum terlihat menonjol karena baru muncul di akhir cerita. Berhubung ini masih bagian pertama, saya belum berharap banyak terhadap konflik. Barangkali konflik baru akan benar-benar berkembang di buku keduanya. 
                                                                                  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar