Jumat, 17 Oktober 2014

Zizi, Saksi Bulan Madu


Judul: Zizi, Saksi Bulan Madu
Penulis: Lusiwulan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: November, 2009
Jumlah Halaman: 152
ISBN: 978-979-22-5092-3

Beberapa kali melihat novel ini di obralan, tapi baru kemarin dicomot gara-gara nggak ada novel lain yang menarik. Nggak apa-apa deh karena harganya cuman 10 ribu. Membaca novel ini mengingatkan akan gaya menulis saya sewaktu baru menjadi penulis: banyak dialog, ringan sekali, dan banyak adegan klisenya. Di novel inilah, untuk yang ketiga kalinya saya menemukan adegan cowok-cewek terpaksa harus satu kamar hotel, karena kejadian di luar dugaan! Saya nggak tahu penulis mana yang terinpirasi atau menginspirasi, yang pasti adegan terpaksa satu kamar hotel itu juga ada di novel Seven Days (Rhein Fathia) dan The Mint Heart (Ayuwidya). Barangkali mereka terinspirasi Zizi dan Rafa, karena novel ini lebih dulu terbit, tapi entah ya kalau nanti saya membaca novel romance lain yang ada adegan terpaksa satu kamar hotel di novel yang lebih dulu terbit dari Zizi!


Kekecewaan pertama, novel yang saya baca ini adalah bagian kedua. Bagian pertamanya, Zizi: Bintang Jodoh, belum saya baca. Otomatis, saya agak nggak nyambung dengan jalan cerita Zizi. Melihat jumlah halamannya yang nggak tebal, mestinya sih kedua novel itu bisa dijadikan satu biar nggak bikin bingung pembaca ya.

Kekecewaan kedua, seperti yang saya sebutkan di atas: gaya berceritanya sangat minimalis. Minim diksi, minim narasi, minim pendalaman setting dan profesi tokoh-tokohnya, minim deskripsi tokoh, dan sebagainya. Padahal, Lusiwulan pernah memenangkan lomba novel Metropop GPU, saya kira gaya menulisnya bakalan membuat saya banyak belajar.

Kekecewaan ketiga, dengan label metropop (novel dewasa seputar dunia kerja), novel ini cenderung mirip Teenlit. Sifat dan karakter Zizi masih seperti anak SMA.

Kekecewaan keempat, di akhir cerita masih ada kata “berlanjut” alias bersambung, yang berarti saya harus beli lanjutannya. Masalahnya, di bagian kedua ini, saya juga nggak mendapatkan apa-apa. Entah Lusiwulan sedang menceritakan apa. Barangkali saya harus membaca semua serinya, baru bisa ngerti.

Jadi, sebenarnya, novel ini bercerita tentang apa? Walaupun di bab-bab awal sempat ngalor-ngidul, akhirnya saya ngerti juga ceritanya, sesuai dengan judulnya: Zizi, Saksi Bulan Madu. Zizi dan Rafa (pacaran) mengikuti acara kumpul-kumpul komunitas profesi (entah profesinya apa) Rafa di daerah pegunungan. Tadinya mereka mendapatkan dua kamar, tapi tiba-tiba ada mbak-mbak yang menangis-menangis nggak dapat kamar karena suaminya belum pesan kamar. Suaminya sedang membetulkan kendaraan mereka yang mogok. Zizi pun memberikan kamarnya kepada si mbak, dan dia terpaksa sekamar dengan Rafa. Ternyataaaa…. Si mbak itu adalah istri mantan tunangan Zizi! Jadilah, Zizi menjadi saksi bulan madu mantan tunangannya karena memergoki keduanya bermesraan di kolam renang pada pagi buta.

Ya, gitu deh ceritanya. Saya harus puas menikmati novel obralan ini dengan cerita minimalis dari semua sisi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar