Selasa, 15 Oktober 2013

Palestina Membara: Duka Orang-Orang Terusir

Judul: Palestina Membara: Duka Orang-Orang Terusir
Penulis: Joe Sacco
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit: DAR! Mizan, 2008

Ini bukan novel sembarang novel. Ini adalah novel grafis. Novel grafis itu semacam komik, dan saya tidak tahu apa perbedaan komik dengan novel grafis karena keduanya serupa. Joe Sacco adalah komikus lulusan bidang kajian Journalism di Universia Oregon, pemenang American Book Award 1996, untuk karyanya "Palestine." Komik ini ditulis berdasarkan pengalaman Joe saat tinggal di wilayah pendudukan Palestina selama dua bulan. Apa disampaikannya adalah kenyataan ketika dia melihat sendiri kondisi Palestina dan interaksinya dengan penduduk di sana. 


Membaca novel ini tak perlu memakan waktu lama, karena bentuknya komik. Tetapi, tetap saja ada bagian-bagian yang membutuhkan perenungan, karena ini bukan komik biasa. Sebagaimana komik lain, meskipun ceritanya "berat," Joe tetap menyisipkan kelucuan-kelucuan. Dimulai dari kedatangan Joe ke Palestina yang disambut oleh keramahan warga Palestina. Setiap bertemu, penduduk Palestina akan mengucapkan salam (Assalamu'alaikum) walaupun belum saling kenal. Dan saat berkunjung ke rumah warga Palestina, kita akan disuguhi dengan teh Arab dengan gula yang banyak. 

Joe menggambarkan kondisi Palestina yang hancur, dan anak-anak yang sudah terbiasa berperang menggunakan batu. Betapa sulitnya kehidupan di Palestina, tetapi luar biasa semangat dan ketabahan rakyat Palestina. Mereka yakin bahwa mereka akan dapat merebut kembali Palestina dari Israel. Kekejaman Israel sangat di luar batas. Bahkan, orang keturunan Yahudi pun, Naomi, mengatakan: "Mungkin, kalau aku orang Palestina, aku jadi teroris juga, untuk merebut kembali tanahku...."

Ya, orang Palestina yang ikut mengangkat senjata memerangi Israel, justru dianggap teroris, sedangkan Israel dianggap pahlawan. Sungguh lucu, bukan? Novel ini hadir untuk meluruskan pemahaman kita terhadap pendudukan Israel, terutama bagi orang-orang yang Pro Israel. 

Membaca novel ini, meskipun komik, tetap harus perlahan karena beberapa dialog dituliskan panjang-panjang dan berisi kalimat-kalimat yang berat, sifatnya politis. Novel ini juga menjadi salah satu referensi saya dalam menuliskan novel "Surga yang Terlarang." Thanks to Joe Sacco. 

2 komentar:

  1. pengen bacaaa.. palestina memang negeri dengan seribu cerita lirih.. :(

    BalasHapus
  2. Mbak leyla, pleas chapcanya diilangin dong. Bikin males komen :(

    BalasHapus