Judul:
Persona Non Grata
Penulis:
Riawani Elyta
Penerbit:
GIZONE, Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Tahun
Terbit: Cetakan Pertama, Desember 2011
Jumlah
halaman: 256 hal
ISBN: 978-602-8277-50-1
“Persona
Non Grata. Pernah dengar istilah ini, Sayang? Mereka yang terbuang. Yang tak
diinginkan saat jati diri mereka yang sesungguhnya justru mulai terkuak ke
permukaan.” (halaman 162)
Ada
hubungan apa antara Dean Pramudya dengan seorang gadis lusuh yang hilang
ingatan dan ditampung di Yayasan Pelita, tempat penampungan sementara bagi
orang-orang yang memiliki permasalahan sosial? Novel cetakan pertama yang kini
sudah direpublish dengan judul “Jasmine” (membuat bertanya-tanya apakah nama
Sarah diganti menjadi Jasmine? Karena di cetakan pertama ini tak ada nama
Jasmine), cukup memberikan sedikit informasi mengenai dunia kejahatan cyber dan
prostitusi.
Diawali
dengan aktivitas Dean di dunia kejahatan cyber: pembuatan kartu kredit palsu, pembobolan
ATM, hingga menyelusup ke sistem internet banking, yang penuh risiko ditangkap
pihak berwajib. Nyaris saja kejahatannya terungkap, gara-gara kecerobohan gadis
yang sedang bersamanya, belakangan diketahui bahwa dia adalah Sarah, kekasih
Dean, yang mantan pelacur.
Dean
adalah anak dari seorang konglomerat kaya, yang tak bahagia tinggal bersama
keluarganya. Entah mengapa dia malah terjun ke dunia kriminal, mungkin akibat
dari kurangnya kasih sayang orang tua yang didukung dengan otak yang encer. Sayangnya,
kecerdasannya tidak digunakan untuk hal-hal positif. Barangkali satu-satunya
kebaikannya adalah menyelamatkan hidup Sarah, pelacur yang membuatnya nyaman
dan jatuh cinta, dengan membantu pelarian Sarah dari germo yang
memenjarakannya. Sejak itu, hidup keduanya dikejar-kejar oleh nasib yang
berbeda. Dean harus terus menyembunyikan identitasnya dari pihak berwajib,
sedangkan Sarah berjuang membebaskan diri dari belitan prostitusi yang sudah
mengikatnya sejak umur belasan.
Nama
Sarah pun bukan nama asli gadis itu. Sarah adalah nama yang diberikan oleh
Luthfi, penolongnya. Pembaca juga terkecoh, mengira bahwa Sarah adalah Raisa,
gadis yang kabur dari rumah ibu kandungnya karena merasa tidak diinginkan. Banyak
teka-teki yang sengaja digantung oleh penulis dan sempat mengecoh saya. Mungkin
teka-teki itu dikembangkan di dalam novel Jasmine dan saya harus membacanya
juga kalau mau tahu jawabannya.
Pertama,
hubungan Dean dengan keluarganya yang belum banyak dieksplor, yang menjadi
penyebab mengapa Dean memilih jalan kriminal padahal kebutuhannya sudah
tercukupi. Kedua, Raisa, yang banyak disebut-sebut di dalam buku ini, nyatanya
adalah tokoh kosong yang keberadaannya masih teka-teki dan barangkali sengaja
digantung oleh penulis sebagai contoh tragisnya kejahatan prostitusi,
memisahkan seorang anak dari ibunya. Ketiga, tokoh Ioran agaknya dapat
dikembangkan lagi karena sempat menempati beberapa adengan penting saat
melakukan kejahatan cyber bersama Dean. Keempat, tokoh Luthfi terkesan hanya
sebagai cameo, padahal saya kira dia akan menempati posisi penting sebagai
orang yang menyelamatkan Sarah.
Bagi
saya, dua novel Riawani Elyta: Tarapuccino dan Persona Non Grata cukup menguras
pikiran, karena teka-teki yang disuguhkan oleh penulis, juga beratnya tema yang
diambil. Cocok untuk penggemar novel-novel suspense dan detektif seperti
Sherlock Holmes dan karya-karya Agatha Christie. Yup, Riawani Elyta kemungkinan
bisa menjadi penerus Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie bila lebih
banyak lagi menulis tema-tema detektif semacam ini.
Bedanya sama Jasmine apa ya, bun? Kayaknya beberapa buku recover dan kadang juga ganti judul. Kayak buku bukavu juga ganti judul.
BalasHapus