Jumat, 31 Oktober 2014

Untuk Muslimah yang Tak Pernah Lelah Berdakwah

Judul: Untuk Muslimah yang Tak Pernah Lelah Berdakwah
Penullis: Rochma Yulika dan Umar Hidayat
Penerbit: Uswah, Pro U Media
Tahun Terbit: 2009
Jumlah Halaman: 148
ISBN: 979-8143-07-8

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..." (QS; Ali Imran 3: 110)

Wajibkah seorang muslimah berdakwah?



Secara bahasa, dakwah berasal dari kata da'a, yad'u, da'wah. secara etimologi, dimaknai sebagai an-nida yang berarti panggilan atau mengajak untuk menuju kepadanya, atau menyeru kepada suatu masalah untuk mendukung dan membelanya. Dakwah adalah upaya-upaya yang bersifat ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh seorang dai (pelaku dakwah) yang dapat mempengaruhi dan mengantarkan manusia kepada suatu tujuan tertentu. Dakwah adalah upaya mengajak manusia ke jalan Allah dengan hikmah dan kebijaksanaan. 

Dalam sejarah Nabi Muhammad saw, dakwah dilakukan melalui tiga cara: lisan, tulisan, dan perbuatan. Merujuk pada Al Quran, dakwah semestinya dilakukan dengan cara yang tepat dan benar. QS. An Nahl 16: 125, "Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik, sesungguhnya Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang mendapat petunjuk." Jadi, jelaslah bahwa Allah swt menyuruh kita untuk berdakwah, yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Dakwah memiliki tujuan mulia, yaitu menyelamatkan kehidupan manusia dan seisinya dengan membimbing mereka untuk melaksanakan aturan-aturan Allah Swt. 

Umumnya, dakwah dilakukan oleh kaum laki-laki, lalu apakah kaum perempuan (muslimah) juga diwajibkan berdakwah? Jawabannya mudah saja. Aturan Allah swt bersifat menyeluruh, tidak dibatasi hanya untuk laki-laki atau perempuan saja. Dengan demikian, jika laki-laki diwajibkan berdakwah, perempuan juga wajib. 

Pada bagian pertama bab pertama buku ini, kedua penulis memaparkan alasan mengapa muslimah pun wajib berdakwah, disertai contoh cerita yang diangkat dari kisah nyata, tentang muslimah yang berdakwah meskipun dalam keterbasan. Salah satunya adalah Kinan Nasanti, seorang muslimah bertubuh mungil karena kelainan genetik, tapi tidak menghalangi sepak terjangnya dalam dakwah. Juga ada Ibu Siti Juwariyah yang mengajarkan pengajian kepada ibu-ibu di sekitar rumahnya, walaupun sehari-hari juga sibuk berdagang. 

Bab 2, penulis menyebutkan contoh-contoh muslimah dalam sejarah Islam, yang aktif berdakwah dan mengorbankan diri, keluarga, maupun harta bendanya untuk perjuangan Islam, diantaranya: Khadijah ra, Aisyah ra, Fathimah Az Zahra, Asma, dan Ummu Salamah. Mereka adalah istri dan keluarga Rasulullah saw.

Sebagaimana ibadah lain, dakwah pun mengalami tantangan dan hambatan. Di bab 3 dijelaskan tantangan apa sajakah itu, yang meliputi tantangan internal dan eksternal. Seorang muslimah--terutama yang sudah berumahtangga--dihadapkan pada kewajiban sebagai istri dan ibu yang juga menuntut perhatian. Jika dia juga berdakwah, berarti dia memiliki banyak peran yang harus dijalankan dengan seimbang. Di bagian kedua, dijelaskan mengenai Manajamen Tawazun Muslimah Dakwah, yaitu bagaimana seorang muslimah dakwah menyeimbangkan semua peran yang harus dilakoninya. Diberikan juga contoh-contoh cerita yang diangkat dari kisah nyata mengenai muslimah pendakwah yang sukses menyeimbangkan perannya antara sebagai istri, ibu, dan pendakwah. Tentunya hal itu tidak lepas dari pembentukan tiga aspek yang penting dalam diri setiap muslima: fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Terkait dengan aspek fikriyah, muslimah dianjurkan untuk rajim membaca untuk menambah wawasan dan pengetahuannya. 

Kemudian, di bagian ketiga dibahas pula cara agar dakwah muslimah produktif, yaitu dengan mewaspadai rambu-rambu kegagalan dakwah. Salah satu penyebab kegagalan dakwah bisa saja muncul karena daiyah terlalu banyak terjebak dan larut oleh hal-hal yang sebenarnya tidak ada manfaatnya bagi masyarakat, misalnya terlalu banyak bercanda dan main-main (halaman 102). 

Kedua penulis memberikan masukan agar sukses berdakwah, yaitu dengan 4 T: Tabligh, Taklim, Takwin, dan Tanfidz. Selain itu, penulis juga menjelaskan enam karakter dasar sekaligus ciri kerja cerdas para muslimah dakwah. Ukuran sukses berdakwah adalah semakin banyaknya orang yang mendapatkan hidayah Allah dan menerapkan keimanannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Buku ini tentu saja bermanfaat bagi para muslimah pendakwah, baik itu berdakwah secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Saat ini, jangankan disuruh berdakwah, para muslimah diminta datang ke pengajian saja sudah merasa berat, terutama mereka yang memiliki anak kecil. Bagi mereka sudah cukup berbakti di rumah, mengasuh anak dan rumah tangga, serta tidak merasa perlu untuk berkontribusi pula di masyarakat. Jika bukan kita, siapa lagi? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar