Jumat, 05 September 2014

London: Angel


Judul: London, Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2013
Jumlah Halaman: x + 330 halaman
ISBN: 979-780-653-7

Ini adalah kisah seorang pemuda yang berjuang mengejar cinta seorang gadis hingga ke kota London, Inggris. Kota romantis yang menjadi destinasi impian para pecinta itu, adalah tema utama dari novel ini. Yap, penulis memang sedang mengeksplorasi kota London dengan menciptakan sebuah cerita cinta antara Gilang dan Ning, sepasang sahabat yang berpisah karena Ning melanjutkan mimpinya ke London.


Gilang dan Ning sudah bersahabat sejak lama, tapi diam-diam Gilang menyimpan perasaan cinta terhadap Ning. Gilang seorang penulis, sedangkan Ning bekerja di sebuah galeri seni di London. Demi menjawab tantangan teman-temannya, Gilang memutuskan untuk menyusul Ning ke London dan mengucapkan cintanya kepada Ning. Waktunya hanya lima hari dan dia berharap misinya berhasil dalam lima hari.

Windry Ramadhina memang seorang penulis novel romantis yang jempolan. Diksinya sangat cantik dan deskripsinya detil. Keindahan London berhasil digambarkan oleh Windry seakan-akan penulisnya pernah berada di sana. Bila kenyataannya memang pernah di sana, saya jadi maklum. Kisah ini diceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu Gilang. Jadi, Gilang bercerita tentang perjalanannya menemukan Ning, berbekal sebuah alamat. Sesampainya di alamat yang dituju, Ning sedang tak ada. Kekecewaan pertama yang harus ditelannya, mengingat ia hanya punya waktu lima hari.

Akhirnya, Gilang berjalan-jalan menyusuri Kota London. Menaiki The London Eye yang terkenal, tempat di mana ia bertemu dengan Goldilocks, gadis bule berwajah bak malaikat. Gadis itu muncul di saat hujan gerimis. Kelak, Gilang akan bertemu dengan Goldilocks, setiap kali hujan turun. Ia bahkan sempat dipinjami payung merah oleh gadis malaikat yang misterius itu. Ia tak pernah berhasil menanyakan nama dan tempat tinggal gadis itu.

Gilang yang seorang penulis, sudah tentu menyukai  buku. Di sebuah toko buku tua, ia bertemu Ayu, gadis Indonesia yang juga penggemar buku. Bahkan mereka memiliki kesamaan! Sama-sama mengoleksi buku karya pengarang klasik. Sekilas, Ayu tampak tak penting dalam novel ini, karena dia hanya muncul tiga kali. Tapi, rupanya kehadirannya menjadi kunci dari akhir kisah Gilang yang dramatis. Dan justru twist di akhir cerita antara Gilang dan Ayu-lah yang menurut saya, adegan paling menarik dan berkesan dalam novel ini.

Untuk menikmati novel ini, barangkali kita mesti benar-benar membaca dalam ketenangan, disertai alunan musik klasik, dan menelusuri diksi-diksi cantik yang disuguhkan oleh Windry. Sebab, jalinan ceritanya terkesan lambat. Gilang hanya lima hari di London, tapi seakan-akan sebulan saking banyaknya aktivitas yang dilakukannya dan adegan-adegan yang muncul. Apakah Gilang berhasil menyatakan cintanya kepada Ning dan mendapatkan hati sahabatnya? Itulah yang menjadi pertanyaan utama novel ini dan baru terjawab di akhir cerita. Jadi, kita harus bersabar mendengar cerita Windry tentang usaha Gilang mendapatkan Ning.

Sebagai novel dengan kategori dewasa, tingkat romantisme antara Gilang dan Ning adalah adegan ciuman bibir yang dipaksakan oleh Gilang. Bagi yang belum siap membaca novel seperti ini, sebaiknya bagian itu dilewatkan saja, oke?







Tidak ada komentar:

Posting Komentar