Rabu, 29 Januari 2014

Surat Untuk Stiletto Book



Dua tahun lalu aku melihat kover-kover bukumu berseliweran di beranda facebookku. “Wah, penerbit baru nih!” gumamku, seperti menemukan harta karun. Maklum, aku seorang penulis. Keberadaan penerbit baru berarti memberikan napas baru untuk keberadaan naskah-naskahku. Aku berharap suatu saat nanti bisa menerbitkan buku di Stiletto.


“Penerbit Buku Perempuan,” begitulah taglinemu. Dan memang semua naskahmu berbicara tentang dunia perempuan. Lihatlah logomu, sebuah sepatu berhak tinggi, stiletto, salah satu simbol perempuan. Yah, walaupun kenyataannya aku tidak suka pakai stiletto karena membuat kaki letih. Namun, untuk mengirim naskah ke tempatmu, aku harus punya naskahnya dulu. Aku harus menyesuaikan dengan visi misimu. Aku merancang kata demi kata untuk sebuah novel baru yang kutujukan kepadamu.

Setahun berlalu, akhirnya aku punya naskah untuk kukirim kepadamu. Naskah itu kutulis  bersama dengan seorang temanku. Kau begitu ramah dalam surat jawaban penerimaan naskah. Kau menyuruhku untuk menunggu sebulan. Aku mengikuti prosedur pengiriman naskah seperti yang kausyaratkan. Aku mengirimkan tiga puluh halaman pertama. Hmm… sebulan kemudian kudapatkan jawabannya. Ah, Stiletto, kau menolak naskahku, hiks….

Tetapi, tak apa. Aku toh bukan sekali itu saja menerima penolakan naskah. Juga bukan sekali mendapatkan kabar bahwa naskah diterima. Sebagai penulis, naskah diterima dan ditolak itu biasa. Naskah yang ditolak di penerbit A, bisa jadi diterima oleh penerbit B karena penilaian keduanya berbeda. Barangkali naskahku memang belum sesuai untuk Stiletto. Aku tetap berpikir positif dan berusaha, akhirnya naskahku diterbitkan oleh penerbit lain.

Aku dan buku "Anakku Sehat Tanpa Dokter"
Walaupun begitu, aku tetap menyimpan harapan suatu ketika naskahku diterbitkan olehmu. Kuakui, memang dulu aku belum mengenalmu dengan baik. Aku bahkan belum pernah membaca buku-bukumu. Hanya menebak-nebak kira-kira naskah seperti apa yang diterbitkan olehmu. Akhirnya aku berkesempatan untuk membaca buku-bukumu. Berhubung aku sudah punya tiga anak kecil, aku membaca buku-bukumu di bawah bendera MomLit. Ah, kau ini tahu saja bagaimana menyasar pembacamu.

Buku “Anakku Sehat Tanpa Dokter” bukan saja memberikanku pengetahuan baru bagaimana merawat anak yang sakit tanpa dokter, tapi juga memenangkan lomba resensi yang kauadakan! Ya, ampun, kurang baik apa kamu ya? Senang sekali saat mendapatkan hadiah lomba resensi darimu, berupa buku-buku di bawah bendera A Cup of Tea. Aku juga membaca buku “Don’t Worry to be A Mommy,” yang memberikanku motivasi dan semangat selama menjalankan tugas sebagai ibu.

Bayiku bersama buku Don't Worry to be a Mommy
Akhirnya, aku pun membaca keempat seri A Cup of Tea yang langsung menyergapku dalam keharuan. Kisah-kisah para penulisnya memberikan semangat dan motivasi, walaupun tak semuanya kualami. Kesan-kesanku setelah membaca buku-bukumu, sudah kutulis di link review berikut ini:


Terima kasih untuk teman minum teh ini :-)
Aku tahu, dunia wanita itu sangat kompleks. Masih ada banyak hal yang bisa digali dari sosok seorang wanita. Aku berharap ke depannya engkau mengeluarkan terobosan-terobosan baru agar bisa lebih dekat dengan para pembacamu yang sebagian besar adalah wanita.

Terima kasih, Stiletto, sudah menemani duniaku yang kompleks ini dengan buku-bukumu yang bermutu. Semoga sukses selalu!

With Love,

Leyla Imtichanah
leyla_hana@yahoo.com

** surat ini kupersembahkan untuk Stiletto Book dalam rangka Writing Contest: Surat Untuk Stiletto Book. 

2 komentar: