Minggu, 23 November 2014

Kaliluna, Luka di Salamanca


Judul: Kaliluna, Luka di Salamanca
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Moka
Tahun Terbit: 2014
Jumlah Halaman: iv+270
ISBN: 979-795-854-X

Kali ini Ruwi Meita membawa kita ke Salamanca, sebuah kota di Spanyol, dengan membuka ceritanya menggunakan beberapa baris puisi karya Pablo Neruda, Soneta XXIII:

Cuantas veces, amor, tea me sin verte y tal vez sin recuerdo, sir reconer tu Mirada, sin mirarte, centaura
Acap kali, kekasih, aku mencintaimu tanpa melihatmu, bahkan tanpa kenangan, tanpa mengenali tatapanmu, tanpa menatapmu, centaur (manusia setengah kuda). (halaman iii)


Sejak bab pertama, penulis telah mengajak kita ke dalam dunia muram Kaliluna, gadis yang terenggut kehormatannya oleh seorang petugas kebersihan di tempatnya berlatih memanah. Kaliluna, sang atlet panahan, terpuruk ke dalam kesediahan yang teramat dalam sehingga memutuskan untuk pergi mengasingkan diri ke rumah ibunya di Salamanca. Sebelumnya, Kaliluna tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.

Setelah 17 tahun, Kaliluna baru bertemu dengan ibu kandungnya. Komunikasi di antara mereka pun terasa beku, karena Kaliluna masih dalam kondisi terpuruk ditambah kebenciannya ditinggalkan sang ibu. Frida pun tak ada dorongan mendekati Kaliluna, selain melayani kebutuhan-kebutuhan gadis itu dan berbicara sekadarnya. Frida masih dihantui rasa bersalah karena telah meninggalkan Kaliluna dan menikah dengan lelaki Spanyol yang sudah meninggal dunia oleh kanker.

Keunikan novel ini ada dua:

Pertama, bab-bab besarnya menggunakan nama-nama/ istilah-istilah dalam olahraga Panahan, yaitu: Standing, Nocking, Drawing, Holding, dan Loosing. Sayangnya, tak ada daftar isi, jadi saya harus membalik ulang halaman-halaman bukunya untuk menuliskan nama-nama tahapan dalam memanah ini.

Kedua, setting di Salamanca sudah tentu memberikan kita pengetahuan baru mengenai negeri matador itu, terutama kuliner, festival/ even, bahasa, panorama, dan kebiasaan orang-orang di sana. Saya curiga penulis pernah tinggal di Spanyol mengingat novel sebelumnya yang saya baca, Rumah Lebah, juga memasukkan sedikit  bahasa Spanyol. Atau kalaupun belum pernah ke Spanyol, penulis pastilah terobsesi dengan negara tersebut hehehe… *sotoy.

Kuliner
Patatas meneas: semacam bubur kentang yang dimasak dengan paprika dan taburan daging babi asap yang sudah digoreng. Daging babi ini sepertinya masakan kegemaran orang Spanyol, karena banyak kuliner yang mengandung babi. Jadi, bagi yang muslim, harus hati-hati pilih kuliner kalau ke Spanyol ya. Ada kaki babi yang diasinkan juga lho, seperti ikan asin kalau di Indonesia. Caranya dengan dikasih garam dan digantung di jendela-jendela selama beberapa waktu. Namanya, Jamon Serrano.

Bollo maimon: Roti berbentuk bundar dan bolong di tengah seperti bolu yang terbuat dari sagu.

Pinchos: snack, kudapan, makanan ringan yang ditusuk dengan tusukan gigi.
Dan lain-lain….

Kebiasaan masyarakat
Siesta: rupanya masyarakat Spanyol punya kebiasaan tidur siang! Iya tidur siaaang… dari jam 2 sampai jam 5 sore. Toko-toko kecil kompak menutup tokonya dan tidur siang. Setelah jam 5, baru deh tokonya buka lagi sampai malam. Wuiiih.. keren yaaa… coba ada di Indonesia, pasti seger lagi deh pegawainya kalau boleh tidur siang. Tapi jam kerjanya sampai malam, karena sudah dipotong tidur siang tuh hehe….

Festival/ Even
Lunes del Aqua di Sungai Tormes: dirayakan seminggu setelah Paskah, yaitu dengan mengerumuni tepian sungai dan makan bersama.

Di Spanyol, Kaliluna selalu mengurung diri di rumah sampai kemudian dia tertarik dengan tanaman rumput liar di dekat dermaga sungai Tormes.  Saat dia berdiri di dermaga, seorang cowok Spanyol, Ibai, melihatnya dan langsung tertarik kepadanya. Ibai mulai sering mendekati Kaliluna, yang sudah tentu ditolak oleh gadis itu. Apakah perjuangan Ibai mendekati Kaliluna berhasil? Ada ending tak terduga dari kisah ini, mengenai kelanjutan kasus perkosaan Kaliluna yang semula menjadi tanda tanya (apakah pelakunya ditangkap?) dan alasan mengapa Ibai langsung jatuh cinta kepada Kaliluna lalu berusaha keras menghapuskan ketakutan gadis itu terhadap panah.

Saya masih bingung, mengapa Kaliluna mau diajak pergi oleh Ibai ke toko permen milik ibu Ibai yang jauh dan harus naik bus, mengingat Ibai seorang laki-laki asing? Menurut pikiran saya, korban perkosaan memiliki trauma terhadap lelaki asing. Barangkali akan lain soal kalau sejak awal Kaliluna sudah mengetahui bahwa Ibai adalah sepupunya. Tapi, di cerita itu juga disebutkan bahwa Ibai sengaja tidak mau berterusterang mengenai hubungan kekerabatannya dengan Kaliluna karena Kaliluna tidak mau akrab dengan kerabatnya.

Saya pribadi, tidak terlalu bermasalah dengan kalimat panjang-panjang yang disajikan penulis, yang mestinya menggunakan tanda “koma”. Cerita di dalam novel ini bisa saya selesaikan dalam waktu singkat, karena rahasia-rahasia yang melingkupinya: rahasia Frida, rahasia Kaliluna, dan rahasia Ibai. Semuanya menarik untuk disingkap. Tetapi, ini sedikit masukan untuk penulis agar menyisipkan tanda “koma” dalam kalimat-kalimatnya untuk memberikan “napas” kepada pembaca :D

Halaman 24

Aslinya:
Saat dia bosan dia pergi ke ruang televisi sembari memeluk toples permen itu. Tidak ada satu pun acara di televisi itu yang dia pahami tapi dia tidak keberatan. Tanpa sadar dia sudah menemukan rutinitasnya dan semua ini dilakukannya selama seminggu saat Frida bekerja. Jika Frida pulang cepat dia cepat-cepat masuk kamar dan pura-pura tidur.

Koreksi:
Saat dia bosan, dia pergi ke ruang televisi sembari memeluk toples permen itu. Tidak ada satu pun acara di televisi itu yang dia pahami, tapi dia tidak keberatan. Tanpa sadar, dia sudah menemukan rutinitasnya dan semua ini dilakukannya selama seminggu saat Frida bekerja. Jika Frida pulang cepat, dia cepat-cepat masuk kamar dan pura-pura tidur.

Saya tertarik ingin membaca novel-novel Ruwi Meita lainnya, karena selalu menyajikan aroma misteri J

4 komentar:

  1. aku belum pernah baca novel karya Ruwi Meita..
    kayaknya keren ya..
    Btw, pas awal baca review ini berkisah ttg perempuan yg trauma karena pelecehan seksual, jadi teringat Interlude-nya Windry..

    BalasHapus
  2. Wah, Spanyol banget ternyata..
    Belum pernah baca novel penulis Indonesia yang berlatar Spanyol. Menarik.

    BalasHapus
  3. Aku juga belum pernah membaca novel Ruwi Meita. beliau kalau tidak salah Tulis Nusantara. Wah, pasti keren karaya-karyanya.
    Btw, ini resensinya keren banget. membahas tuntas dr berbagai sisi.

    BalasHapus
  4. Ohya, baru sadar mb ela udah gnti template blog ternyata, hehee..

    BalasHapus