Penulis:
Lusiwulan
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit: November, 2009
Jumlah
Halaman: 152
ISBN:
978-979-22-5092-3
Beberapa
kali melihat novel ini di obralan, tapi baru kemarin dicomot gara-gara nggak
ada novel lain yang menarik. Nggak apa-apa deh karena harganya cuman 10 ribu.
Membaca novel ini mengingatkan akan gaya menulis saya sewaktu baru menjadi
penulis: banyak dialog, ringan sekali, dan banyak adegan klisenya. Di novel
inilah, untuk yang ketiga kalinya saya menemukan adegan cowok-cewek terpaksa
harus satu kamar hotel, karena kejadian di luar dugaan! Saya nggak tahu penulis
mana yang terinpirasi atau menginspirasi, yang pasti adegan terpaksa satu kamar
hotel itu juga ada di novel Seven Days
(Rhein Fathia) dan The Mint Heart
(Ayuwidya). Barangkali mereka terinspirasi Zizi dan Rafa, karena novel ini
lebih dulu terbit, tapi entah ya kalau nanti saya membaca novel romance lain
yang ada adegan terpaksa satu kamar hotel di novel yang lebih dulu terbit dari
Zizi!
Kekecewaan
pertama, novel yang saya baca ini adalah bagian kedua. Bagian pertamanya, Zizi: Bintang Jodoh, belum saya baca.
Otomatis, saya agak nggak nyambung dengan jalan cerita Zizi. Melihat jumlah
halamannya yang nggak tebal, mestinya sih kedua novel itu bisa dijadikan satu
biar nggak bikin bingung pembaca ya.
Kekecewaan
kedua, seperti yang saya sebutkan di atas: gaya berceritanya sangat minimalis.
Minim diksi, minim narasi, minim pendalaman setting dan profesi tokoh-tokohnya,
minim deskripsi tokoh, dan sebagainya. Padahal, Lusiwulan pernah memenangkan
lomba novel Metropop GPU, saya kira gaya menulisnya bakalan membuat saya banyak
belajar.
Kekecewaan
ketiga, dengan label metropop (novel dewasa seputar dunia kerja), novel ini
cenderung mirip Teenlit. Sifat dan karakter Zizi masih seperti anak SMA.
Kekecewaan
keempat, di akhir cerita masih ada kata “berlanjut” alias bersambung, yang
berarti saya harus beli lanjutannya. Masalahnya, di bagian kedua ini, saya juga
nggak mendapatkan apa-apa. Entah Lusiwulan sedang menceritakan apa. Barangkali saya
harus membaca semua serinya, baru bisa ngerti.
Jadi,
sebenarnya, novel ini bercerita tentang apa? Walaupun di bab-bab awal sempat
ngalor-ngidul, akhirnya saya ngerti juga ceritanya, sesuai dengan judulnya:
Zizi, Saksi Bulan Madu. Zizi dan Rafa (pacaran) mengikuti acara kumpul-kumpul komunitas
profesi (entah profesinya apa) Rafa di daerah pegunungan. Tadinya mereka
mendapatkan dua kamar, tapi tiba-tiba ada mbak-mbak yang menangis-menangis
nggak dapat kamar karena suaminya belum pesan kamar. Suaminya sedang
membetulkan kendaraan mereka yang mogok. Zizi pun memberikan kamarnya kepada si
mbak, dan dia terpaksa sekamar dengan Rafa. Ternyataaaa…. Si mbak itu adalah
istri mantan tunangan Zizi! Jadilah, Zizi menjadi saksi bulan madu mantan
tunangannya karena memergoki keduanya bermesraan di kolam renang pada pagi
buta.
Ya,
gitu deh ceritanya. Saya harus puas menikmati novel obralan ini dengan cerita
minimalis dari semua sisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar