Rabu, 15 Oktober 2014

Winter Dreams


Judul: Winter Dreams, Perjalanan Semusim Ilusi
Penulis: Maggie Tiojakin
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 295
ISBN: 978-979-22-7812-5

“Profesi ini bisa membuatmu gila. Kau mungkin harus menulis selama bertahun-tahun sebelum karyamu dianggap layak untuk diterbitkan. Mungkin karyamu takkan pernah dianggap layak oleh masyarakat, aku tak tahu. Tapi kau harus terus mencoba. Jangan cari ketenaran. Jangan cari pembenaran. Jangan cari apa-apa kecuali kepuasan diri. Do the best that you can. Be as honest as you can. Dan terus asah kemampuanmu. Tidak ada yang instan tentang profesi ini. You have to earn it the hard way.” (halaman 232)


Kalimat di atas saya kutip karena mewakili kegalauan saya akan profesi yang telah saya pilih: PENULIS. Ternyata, berjuang keras agar buku bisa diterbitkan saja belum cukup. Ada PR yang lebih besar, yaitu bagaimana agar buku kita diterima oleh masyarakat. Apalagi di zaman sosial media ini di mana penulis bisa lebih cepat memantau penerimaan masyarakat terhadap bukunya, tak harus menunggu surat laporan royalty sampai di tangan. Bagaimana perasaan seorang penulis yang aktif di sosmed, tapi tak melihat ada seorang pun menyebut-nyebut karyanya? Bagaimana perasaan seorang penulis yang melihat kolom goodreads untuk novel terbarunya, masih kosong melompong karena belum ada yang meninggalkan rating dan  komen untuk bukunya? Walaupun bisa jadi bukunya sudah ada yang membeli dan membaca, tetapi bila dibandingkan dengan penulis lain yang jauh sebelum bukunya diterbitkan pun, orang-orang sudah ramai menyebut-nyebutnya, contoh saja Dee dengan Gelombang, tentu hal itu amat memiriskan.

Tak heran bila saya tak terkejut melihat seorang rekan penulis senior, tiba-tiba menjadi penjual produk MLM, barangkali karena iming-imingnya akan mendapatkan keuntungan lebih cepat. Sementara penulis-penulis yang baru beberapa tahun terjun ke dunia menulis, beralih profesi menjadi pembuat kue, kerajinan tangan, atau apa pun, asal bukan menulis atau menulis hanya sebagai selingan. Kau tahu, betapa lelahnya mengharapkan kemajuan karir dari profesi penulis. Meski kau sudah berusaha mati-matian dengan terjun langsung menjual bukumu, label “Best Seller” itu rupanya amat pemilih.

Betapa panjang proses menjadi penulis, tak semata karya diterbitkan dan mendapatkan royalti. Sementara penulis pemula bermimpi bakal cepat tenar dan kaya dari profesi penulis, mereka bertanya kepadamu: “Berapakah “gaji” seorang penulis setiap bulannya?” Dan kau hanya diam membisu karena khawatir jawabanmu bakal membuat si pemula cepat-cepat mundur.

Salah satu dari penulis pemula itu adalah Nicky F. Rompa, tokoh dalam novel “Winter Dreams, karya Maggie Tiojakin. Akhirnya, saya berhasil juga membaca salah satu karya Maggie Tiojakin. Beberapa  bulan lalu, saya ingin ikut lomba novel yang salah satu hadiahnya adalah mendapatkan kelas menulis kreatif dari beliau. Saya berusaha mencari novel-novelnya, tapi susah, mungkin karena sudah lama terbit. Ternyata kemarin, saya mendapatkannya di sebuah toko swalayan harganya hanya Rp 10.000,- (salah satu nasib buruk seorang penulis, saat buku diobral murah). Oya, saya tidak jadi ikut lomba novelnya karena nggak sempat nulisnya.

Bercerita tentang apakah novel ini? Tokoh utamanya adalah seorang laki-laki bernama Nicky F Rompa, yang orang tuanya baru saja bercerai, dan dia memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya. Penyebab perceraian orang tuanya adalah karena sang ayah suka memukul. Nicky pun menjadi sasaran pukulan ayahnya, hingga pukulan terakhir membuatnya minggat ke Amerika (Boston). Kenapa Amerika? Karena tante Nicky yang tinggal di Amerika, sudah lama menawarkannya untuk ikut. Amerika? Siapa yang tidak mau ke sana? Negeri impian. Konon, menjanjikan segala hal.

Kebebasan? Sudah tentu. Nicky benar-benar merasakan kebebasan selama tinggal di Amerika. Dia rela melepas kuliahnya dan tinggal di rumah tantenya, yang punya satu anak perempuan, Leah. Awalnya, baik-baik saja. Nicky tak mau sekadar tinggal di rumah, jadi dia bekerja sebagai penjaga toko. Satu demi satu, kebebasan pun dinikmatinya. Berpacaran dengan gadis Rusia dengan bebas, memakai narkoba, sampai terakhir menjadi imigran illegal karena diusir oleh tantenya akibat menyimpan narkoba. Nicky pun luntang-lantung di Amerika sebagai pekerja illegal karena visanya sudah habis dan dia tak bisa memperpanjang. Tinggal serumah dengan gadis Meksiko yang usianya 10 tahun lebih tua. Dan terakhir, memutuskan menjadi Penulis.

Sebagaimana novel genre sastra, akhir kisah Nicky juga dibuat menggantung dan pembaca dipersilakan berpikir sendiri. Saya kira, saya akan kesulitan mencerna gaya menulis Maggie, tapi ternyata tidak. Saya bisa membacanya hanya dalam semalam. Kisah Nicky cukup menarik diikuti, terutama pengalamannya selama di Amerika. Novel ini membuka wawasan kita mengenai para pekerja illegal di Amerika. Nicky yang semula tak pernah bersentuhan dengan wanita sampai duduk di bangku kuliah, bahkan harus kehilangan keperjakaannya akibat pergaulan bebas di Amerika. Sebegitu mudahnya “orang Amerika” berhubungan seks dengan orang yang disukai, sekalipun baru kenal. Belum lagi peredaran narkotika di kalangan pelajar yang mudah didapat.

Itulah Amerika. Nicky menyukainya, bahkan tak ingin pulang. Sampai kemudian dia memutuskan untuk menjadi penulis di Amerika, dan pilihan itulah yang membuatnya ingin pulang ke Indonesia. Amerika tak menjanjikan apa pun, dan perjalanannya ke Amerika hanyalah perjalanan semusim ilusi.



2 komentar:

  1. obralannya murah banget ya...
    Tapi ceritanya sepertinya menarik

    BalasHapus
  2. Wow...murah banget. Semoga kapan-kapan aku juga dapat buku murah punya Maggie Tiojakin, soalnya belum pernah baca karya beliau sih, xixixiiiii...

    BalasHapus