Selasa, 30 September 2014

Memori


Judul: Memori
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: Mei, 2012
Jumlah Halaman: 312
ISBN: 978979805623

Setelah Interlude, saya jadi jatuh cinta sama karya Windry. Gaya bahasanya memikat dan membuat ingin terus membaca. Saya baru baca tiga bukunya: London, Interlude, dan Memori. Untuk London, perkecualian ya, karena saya baru jatuh cinta setelah halaman terakhir. Yap, penuturannya lambat banget sehingga malas membacanya. Berbeda dengan Interlude dan Memori yang hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk bisa selesai di halaman terakhir.

Kisahnya bercerita tentang Mahoni, seorang arsitek yang bekerja di Virginia, Amerika Serikat. Menyimpan kebencian teramat sangat kepada ayahnya yang menceraikan ibunya, Mae, dan menikahi Grace. Mahoni tak pernah bertemu lagi dengan ayahnya sejak diwisuda, sampai ia menerima telepon dari Om Ranu, adik ayahnya, bahwa ayahnya dan Grace meninggal karena kecelakaan. Mahoni pun terpaksa pulang  ke rumah. Ia kira akan berada di Jakarta hanya dua hari, tak tahunya Om Ranu memintanya mengurus Sigi, anak ayahnya dari Grace, yang berusia 16 tahun, setidaknya sampai dua bulan.

Mahoni, mulanya tak mau karena ia masih amat membenci Grace. Walaupun Sigi adalah anak ayahnya, yang berarti adiknya juga—lain ibu—tetap saja Mahoni belum bisa memaafkan kesalahan ayahnya. Mae bahkan masih terus terpuruk dalam kesedihan karena diceraikan. Sejak mereka masih bersama, Mahoni tak pernah merasakan kehadiran sebuah keluarga, karena ayahnya sibuk sebagai perajin kayu dan ibunya sibuk menulis novel di kamar tersendiri. Saya jadi ingat penulis novel yang ambisius dan hanya mementingkan karir novelisnya saja. Untunglah, itu bukan saya :P

Om Ranu memohon, setidaknya untuk dua bulan, karena ia belum bisa merawat Sigi. Istrinya sendiri masih harus ditunggui di ICU. Mahoni pun terpaksa menerima perjanjian itu. Sebuah kebetulan, ia bertemu lagi dengan Simon, mantan pacarnya waktu kuliah di UI, jurusan arsitektur. Sayangnya, Simon sudah punya pacar—Sofia. Perih sekali hati Mahoni, apalagi kemudian ia dikontrak oleh Simon dan Sofia sebagai arsitek di kantor MOSS. Ini yang membuat hubungan Mahoni dengan Simon kembali dekat.

Berbeda dengan novel Windry yang lain, Memori lebih mengetengahkan cerita tentang kehilangan keluarga dan penerimaan anggota keluarga yang dibenci. Mahoni dipaksa untuk menerima Sigi, tapi lama-lama ia bisa menerima Sigi. Ia tersentuh oleh perhatian-perhatian Sigi yang tulus, tanpa ada kebencian meski mereka berasal dari dua ibu yang berbeda. Latar belakang Windry sebagai arsitek pun tertuang di dalam novel ini, yang cukup memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai dunia arsitek.

Untuk latihan menulis, novel ini memang bisa dijadikan acuan. Saya pun jadi belajar mengolah diksi lebih baik lagi dari karya Windry.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar