Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2014
Jumlah Halaman: x+278
ISBN: 979-780-721-5
Bapak, apa yang
terlintas di benak kita setiap mendengar kata itu? Sesosok lelaki berwibawa
dengan suara berat yang sekali berbicara dapat membuat anak-anak bersembunyi
ketakutan? Bapak adalah pencari nafkah
utama di dalam keluarga, sehingga kehadirannya di sisi anak-anak lebih sedikit
daripada Ibu. Apalagi jika Bapak sangat sibuk dan sering pulang malam.
Anak-anak hanya memiliki waktu penuh bersama Bapak di hari Sabtu dan Minggu,
itupun jika Bapak tidak ada acara lain. Padahal, kehadiran Bapak di sisi
anak-anak sama pentingnya dengan Ibu. Bagi anak laki-laki, Bapak mengajari
konsep kepemimpinan, keberanian, dan tanggung jawab.
Namun, bagaimana jika
Bapak telah tiada? Siapa yang akan menggantikan peran Bapak? Siapa yang akan
mengajari kepemimpinan, keberanian, dan tanggung jawab kepada kedua anak lelaki
Gunawan Garnida yang baru berusia di
bawah 10 tahun: Satya dan Cakra Garnida? Tentu saja Bapak. Gunawan
Garnida telah mendokumentasikan wejangan-wejangan untuk kedua putranya di dalam
video, beberapa bulan sebelum kanker merenggut nyawanya. Satya dan Cakra rutin
mendengarkan wejangan-wejangan Bapak, setiap hari Sabtu. Tak seperti remaja
lain yang menghabiskan hari Sabtu dengan bersenang-senang, Satya dan Cakra
justru duduk di depan layar yang menayangkan sosok Bapak tengah memberikan
nasihat kepada anak-anaknya.
Waktu berlalu. Satya
dan Cakra pun telah menjadi manusia dewasa. Satya telah berumahtangga dan
memiliki tiga orang anak laki-laki. Sedangkan Cakra sebaliknya, masih belum menemukan jodoh. Orang-orang di
sekitarnya sudah sering menjadikannya bahan olok-olok, tapi ia tak peduli. Ia
ingin menikah bila sudah benar-benar siap, sebagaimana pesan Bapak yang
didengarnya pada hari Sabtu.
“Kewajiban
suami adalah siap lahir dan batin. Ketika Bapak menikah tanpa persiapan lahir
yang matang, itu artinya batin Bapak juga belum matang. Belum siap mentalnya.
Karena Bapak gak cukup dewasa untuk mikir apa arti dari ‘siap melindungi’.”
(halaman 19)
Walaupun telah sering
mendengarkan pesan-pesan Bapak setiap hari Sabtu, Satya Garnida rupanya masih
harus diingatkan, karena sikapnya kepada ketiga anak lelakinya membuat mereka
takut. Satya, yang bekerja sebagai geophysicist
untuk NOG (Norse Oil og Gas), dan pulang hanya di hari libur itu rupanya
meminta anak-anaknya agar menjadi ideal, dan itu sangat menekan mereka. Ia
sering memarahi anak-anaknya dan mengkritik pekerjaan rumah tangga istrinya.
Kepulangannya ke rumah justru membuat anak-anaknya tidak betah. Apakah itu
sikap yang benar dari seorang Bapak? Maka, Rissa, istri Satya, melarang
suaminya pulang dulu jika belum merenungi kesalahannya sebagai seorang Bapak.
Satya memutar ulang video Bapak dan kembali mendengarkan pesan-pesan Bapak yang
berguna bagi kelangsungan rumah tangganya.
Di sisi lain, Cakra
harus berhadapan dengan permintaan ibunya yang menginginkannya melakukan
penjajagan dengan seorang gadis bernama Retna, padahal ia sedang jatuh cinta
dengan salah satu bawahannya di kantor: Ayu.
Novel karya Adhitya
Mulya ini bisa disebut sebagai novel parenting (pengasuhan anak), karena
pesan-pesan di dalamnya sangat berguna untuk pembaca yang ingin menjadi orang
tua yang baik untuk anak-anaknya. Gunawan Garnida, meskipun sudah meninggal
dunia, tetap bisa membimbing kedua anak lelakinya melalui video-video berisi
nasihat-nasihat yang kelak berguna untuk anak-anaknya. Gunawan telah
mempersiapkan kepergiannya dengan baik, agar kehadirannya tetap dapat dirasakan
oleh anak-anaknya.
“Meski
Bapak tidak ada di samping kalian, semoga semua pesan yang kalian terima
bertahun-tahun telah berhasil membantu kalian menjalani apa pun yang kalian
jalani. Ini video terakhir Bapak. Jika kalian menyaksikan video ini, artinya
sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga.
Suami dari seorang istri. Dan Bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing
kalian, selesai di sini. Tugas kalian sekarang, membimbing keluarga kecil
kalian.” (halaman
272-273).
Pengen banget punya novel ini.
BalasHapusJudulnya ngingetin ama novel mitch : tuesday with morrie :)
BalasHapusjangan-jangan penulisnya terinspirasi dari novel Mitch Albom :D
HapusWahh, merinding baca sinopsisnya. Kebayang mengharukannya novel ini.
BalasHapussemoga nanti berkesempatan baca juga :)
kayaknya bakal berurai airmata ya kalo baca novel ini..
BalasHapusiya bukunya bagus..aku dah baca... gara2 banyak yang pamer buku ini jadi pena xD
BalasHapus