![]() |
Sumber: www.kutukutubuku.com |
Judul:
Ten Things I Hate About Me (Si Ratu Akting)
Penulis:
Randa Abdel Fattah
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: Juli, 2012
Jumlah
Halaman: 312
ISBN:
978-979-22-8697-7
Blurb:
Siapa
aku? Jamie atau Jamilah?
Di
sekolah, aku Jamie, cewek Australia biasa berambut pirang dan bermata (eh lensa
kontak) biru. Berbaur dengan anak-anak lain. Menyaru.
Di
rumah, aku Jamilah. Aku muslim keturunan Lebanon generasi kedua dengan ayah
yang superkolot, sampai-sampai rasanya aku hidup pada zaman batu. Tapi, tak
seorang pun di sekolah tahu, dan aku tak ingin teman-temanku
tahu (ya ampun,
jangan sampai deh!).
Melihat
aktingku, sumpah, rasanya aku pantas diganjar piala Oscar. Tapi lama kelamaan,
semua kebohongan ini melelahkan.
Sinopsis:
Jamilah
adalah gadis keturunan Lebanon yang ikut orang tuanya bermigrasi ke Australia
dan menjadi warna negara Australia. Akan tetapi, menjadi orang minoritas
(muslim Lebanon) di negara mayoritas (Kristen Australia) bukanlah hal yang
mudah, setidaknya bagi Jamilah. Di sekolah, ada anak-anak Australia rasis yang
suka mengejek anak-anak minoritas, dan mereka adalah anak-anak popular. Jamilah
ingin diterima ke dalam pergaulan anak-anak popular, sehingga nekat menyamarkan
dirinya. Nama aslinya Jamilah, diganti menjadi Jamie. Dia juga menyikat
rambutnya dengan warna pirang dan memakai kontak lens warna biru. Oh ya, dia
juga tidak mau kakak perempuannya, Shereen yang memakai kerudung, menjemputnya
di sekolah. Dia juga tak mau mengakui Bilal, kakak lelakinya, sebagai
saudaranya. Wajah Arab mereka akan membongkar identitasnya.
Jamilah
sebenarnya lelah dengan semua kebohongan yang dilakukannya. Dia lelah harus
menahan diri ketika Peter dan teman-temannya (geng popular yang rasis itu)
mengata-ngatai anak-anak dari kalangan minoritas. Dia lelah berakting, tapi tak
tahu bagaimana keluar dari semua kebohongan. Dia mengagumi Timothy dengan
sikapnya yang bebas, tak memedulikan omongan orang. Dia ingin sekali tak
memedulikan omongan orang, tapi sulit untuk bisa menjadi dirinya sendiri.
Sampai akhirnya, Jamilah dihadapkan pada keadaan di mana band Arab-nya diundang
tampil di acara Prom Night sekolahnya. Itu berarti dia akan membongkar
identitasnya di hadapan teman-teman sekolahnya. Bagaimana Jamilah mengatasinya?
Review:
Novel
ini sangat asyik dibaca, dengan penuturan khas remaja. Jangan lupa, pesan
moralnya pun banyak sekali. Menjadi orang minoritas di kalangan mayoritas,
sungguh tidak mudah. Sering kali kita ingin mengikuti kebanyakan orang,
sehingga tanpa sadar membohongi diri sendiri. Itulah yang dilakukan oleh
Jamilah. Dia menjadi seperti apa yang diinginkan oleh orang mayoritas terhadap
dirinya, walaupun hal itu mengaburkan identitasnya. Usahanya berhasil. Peter,
cowok popular dan tampan di sekolahnya, menyukainya. Tapi, apakah dia bisa
berpacaran dengan Peter? Peraturan ayahnya yang ketat, tak bisa dilanggar.
Apalagi setelah ibunya meninggal dunia. Sang ayah menjadi satpam yang luar
biasa ketat. Ini dia peraturan ayahnya untuk Jamilah:
- Jamilah tidak diizinkan pergi setelah hari gelap. Dia sudah harus ada di rumah sebelum matahari terbenam.
- Jamilah boleh pergi menonton dengan teman perempuan sesekali, dengan syarat kakak laki-laki atau perempuannya menjemputnya setelah film usai.
- Menonton film harus pada siang hari.
- Teman-teman Bilal tidak dianggap anggota keluarga.
- Keberadaan laki-laki tidak diperkenankan dalam situasi apa pun.
- TIDAK boleh keluar rumah sebelum PR selesai.
Phiiiuhhh…
peraturan ayahnya itu sangat ketat, sampai-sampai Jamilah tidak pernah bisa mengikuti acara pesta di
sekolahnya yang selalu diadakan pada malam hari. Tentunya sulit menjadi seorang
anak remaja yang tumbuh di tengah masyarakat bebas, dengan tetap membatasi
dirinya dalam pergaulan. Usaha Jamilah untuk protes kepada ayahnya, membuat
saya mesem-mesem, persis deh seperti saya dulu waktu masih remaja. Ayah Jamilah
tak bisa ditawar, sampai Jamilah harus menangis gara-gara ayahnya terlalu
ketat. Tapi belakangan Jamilah menyadari bahwa sikap ayahnya itu adalah untuk
melindunginya juga. Dia melihat temannya, Lisa, yang sudah punya pacar,
melakukan hal-hal terlarang seperti merokok, berciuman, dan entah apa lagi.
Dan
ini beberapa quote yang saya sukai:
Popularitas itu relative. Dan aku tidak
bermaksud sok, tapi seperti itulah aku melihatnya. Kau bisa menjadi popular di
tengah-tengah penggila komputer, tapi tidak popular di tengah-tengah pemain
football. (halaman 94)
Kemarahan bekerja dengan cara yang
misterius. Kemarahan bisa membuatmu terjaga sepanjang malam dan membisikkan
kata-kata buruk kepadamu. Kemarahan bisa membuat perutmu bergemuruh, mengisap
energy, membiarkanmu terganggu dan mudah tersinggung. Kemarahan hampir selalu
membuat dirimu jadi tidak rasional. (halaman
264)
Kejujuran sungguh membebaskan. Dan sulit.
Dan layak. Kejujuran mengangkat semua beban, batu bata dan semen yang
memberatkan pundakmu. Kejujuran adalah obat ortopedi. Kau tiba-tiba bisa
berdiri dengan tegak dan lurus lagi. (halaman
279)
Masing-masing
tokoh memegang karakternya dengan kuat. Jamilah yang galau, Daddy (ayah
Jamilah) yang kaku dan ketat, Peter yang rasis, Timothy yang cuek, Amy yang
pemurung, Bilal yang bebas, dan lain-lain. Konflik terbangun dengan baik dan
diselesaikan dengan manis. Hanya ada satu kekurangan yang kurang masuk di akal
saya. Bagaimana Jamilah bisa menyembunyikan nama aslinya dari teman-teman
sekelasnya? Nama aslinya, Jamilah Towfeek. Teman-teman sekelasnya hanya tahu
namanya Jamie. Rasanya mustahil teman sekelas kita tidak mengetahui nama asli
kita? Bukankah kita harus memperkenalkan diri di kelas setiap akan dimulai
tahun ajaran baru? Itu sih kalau di Indonesia, tidak tahu di Australia.
Barangkali di Australia kita tidak perlu mengenal teman-teman sekelas dengan
detil.
Akan
tetapi, kalau saya saksikan film-film Barat di televisi, sering kali guru-guru
memanggil nama dengan lengkap. Jadi, hal ini masih membuat saya bertanya-tanya.
Betapa pintarnya Jamilah sehingga bisa menyembunyikan nama aslinya dari
teman-teman sekelas. Okelah kalau rambut dicat pirang dan mata biru. Bagaimana
dengan struktur wajah? Saya rasa wajah Arab itu sangat khas, hehe….
Apa
pun, tetap saja novel ini sangat baik dibaca oleh para remaja yang masih tidak
pede dengan dirinya.
Wah, saya juga suka quote-quote di atas mbak Ela. Ijin share ya, walaupun belum baca bukunya :D
BalasHapus