Sabtu, 06 Desember 2014

Sabtu Bersama Bapak


Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2014
Jumlah Halaman: x+278
ISBN: 979-780-721-5

Bapak, apa yang terlintas di benak kita setiap mendengar kata itu? Sesosok lelaki berwibawa dengan suara berat yang sekali berbicara dapat membuat anak-anak bersembunyi ketakutan?  Bapak adalah pencari nafkah utama di dalam keluarga, sehingga kehadirannya di sisi anak-anak lebih sedikit daripada Ibu. Apalagi jika Bapak sangat sibuk dan sering pulang malam. Anak-anak hanya memiliki waktu penuh bersama Bapak di hari Sabtu dan Minggu, itupun jika Bapak tidak ada acara lain. Padahal, kehadiran Bapak di sisi anak-anak sama pentingnya dengan Ibu. Bagi anak laki-laki, Bapak mengajari konsep kepemimpinan, keberanian, dan tanggung jawab.


Namun, bagaimana jika Bapak telah tiada? Siapa yang akan menggantikan peran Bapak? Siapa yang akan mengajari kepemimpinan, keberanian, dan tanggung jawab kepada kedua anak lelaki Gunawan Garnida yang baru berusia di  bawah 10 tahun: Satya dan Cakra Garnida? Tentu saja Bapak. Gunawan Garnida telah mendokumentasikan wejangan-wejangan untuk kedua putranya di dalam video, beberapa bulan sebelum kanker merenggut nyawanya. Satya dan Cakra rutin mendengarkan wejangan-wejangan Bapak, setiap hari Sabtu. Tak seperti remaja lain yang menghabiskan hari Sabtu dengan bersenang-senang, Satya dan Cakra justru duduk di depan layar yang menayangkan sosok Bapak tengah memberikan nasihat kepada anak-anaknya.

Waktu berlalu. Satya dan Cakra pun telah menjadi manusia dewasa. Satya telah berumahtangga dan memiliki tiga orang anak laki-laki. Sedangkan Cakra sebaliknya,  masih belum menemukan jodoh. Orang-orang di sekitarnya sudah sering menjadikannya bahan olok-olok, tapi ia tak peduli. Ia ingin menikah bila sudah benar-benar siap, sebagaimana pesan Bapak yang didengarnya pada hari Sabtu.

“Kewajiban suami adalah siap lahir dan batin. Ketika Bapak menikah tanpa persiapan lahir yang matang, itu artinya batin Bapak juga belum matang. Belum siap mentalnya. Karena Bapak gak cukup dewasa untuk mikir apa arti dari ‘siap melindungi’.” (halaman 19)

Walaupun telah sering mendengarkan pesan-pesan Bapak setiap hari Sabtu, Satya Garnida rupanya masih harus diingatkan, karena sikapnya kepada ketiga anak lelakinya membuat mereka takut. Satya, yang bekerja sebagai geophysicist untuk NOG (Norse Oil og Gas), dan pulang hanya di hari libur itu rupanya meminta anak-anaknya agar menjadi ideal, dan itu sangat menekan mereka. Ia sering memarahi anak-anaknya dan mengkritik pekerjaan rumah tangga istrinya. Kepulangannya ke rumah justru membuat anak-anaknya tidak betah. Apakah itu sikap yang benar dari seorang Bapak? Maka, Rissa, istri Satya, melarang suaminya pulang dulu jika belum merenungi kesalahannya sebagai seorang Bapak. Satya memutar ulang video Bapak dan kembali mendengarkan pesan-pesan Bapak yang berguna bagi kelangsungan rumah tangganya.

Di sisi lain, Cakra harus berhadapan dengan permintaan ibunya yang menginginkannya melakukan penjajagan dengan seorang gadis bernama Retna, padahal ia sedang jatuh cinta dengan salah satu bawahannya di kantor: Ayu.

Novel karya Adhitya Mulya ini bisa disebut sebagai novel parenting (pengasuhan anak), karena pesan-pesan di dalamnya sangat berguna untuk pembaca yang ingin menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya. Gunawan Garnida, meskipun sudah meninggal dunia, tetap bisa membimbing kedua anak lelakinya melalui video-video berisi nasihat-nasihat yang kelak berguna untuk anak-anaknya. Gunawan telah mempersiapkan kepergiannya dengan baik, agar kehadirannya tetap dapat dirasakan oleh anak-anaknya.

“Meski Bapak tidak ada di samping kalian, semoga semua pesan yang kalian terima bertahun-tahun telah berhasil membantu kalian menjalani apa pun yang kalian jalani. Ini video terakhir Bapak. Jika kalian menyaksikan video ini, artinya sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga. Suami dari seorang istri. Dan Bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing kalian, selesai di sini. Tugas kalian sekarang, membimbing keluarga kecil kalian.” (halaman 272-273).

6 komentar:

  1. Judulnya ngingetin ama novel mitch : tuesday with morrie :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan-jangan penulisnya terinspirasi dari novel Mitch Albom :D

      Hapus
  2. Wahh, merinding baca sinopsisnya. Kebayang mengharukannya novel ini.

    semoga nanti berkesempatan baca juga :)

    BalasHapus
  3. kayaknya bakal berurai airmata ya kalo baca novel ini..

    BalasHapus
  4. iya bukunya bagus..aku dah baca... gara2 banyak yang pamer buku ini jadi pena xD

    BalasHapus