Rabu, 03 September 2014

Persona Non Grata


Judul: Persona Non Grata
Penulis: Riawani Elyta
Penerbit: GIZONE, Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Desember 2011
Jumlah halaman: 256 hal
ISBN: 978-602-8277-50-1

“Persona Non Grata. Pernah dengar istilah ini, Sayang? Mereka yang terbuang. Yang tak diinginkan saat jati diri mereka yang sesungguhnya justru mulai terkuak ke permukaan.” (halaman 162)

Ada hubungan apa antara Dean Pramudya dengan seorang gadis lusuh yang hilang ingatan dan ditampung di Yayasan Pelita, tempat penampungan sementara bagi orang-orang yang memiliki permasalahan sosial? Novel cetakan pertama yang kini sudah direpublish dengan judul “Jasmine” (membuat bertanya-tanya apakah nama Sarah diganti menjadi Jasmine? Karena di cetakan pertama ini tak ada nama Jasmine), cukup memberikan sedikit informasi mengenai dunia kejahatan cyber dan prostitusi.


Diawali dengan aktivitas Dean di dunia kejahatan cyber: pembuatan kartu kredit palsu, pembobolan ATM, hingga menyelusup ke sistem internet banking, yang penuh risiko ditangkap pihak berwajib. Nyaris saja kejahatannya terungkap, gara-gara kecerobohan gadis yang sedang bersamanya, belakangan diketahui bahwa dia adalah Sarah, kekasih Dean, yang mantan pelacur.

Dean adalah anak dari seorang konglomerat kaya, yang tak bahagia tinggal bersama keluarganya. Entah mengapa dia malah terjun ke dunia kriminal, mungkin akibat dari kurangnya kasih sayang orang tua yang didukung dengan otak yang encer. Sayangnya, kecerdasannya tidak digunakan untuk hal-hal positif. Barangkali satu-satunya kebaikannya adalah menyelamatkan hidup Sarah, pelacur yang membuatnya nyaman dan jatuh cinta, dengan membantu pelarian Sarah dari germo yang memenjarakannya. Sejak itu, hidup keduanya dikejar-kejar oleh nasib yang berbeda. Dean harus terus menyembunyikan identitasnya dari pihak berwajib, sedangkan Sarah berjuang membebaskan diri dari belitan prostitusi yang sudah mengikatnya sejak umur belasan.

Nama Sarah pun bukan nama asli gadis itu. Sarah adalah nama yang diberikan oleh Luthfi, penolongnya. Pembaca juga terkecoh, mengira bahwa Sarah adalah Raisa, gadis yang kabur dari rumah ibu kandungnya karena merasa tidak diinginkan. Banyak teka-teki yang sengaja digantung oleh penulis dan sempat mengecoh saya. Mungkin teka-teki itu dikembangkan di dalam novel Jasmine dan saya harus membacanya juga kalau mau tahu jawabannya.

Pertama, hubungan Dean dengan keluarganya yang belum banyak dieksplor, yang menjadi penyebab mengapa Dean memilih jalan kriminal padahal kebutuhannya sudah tercukupi. Kedua, Raisa, yang banyak disebut-sebut di dalam buku ini, nyatanya adalah tokoh kosong yang keberadaannya masih teka-teki dan barangkali sengaja digantung oleh penulis sebagai contoh tragisnya kejahatan prostitusi, memisahkan seorang anak dari ibunya. Ketiga, tokoh Ioran agaknya dapat dikembangkan lagi karena sempat menempati beberapa adengan penting saat melakukan kejahatan cyber bersama Dean. Keempat, tokoh Luthfi terkesan hanya sebagai cameo, padahal saya kira dia akan menempati posisi penting sebagai orang yang menyelamatkan Sarah.

Bagi saya, dua novel Riawani Elyta: Tarapuccino dan Persona Non Grata cukup menguras pikiran, karena teka-teki yang disuguhkan oleh penulis, juga beratnya tema yang diambil. Cocok untuk penggemar novel-novel suspense dan detektif seperti Sherlock Holmes dan karya-karya Agatha Christie. Yup, Riawani Elyta kemungkinan bisa menjadi penerus Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie bila lebih banyak lagi menulis tema-tema detektif semacam ini.




1 komentar:

  1. Bedanya sama Jasmine apa ya, bun? Kayaknya beberapa buku recover dan kadang juga ganti judul. Kayak buku bukavu juga ganti judul.

    BalasHapus