Judul:
Kaliluna, Luka di Salamanca
Penulis:
Ruwi Meita
Penerbit:
Moka
Tahun
Terbit: 2014
Jumlah
Halaman: iv+270
ISBN:
979-795-854-X
Kali
ini Ruwi Meita membawa kita ke Salamanca, sebuah kota di Spanyol, dengan
membuka ceritanya menggunakan beberapa baris puisi karya Pablo Neruda, Soneta
XXIII:
Cuantas
veces, amor, tea me sin verte y tal vez sin recuerdo, sir reconer tu Mirada,
sin mirarte, centaura
Acap kali, kekasih, aku mencintaimu tanpa
melihatmu, bahkan tanpa kenangan, tanpa mengenali tatapanmu, tanpa menatapmu,
centaur (manusia setengah kuda). (halaman
iii)
Sejak
bab pertama, penulis telah mengajak kita ke dalam dunia muram Kaliluna, gadis
yang terenggut kehormatannya oleh seorang petugas kebersihan di tempatnya
berlatih memanah. Kaliluna, sang atlet panahan, terpuruk ke dalam kesediahan
yang teramat dalam sehingga memutuskan untuk pergi mengasingkan diri ke rumah
ibunya di Salamanca. Sebelumnya, Kaliluna tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.
Setelah
17 tahun, Kaliluna baru bertemu dengan ibu kandungnya. Komunikasi di antara
mereka pun terasa beku, karena Kaliluna masih dalam kondisi terpuruk ditambah
kebenciannya ditinggalkan sang ibu. Frida pun tak ada dorongan mendekati
Kaliluna, selain melayani kebutuhan-kebutuhan gadis itu dan berbicara
sekadarnya. Frida masih dihantui rasa bersalah karena telah meninggalkan
Kaliluna dan menikah dengan lelaki Spanyol yang sudah meninggal dunia oleh
kanker.
Keunikan
novel ini ada dua:
Pertama,
bab-bab besarnya menggunakan nama-nama/ istilah-istilah dalam olahraga Panahan,
yaitu: Standing, Nocking, Drawing, Holding, dan Loosing. Sayangnya, tak ada
daftar isi, jadi saya harus membalik ulang halaman-halaman bukunya untuk
menuliskan nama-nama tahapan dalam memanah ini.
Kedua,
setting di Salamanca sudah tentu memberikan kita pengetahuan baru mengenai
negeri matador itu, terutama kuliner, festival/ even, bahasa, panorama, dan
kebiasaan orang-orang di sana. Saya curiga penulis pernah tinggal di Spanyol
mengingat novel sebelumnya yang saya baca, Rumah Lebah, juga memasukkan
sedikit bahasa Spanyol. Atau kalaupun
belum pernah ke Spanyol, penulis pastilah terobsesi dengan negara tersebut
hehehe… *sotoy.
Kuliner
Patatas meneas: semacam bubur kentang
yang dimasak dengan paprika dan taburan daging babi asap yang sudah digoreng.
Daging babi ini sepertinya masakan kegemaran orang Spanyol, karena banyak
kuliner yang mengandung babi. Jadi, bagi yang muslim, harus hati-hati pilih
kuliner kalau ke Spanyol ya. Ada kaki babi yang diasinkan juga lho, seperti
ikan asin kalau di Indonesia. Caranya dengan dikasih garam dan digantung di
jendela-jendela selama beberapa waktu. Namanya, Jamon Serrano.
Bollo maimon: Roti berbentuk bundar dan
bolong di tengah seperti bolu yang terbuat dari sagu.
Pinchos: snack, kudapan, makanan ringan
yang ditusuk dengan tusukan gigi.
Dan lain-lain….
Kebiasaan masyarakat
Siesta: rupanya masyarakat Spanyol punya
kebiasaan tidur siang! Iya tidur siaaang… dari jam 2 sampai jam 5 sore. Toko-toko
kecil kompak menutup tokonya dan tidur siang. Setelah jam 5, baru deh tokonya
buka lagi sampai malam. Wuiiih.. keren yaaa… coba ada di Indonesia, pasti seger
lagi deh pegawainya kalau boleh tidur siang. Tapi jam kerjanya sampai malam,
karena sudah dipotong tidur siang tuh hehe….
Festival/ Even
Lunes
del Aqua di Sungai Tormes: dirayakan seminggu setelah Paskah, yaitu dengan
mengerumuni tepian sungai dan makan bersama.
Di
Spanyol, Kaliluna selalu mengurung diri di rumah sampai kemudian dia tertarik
dengan tanaman rumput liar di dekat dermaga sungai Tormes. Saat dia berdiri di dermaga, seorang cowok
Spanyol, Ibai, melihatnya dan langsung tertarik kepadanya. Ibai mulai sering
mendekati Kaliluna, yang sudah tentu ditolak oleh gadis itu. Apakah perjuangan
Ibai mendekati Kaliluna berhasil? Ada ending tak terduga dari kisah ini,
mengenai kelanjutan kasus perkosaan Kaliluna yang semula menjadi tanda tanya
(apakah pelakunya ditangkap?) dan alasan mengapa Ibai langsung jatuh cinta
kepada Kaliluna lalu berusaha keras menghapuskan ketakutan gadis itu terhadap panah.
Saya
masih bingung, mengapa Kaliluna mau diajak pergi oleh Ibai ke toko permen milik
ibu Ibai yang jauh dan harus naik bus, mengingat Ibai seorang laki-laki asing? Menurut pikiran saya, korban
perkosaan memiliki trauma terhadap lelaki asing. Barangkali akan lain soal
kalau sejak awal Kaliluna sudah mengetahui bahwa Ibai adalah sepupunya. Tapi,
di cerita itu juga disebutkan bahwa Ibai sengaja tidak mau berterusterang
mengenai hubungan kekerabatannya dengan Kaliluna karena Kaliluna tidak mau
akrab dengan kerabatnya.
Saya
pribadi, tidak terlalu bermasalah dengan kalimat panjang-panjang yang disajikan
penulis, yang mestinya menggunakan tanda “koma”. Cerita di dalam novel ini bisa
saya selesaikan dalam waktu singkat, karena rahasia-rahasia yang melingkupinya:
rahasia Frida, rahasia Kaliluna, dan rahasia Ibai. Semuanya menarik untuk
disingkap. Tetapi, ini sedikit masukan untuk penulis agar menyisipkan tanda “koma”
dalam kalimat-kalimatnya untuk memberikan “napas” kepada pembaca :D
Halaman 24
Aslinya:
Saat
dia bosan dia pergi ke ruang televisi sembari memeluk toples permen itu. Tidak ada
satu pun acara di televisi itu yang dia pahami tapi dia tidak keberatan. Tanpa sadar
dia sudah menemukan rutinitasnya dan semua ini dilakukannya selama seminggu
saat Frida bekerja. Jika Frida pulang cepat dia cepat-cepat masuk kamar dan
pura-pura tidur.
Koreksi:
Saat
dia bosan, dia pergi ke ruang televisi sembari memeluk toples permen itu. Tidak
ada satu pun acara di televisi itu yang dia pahami, tapi dia tidak keberatan. Tanpa
sadar, dia sudah menemukan rutinitasnya dan semua ini dilakukannya selama
seminggu saat Frida bekerja. Jika Frida pulang cepat, dia cepat-cepat masuk
kamar dan pura-pura tidur.
Saya
tertarik ingin membaca novel-novel Ruwi Meita lainnya, karena selalu menyajikan
aroma misteri J
aku belum pernah baca novel karya Ruwi Meita..
BalasHapuskayaknya keren ya..
Btw, pas awal baca review ini berkisah ttg perempuan yg trauma karena pelecehan seksual, jadi teringat Interlude-nya Windry..
Wah, Spanyol banget ternyata..
BalasHapusBelum pernah baca novel penulis Indonesia yang berlatar Spanyol. Menarik.
Aku juga belum pernah membaca novel Ruwi Meita. beliau kalau tidak salah Tulis Nusantara. Wah, pasti keren karaya-karyanya.
BalasHapusBtw, ini resensinya keren banget. membahas tuntas dr berbagai sisi.
Ohya, baru sadar mb ela udah gnti template blog ternyata, hehee..
BalasHapus