Penulis:
M. Muttaqwiati
Penerbit:
Indiva Media Kreasi
Tahun
Terbit: Cetakan Pertama, September 2007
Jumlah
Halaman: 104 halaman; 20, 5 cm
ISBN:
978-979-15953-7-7
Maukah
kita dipertemukan kembali dengan suami atau istri kita di surga? Bagi yang
mencintai pasangannya dengan sungguh-sungguh, tentu penawaran itu sangat
menarik. Kita tidak hanya bisa bersatu di dunia, tapi juga di surga.
Masalahnya, sekarang ini, jangankan ketemu di surga, menikah di dunia saja
tidak berlangsung lama. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh adik
ipar saya di pengadilan negeri Garut, Jawa Barat, tentang tingkat perceraian di
Garut, jumlah perceraian semakin meningkat dan lebih banyak si penggugat itu
berasal dari pihak istri. Wow!
Itu baru di Garut. Di televisi saja, publik figure banyak yang mencontohnya pernikahan mereka yang gagal dan kebanyakan si penggugat juga dari pihak istri. Wah, kenapa ya? Kalau di Garut, penyebab perceraian paling banyak adalah dari faktor ekonomi, misalnya si suami pengangguran atau gajinya tidak mencukupi kebutuhan hidup sehingga istrinya minta cerai. Itu membuktikan betapa masyarakat kita sudah diperbudak oleh ekonomi. Suami kurang duit, istri minta cerai. Naudzubillahimindzalik.
Untuk
ukuran public figure, kelihatannya masalah ekonomi juga menjadi penyebab
terbesar. Saya belum melakukan survey, sih, tapi dari sekian banyak kasus,
ketika istri sudah berada di puncak karir sementara suaminya masih di bawah, si
istri pun menggugat cerai suaminya. Pertanda para istri mulai banyak yang
membangkang kepada suaminya atau suami yang tidak bisa bekerja lebih giat agar
bisa melampaui istrinya? Wallahu’alam.
Penulis
buku ini, Mbak Muttaqwiati, memberikan lima langkah agar kita bisa bercinta di
surga bersama pasangan yang sudah kita pilih. Jangan dilihat saat hubungan
sudah renggang, tapi coba diingat lagi ketika kita masih menjadi pengantin
baru. Berpisah lima menit saja rasanya seperti bertahun-tahun? Kenapa perasaan
itu tidak dipelihara terus sampai maut menjemput, sehingga kita berharap tetap
dipersatukan dengan pasangan di surga nanti? Alangkah indahnya bukan kalau kita
bisa tetap bersama-sama dengan suami atau istri yang sudah kita pilih dengan
kesadaran sendiri?
Langkah pertama adalah menyadari bahwa
cinta adalah kegembiraan. Iman Islam yang kita yakini adalah wujud cinta kepada
Allah Swt. Menikah dengan pasangan kita pun hendaknya didasari oleh cinta
kepada Allah. Cinta itu akan menghasilkan kegembiraan di dalam hati. Bayangkan
bagaimana rasanya kalau rasa cinta itu bisa kita pelihara terus sampai ke
surga?
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak
cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan
anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikit pun pahala
amal (kebajikan) mereka….” (QS. At Tur: 21-28)
Subhanallah…
pasti luar biasa rasanya dapat bercinta dengan semua orang yang kita cintai
(suami, istri, anak, cucu, dsb) dan
dipertemukan kembali di surga.
Langkah kedua adalah menuang bahasa
cinta. Penulis menceritakan beberapa kasus pernikahan yang nyaris gagal karena
suami istri tidak bisa membahasakan cinta. Suami yang tidak romantis, istri
yang tidak perhatian. Padahal, apa sih susahnya bilang “I love you, Mam… I love
you, Pah…. Kamu cantik hari ini… Kamu ganteng deh….” Dan lain sebagainya. Selain
bahasa verbal, juga ada bahasa sentuhan, bahasa hadiah, dan bahasa layanan.
Semuanya disertai contoh kasus yang bisa kita pelajari.
Langkah ketiga adalah menuang cemburu.
Cemburu itu ternyata penting dalam hubungan pernikahan. Suami dan istri harus
memiliki rasa cemburu terhadap pasangannya, tapi juga tidak boleh berlebihan.
Tidak punya cemburu akan membuat pasangan merasa tidak dicintai. Terlalu banyak cemburu akan membuat pasangan
jengah. Jadi kudu seimbang nih cemburunya. Penulis juga memberikan contoh kasus
mengenai bahayanya tak memiliki cemburu dan berlebihan cemburu. Menariknya,
penulis juga memberikan solusi memunculkan rasa cemburu terhadap pasangan dan
solusi mengendalikan rasa cemburu yang berlebihan.
Langkah keempat adalah bersama menapak
ketinggian ruhiyah. Untuk bisa bersama-sama ke surga, suami istri mesti saling
bahu membahu menolong pasangannya dalam hal ruhiyah (agama). “Wahai orang-orang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya dari manusia
dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At Tahrim: 6). Jadi, suami istri jangan menjadi soleh/ solehah
sendiri-sendiri, melainkan harus bersama dengan pasangannya. Hal itu bisa
dibangun dengan melakukan ibadah bersama-sama: salat berjamaah sesekali (karena
lelaki harus salat di masjid), membaca Al Quran bersama-sama, salat malam
bersama-sama, dan lain sebagainya. Suami harus menegur istrinya bila salah, dan
begitu juga istri kepada suaminya. Penulis juga menjabarkan cara untuk
menggapai ketinggian ruhani.
Langkah kelima adalah jika mesti
gesekan, yaitu apabila terjadi konflik yang besar di dalam rumah tangga. Rumah
tangga akan selalu diuji dari ujian yang kecil sampai besar. Penulis memberikan
beberapa cara yang bisa ditempuh apabila mengalami gesekan dalam rumah tangga.
Walaupun perceraian dibolehkan, tetap saja jalan terbaik adalah tetap bersama
dengan mengupayakan perdamaian di antara pasangan suami istri.
Buku
ini sangat penting dibaca oleh semua orang yang
hendak menikah maupun sudah menikah untuk mengevaluasi lagi
pernikahannya. Tak hanya berisi paparan penulisnya, tapi juga contoh-contoh
teladan dari kehidupan pernikahan Rasulullah Saw, disertai ayat-ayat Al Quran
dan hadist yang sahih. Contoh-contoh kasus yang diberikan membuat buku ini tak
sekadar teori, melainkan memang sudah ada kejadiannya di dunia nyata.
Barangkali kekurangannya hanya kurang tebal, karena ini buku yang lumayan tipis. Beberapa cerita nabawiyah juga
sudah banyak diulas di buku-buku lain. Entah apakah memang tidak ada cerita
teladan lain yang bisa digali dari kehidupan Rasulullah dan salafussalih atau
penulisnya kurang referensi? Saya rasa, masih banyak cerita teladan lainnya
yang bisa ditambahkan ke dalam buku ini untuk melengkapi dalil. Ada baiknya
lagi bila ditambahkan kisah-kisah inspiratif dari pasangan suami istri yang
bahu membahu menggapai surga bersama-sama, karena di buku ini lebih banyak
cerita yang mengenaskan daripada yang bisa dijadikan teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar