Rabu, 02 Oktober 2013

Ya Allah, Beri Aku Kekuatan

credit
Judul: Ya Allah, Beri Aku Kekuatan
Penulis: Aida MA
Penerbit: Quanta, Elex Media, 2012
Halaman: 345
Harga: Rp 49.980

Sering kali kita mengeluhkan ujian hidup yang terasa berat, seakan-akan tak ada orang lain yang diuji melebihi kita. Mendengarkan kisah sedih orang lain, barangkali akan mengajarkan sedikit arti bersyukur, bahwa hidup kita masih lebih baik daripada orang lain. Aida MA menyediakan telinganya untuk mendengarkan kisah-kisah sedih orang lain, yang kemudian dituliskannya di dalam buku ini, kemungkinan besar dapat membuat kita menyadari bahwa kita semestinya mensyukuri semua ujian hidup. 


Semua kisah dituliskan menggunakan kata ganti orang pertama, yaitu "AKU" sehingga seakan-akan kita mendengarkan orang itu sendiri yang bercerita. Di setiap prolog dan epilog, penulis mengajak kita mentadabburi ayat-ayat Allah, mengambil hikmah di balik ujian, bahwa tak ada yang sia-sia dari setiap peristiwa yang menimpa hamba-Nya. Ujian-ujian yang diangkat di dalam buku ini adalah ujian-ujian yang menimpa kaum wanita.

Dalam kisah "Aku dan Laki-Laki Itu," tokoh Aku mengalami masa kecil yang buruk, yaitu menjadi korban pedofilia, sebuah penyimpangan seksual di mana pelakunya menyukai berhubungan seks dengan anak kecil. Peristiwa itu menimbulkan  trauma mendalam, bahkan sampai Aku dewasa. Kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini agar menjaga baik-baik anak-anak kita. 

Poligami, meskipun dibolehkan, kenyataannya membuat banyak wanita menderita. Di dalam buku ini, ada beberapa kisah yang berkaitan dengan poligami. Adhita yang divonis mandul dan harus menerima permintaan suaminya yang ingin menikah lagi, begitu juga dengan Alifa saat suaminya, Furqon, menikhai wanita lain.

Ada 17 cerita lain yang menarik untuk disimak dan direnungkan. Kisah seorang wanita yang diperkosa, kehilangan keluarganya dalam peristiwa tsunami, menikah dengan lelaki yang mengalami kelainan seksual, dan beragam ujian hidup lain. Tak menyesal membaca buku, karena semua kisah dituliskan dengan gaya bercerita yang dalam dan bermakna, seakan-akan penulis ikut lebur di dalamnya.

Ibarat cermin, kisah-kisah di dalam buku ini mengajak pembacanya untuk mencoba bercermin dari serangkaian cerita di sini. Bagaimana jika suatu waktu ujian yang sama datang menimpa diri kita masing-masing. Setidaknya kita akan belajar kuat dan ikhlas menghadapinya. (Aida MA).

2 komentar:

  1. Kalau baca buku ini harus bawa tissu banyak-banyak ya mbak.

    BalasHapus
  2. pedofilia? hiks, ga kebayang :'(
    semoga kita bisa belajar dari pengalaman orang lain agar lebih sabar dan ikhlas ya, bun. agar lebih menghargai apa yang kita punya saat ini. :)

    BalasHapus