Judul: The Accidental Bestseller
Penulis: Wendy Waxx
Penerbit: Qanita, Mizan
Tahun Terbit: Cetakan Pertama,
April 2012
Jumlah Halaman: 676
ISBN: 978-602-9225-35-8
“Buku ini dipersembahkan untuk
setiap penulis—berambisi ataupun tidak—yang ingin menceritakan sesuatu,
mencintai tulisan, dan memiliki keinginan membara untuk melihat hasil kerja
keras mereka terpampang di rak toko buku. Di posisi teratas, bersampul cantik,
dan didukung penuh oleh penerbitnya.” (halaman 5)
Hal yang paling buruk bagi
seorang penulis adalah melihat bukunya masuk ke rak obralan dan dijual
supermurah, saking tidak lakunya. Tetapi, sebenarnya masih ada yang lebih buruk
dari itu, yaitu naskah yang tidak terbit juga karena tidak ada penerbit yang
berminat menerbitkannya. Permasalahannya, jika seorang penulis tidak berhasil
membuat karyanya menjadi best seller,
maka penerbit-penerbit pun akan pikir berulangkali untuk menerbitkan naskahnya
lagi.
Itulah yang terjadi kepada
Kendall Aims, seorang penulis di daerah bagian Amerika Serikat, yang telah
menerbitkan delapan buku, tetapi tak ada satu pun bukunya yang best seller. Harapan satu-satunya adalah
mendapatkan penghargaan sebagai penulis fiksi terbaik di salah satu ajang
penghargaan untuk para penulis, dan harapan itu pun musnah. Tragisnya, ketika
ia pulang ke rumah, suaminya meminta cerai karena sudah berselingkuh dengan
perempuan yang jauh lebih muda. Seketika, Kendall memiliki writer’s block. Dia sama sekali tak bisa menulis lagi, walaupun
masih ada satu kontrak yang harus diselesaikannya. Hingga ketiga temannya yang
juga novelis: Mallory, Faye, dan Tanya membantunya menulis novel bersama-sama.
Novel yang mengisahkan kehidupan empat novelis wanita. Siapa sangka, novel yang
dikira fiksi itu ternyata kisah nyata keempat penulisnya?
Membaca novel dengan jumlah
halaman lebih dari 600 dan dicetak dengan font yang kecil-kecil, ternyata tidak
sulit, karena novel ini mengasyikkan untuk dibaca. Apalagi kisah para tokohnya
dekat dengan saya, yang juga seorang novelis yang kesulitan mencetak novel best seller, hehehe…. Saya tak
menyangka, menjadi novelis di Amerika ternyata penuh tantangan. Ada semacam
“kewajiban” bahwa novel kita harus best
seller. Jika tidak, barangkali tidak akan ada penerbit yang mau menerbitkan
naskah kita lagi. Keempat tokoh novelis yang ada di novel ini, dapat saya
temukan sosok aslinya di Indonesia.
Kendall Aims, penulis yang
karyanya berada di level menengah ke bawah, alias pas-pasan dengan penjualan
pas-pasan, sehingga sering merasa dirinya tidak berbakat menulis.
Novel-novelnya tidak pernah mencapai best seller dan dia pun bukan seorang
novelis terpandang. Novel-novelnya hanya diletakkan sembarangan di rak-rak
buku, malah susah didapatkan di toko buku-toko buku kecil di daerah. Hm, sosok
yang banyak terdapat pada novelis di tanah air :D
Mallory, seorang novelis
produktif dan terkenal. Dia mewajibkan dirinya menulis 20 halaman setiap hari.
Novel-novelnya selalu best seller,
tetapi itu didapatkan bukan tanpa pengorbanan. Dia tidak punya anak dan
suaminya berkorban besar untuknya, dengan membiarkan seluruh waktu Mallory
dihabiskan untuk menulis. Saking seringnya menulis, Mallory pun mengalami
kebuntuan dan memplagiat tulisannya sendiri. Memang, jika terlalu sering
menulis, tanpa sadar kita mengulang tulisan yang sama. Sama halnya ketika kita
terlalu sering bicara, tanpa sadar kita mengulang-ulang pembicaraan yang sama.
Mallory pun akhirnya terpaksa melepaskan suami yang sudah tak tahan diduakan
oleh naskah.
Faye, seorang novelis inspiratif,
yang tulisan-tulisannya membawa misi-misi kebaikan, semacam tulisan spiritual.
Sangat sepadan dengan suaminya yang seorang pendeta dan kerap berkhutbah di
depan kamera. Faye juga mendonasikan royaltinya untuk membangun rumah yatim
piatu. Siapa sangka, selain menulis buku inspiratif, Faye juga menulis buku
“porno.” Novel yang mengeksplor adegan-adegan seksual. Mengapa? Karena novel
semacam itu laris manis dan Faye bisa membiayai rumah yatim piatunya dengan
royalty yang berlimpah dari menulis novel mesum. Adakah di antara Anda yang
seperti Faye? Di satu sisi menulis novel inspiratif, di sisi lain menulis novel
mesum?
Tanya, seorang penulis serial keluarga,
yang juga mulai terkenal. Masalahnya lebih banyak pada kehidupan keluarganya.
Ibunya yang pemabuk dan suami yang kabur. Selain menulis novel, Tanya juga
bekerja di dua tempat. Dia ingin menjadi wanita mandiri, sehingga menolak
bantuan seorang pria yang benar-benar tulus kepadanya.
Membaca buku ini membuat kita
mengetahui intrik-intrik yang ada di industri penerbitan buku, terutama di
Amerika. Ternyata, menjadi penulis di Amerika pun tidak mudah. Baik itu menjadi penulis pemula maupun senior. Bagi
yang pemula, harus bekerja keras mencari perhatian penerbit dan pembaca. Bagi
yang senior, harus bekerja keras mempertahankan posisinya. Saya juga mendapat
pengetahuan baru, bahwasanya jika seorang editor sudah melihat potensi best seller pada suatu naskah, dia akan
memperjuangkan naskah itu untuk mendapatkan publikasi maksimal, diantaranya:
publikasi saat launching buku di berbagai kota, di radio-radio, bahkan acara
televisi. Novel itu akan dipoles habis-habisan, termasuk dengan adanya
konsultasi sampul di mana penulis memberikan masukan terhadap sampul bukunya. Lain
halnya jika penulis itu tidak hendak diangkat oleh penerbit, sampulnya pun
asal-asalan. Penulis tidak diberikan kesempatan melihat sampul bukunya atau
memberi masukan. Ah, kejamnya, tapi itu memang terjadi, termasuk terhadap
novelis Indonesia.
Di setiap bab selalu ada quote
seputar kepenulisan, beberapa diantaranya cukup “nendang.” Awalnya, saya tak
tahu apa kelemahan dari novel ini, sebab novelis luar negeri acapkali mengonsep
novelnya dengan sungguh-sungguh. Setiap karakter tokohnya terasa hidup.
Kalimat-kalimat yang digunakan pun variatif. Deskripsi tempat dan tokoh, bahkan
gerak-gerik fisik digambarkan dengan baik. Setiap adegan memiliki alasan, tak
seperti sebagian besar novel lokal yang banyak menampilkan adegan kebetulan
khas sinetron. Kecuali, pada bagian menjelang ending dari novel ini, yaitu ketika mereka terlibat
masalah karena publik mengetahui bahwa novel Kendall tak hanya ditulis oleh
Kendall seorang. Tentu saja, semua penulis mengalami masalah, karena mereka
telah berkontrak dengan penerbit-penerbit lain (dan di sana, kalau penulis
sudah tekan kontrak dengan satu penerbit, maka dia tidak bisa menulis untuk
penerbit lain), penyelesaiannya terlalu cepat. Benak saya berkata, “Oh, jadi
begitu saja?”
Konflik yang disajikan juga
membuat kita larut membacanya, sehingga tak terasa 600 halaman pun tamat dalam beberapa hari, itu
karena disambi dengan pekerjaan lain. Dari novel ini saya belajar, jika ingin
membuat tokoh antagonis, jangan tanggung-tanggung. Contohnya, Cal, suami
Kendall yang berselingkuh, sungguh membuat geram. Entah mengapa, novel romance
Barat sering mengangkat kisah suami yang berselingkuh, dan itu sangat
menyebalkan bagi saya. Seolah ikatan
pernikahan tak membekas, dan perasaan cinta begitu mudah dilupakan. Mungkin
begitulan budaya di Barat, tak melankolis dan berperasaan. Kalau seorang suami
sudah tak menginginkan istrinya, ya tinggal dilepas tanpa harus ada rasa
bersalah sama sekali. Barangkali bagian perselingkuhan inilah yang membosankan
dari novel ini, karena terlalu sering diangkat oleh novelis romance lainnya.
Saya menandai beberapa quote yang
menarik, yang barangkali berasal dari penulis-penulis Amerika, tapi sayang
hanya beberapa saja yang saya kenal:
“Yang ingin kukatakan kepada
seorang anak muda yang berusaha menjadi penulis adalah “Jangan.” Tapi takkan
ada pengaruhnya; mereka akan tetap melakukannya, walaupun seharusnya mereka
menuruti nasihat itu.” (A.L. Kennedy)
“Satu-satunya hal penting dalam
sebuah buku adalah maknanya bagimu.” (W. Somerset Maugham)
“Penerbit tidak merawat Anda;
mereka membeli dan menjual Anda.” (P. D. James)
“Anda menulis bukan karena ingin
mengatakan sesuatu, melainkan karena ada sesuatu yang harus dikatakan.” (F.
Scott Fitzgerald)
Para penulis, sebaiknya membaca
novel ini. Agar Anda tahu bahwa industri penerbitan memang kejam, tetapi jika
kita sudah tertarik menulis, apa pun yang terjadi, kita akan terus menulis. Sekadar info, saya membeli novel ini dengan harga obral, yaitu Rp 20.000 di Mizanstore, karena barangkali buku ini sudah tidak ada di toko buku. Bagi saya, lebih baik terlambat membaca daripada tidak membaca sama sekali.
Wahhh... kayaknya aku perlu deh baca buku ini
BalasHapussaya juga mau beli buku ini. semoga masih ada yang jual :D
BalasHapusasyik nih... jd kepingin baca, biar makin semangat nulis :D
BalasHapuswah, jadi mupeng :D
BalasHapus