Penulis:
Rainbow Rowell
Penerbit:
Phoenix, Ufuk Publishing House
Tahun
Terbit: Cetakan 1, November 2013
ISBN:
978-602-7689-497
The
New York Time Bestseller & Buku Fiksi Terbaik Boston Globe Book Award 2013
Membaca
label di atas yang tertera di atas kovernya, membuat saya berpikir barangkali
ini buku yang bagus. Akan tetapi, saya belum juga tergerak untuk membacanya
karena melihat kover bukunya yang tidak menarik, serta blurb di kover belakang.
Saya ragu novel ini akan menarik.
Akhirnya,
setelah tak ada lagi buku yang bisa dibaca (sebenarnya masih ada, tapi juga tak
menarik), saya mencoba membaca buku ini. Saya kurang suka membaca novel
terjemahan karena bahasanya yang kaku. Beberapa kali membaca novel terjemahan,
saya terpaksa berhenti di tengah jalan karena tidak bisa mengikuti bahasa si
penerjemah. Okelah, kita coba dengan buku ini.
Ternyata….sampai
di halaman 5, saya mulai tertarik untuk terus membaca buku ini, bahkan bisa
saya baca dalam waktu sehari saja. Itu artinya, “Don’t judge a book from it’s
cover.” Kover buku yang jelek, bukan berarti isinya juga jelek. Begtu juga
sebaliknya. Banyak pembaca yang tertipu oleh kover buku yang bagus, tapi isinya
membosankan.
Kover
Yah,
kovernya seperti itulah, gambar samar sepasang manusia: Eleanor dan Park. Gaya
si perempuan bikin saya sebel, karena perutnya terbuka dan tawanya lebar,
seakan dia perempuan nakal. Padahal, karakter Eleanor tidak sebinal itu, lho.
Untuk gambar si cowok, cukup baguslah, mendekati karakter si Park di dalam
novelnya.
Tokoh-tokoh dan karakternya masing-masing
Kelebihan
dari karya penulis luar negeri adalah mereka begitu detil menggambarkan
karakter tokoh-tokohnya, termasuk busana, makanan kesukaan, hobi, dan bahkan
ekspresi wajah dan tubuh. Begitu juga dengan Eleanor dan Park. Eleanor
diceritakan sebagai seorang gadis tertutup, aneh, tidak punya teman, bertubuh
gendut, tidak menarik, selalu memakai pakaian laki-laki, tetapi dia sangat
cerdas karena nyaris semua nilai pelajarannya itu A. Eleanor berambut keriting
merah, karena dia keturunan Denmark.
Park
adalah seorang cowok keturunan Korea (ibunya orang Korea), yang tidak punya
banyak teman tapi cukup dikenal karena wajahnya lumayan ganteng, penyuka komik,
lagu-lagu punk dan the beatles, bisa taekwondo, dan selalu bertengkar dengan
adiknya, Josh. Park tipe cowok yang nyaris sempurna dan Eleanor tak pernah
berpikir bahwa Park akan menyukainya.
Ceritanya tentang apa sih?
Adegan
dibuka dengan masuknya Eleanor sebagai siswi baru di SMA mereka, dengan gaya
busana yang aneh, tubuh gemuk, wajah berbintik-bintik, dan rambut merah,
Eleanor sukses mendapatkan ejekan dari semua temannya dan disebut sebagai “Si
Merah Besar.” Sepasang cowok-cewek yang sering mengejeknya adalah Steve dan
Tina, yang juga teman Park. Ketika naik bus sekolah. Eleanor tak tahu mesti duduk di mana, kecuali di sebelah
cowok Asia yang dingin, Park. Park amat tak berharap Eleanor akan duduk di
sebelahnya, tapi daripada mendengar gadis itu terus diejek teman-temannya dan
gadis itu hanya mematung di sampingnya, maka Park segera menyuruh Eleanor
duduk. Adegan inilah yang menarik saya untuk terus membaca ceritanya.
Hari-hari
selanjutnya, Eleanor terus duduk di sebelah Park, karena semua tempat duduk sudah
dikuasai penghuninya masing-masing. Eleanor dan Park duduk bersebelahan tanpa
saling bicara, tapi sebenarnya mereka saling mengamati. Batin Park memberontak.
Gadis itu sangat misterius dan entah kenapa dia tertarik menyelidiki tentang
Eleanor. Rasanya dia harus bicara kepada Eleanor. Akhirnya, dia memulai
pembicaraan dengan meletakkan komik-komiknya di sebelah Eleanor, dan gadis itu
membacanya. Pelan-pelan, mereka mulai bicara. Rasanya gila menyadari bahwa
Eleanor telah berhasil membuat Park penasaran sehingga terus memikirkan gadis
itu, hingga akhirnya Park sadar bahwa dia menyukai Eleanor.
Perasaan
suka itu dipendam oleh Park, karena dia tidak mau diejek teman-temannya akibat
menyukai seorang gadis yang sangat tidak menarik. Eleanor pun tidak percaya diri,
walaupun Park mulai berani menyentuh tangannya, bahkan menawarinya datang ke
rumah Park. Eleanor tidak yakin akan ada seseorang yang menyukainya, terlebih
lagi itu Park. Rasa tidak percaya dirinya datang dari keluarganya yang
berantakan. Ibunya bercerai dari ayahnya, dia memiliki 4 orang adik, dan mereka
terpaksa tinggal di rumah ayah tirinya yang pemabuk dan suka memukul. Eleanor
pernah diusir oleh Richie, ayah tirinya, dan menumpang di rumah tetangganya,
sampai kemudian ia terpaksa kembali ke rumah ayah tirinya karena tetangganya
itu sudah tak mau lagi menampungnya.
Bagaimana
dengan ayah kandung Eleanor? Ayah kandungnya sudah punya tunangan baru dan
tidak mau memperhatikan keempat anaknya, sedikit pun. Bahkan ketika dia mau
memberikan uang kepada Eleanor, gadis itu harus mengasuh anak tunangannya dulu
selagi dia pergi. Saya senang ketika membaca adegan Eleanor mencuri makanan di
kulkas ayahnya, memakai telepon semalaman untuk menelepon Park, dan lalu
mencuri sikat gigi ayahnya. Eleanor pantas melakukannya, karena ayahnya tidak
bertanggungjawab sama sekali terhadap dirinya.
Jadi,
Eleanor adalah gadis yang datang dari keluarga miskin dan berantakan, tidak
punya baju yang pantas (karena itulah dia selalu memakai baju laki-laki dan tidak
bermodel), bahkan dia tidak punya sikat gigi. Ibu Park, yang seorang tukang
salon, mulanya membenci Eleanor (tapi tidak menampakkannya) karena memang
Eleanor itu tidak menarik. Akan tetapi, ketika ibu Park melihat keluarga
Eleanor, dengan adik-adiknya yang banyak, dia mulai menyukai Eleanor dan
memahami mengapa gadis itu terlihat pemurung dan aneh. Hubungan Park dan
Eleanor pun direstui oleh keluarga Park, tapi tidak oleh keluaga Eleanor. Gadis
itu menyembunyikan hubungannya dengan Park, selalu berbohong, dan ketakutan bila
orang tuanya mengetahui.
Pesan moral
Ini
bukan cerita remaja biasa. Park datang dari keluarga harmonis, sehingga tidak
paham mengapa ada gadis seaneh Eleanor. Sebagaimana percintaan barat lainnya,
tentu saja pada akhirnya kedua remaja yang berusia 16 tahun itu melakukan seks
bebas, dan cara mereka melakukannya itulah yang harus menjadi pelajaran kepada
para orang tua. Orang tua Park (walaupun tinggal di Barat) tidak menghendaki
putranya kelak menghamili seorang gadis, sehingga ayahnya selalu berpesan, “Jangan
ada seorang gadis pun yang hamil ya,” ketika Park membawa Eleanor masuk ke
kamarnya. Di dalam kamar itu, mereka memang hanya mengobrol, sambil berpegangan
tangan, dan mencuri-curi ciuman.
Eleanor
datang dari keluarga berantakan dan itu cukup menjadi alasan mengapa dia merasa
nyaman berada di dalam pelukan Park yang baik dan melindungi. Anak-anak dari
keluarga berantakan tentu membutuhkan pelarian. Ini menjadi pelajaran bagi para
orang tua. Ibu Eleanor yakin putrinya tidak pernah dekat-dekat dengan seorang
lelaki pun, karena Eleanor tidak menarik, gendut, dan penyendiri. Ups, jangan
salah. Anak yang kelihatannya baik, belum tentu seperti yang tampak di muka.
Apalagi jika anak itu tanpa pengawasan dan berasal dari keluarga berantakan.
Jadi,
para orang tua, ketika Anda ingin bercerai, coba pikirkan perasaan anak-anak.
Perasaan sedih, kesepian, dicampakkan, telah ditampakkan oleh Eleanor dan
adik-adiknya. Mereka kehilangan sosok seorang ayah. Walaupun ibunya menikah
lagi, tapi ayah barunya tak bersikap seperti seorang ayah. Mereka seperti
anak-anak yang terbuang. Belum lagi ternyata si penjahat dari cerita ini, orang
yang selalu meneror Eleanor, tak lain dan tak bukan adalah ayah tirinya!
Pendidikan
seks telah diberikan orang tua Park sejak Park seusia TK, tapi Park tidak
diberitahu agar tidak menyentuh bagian tubuh mana pun dari seorang perempuan.
Dia hanya diberitahu agar jangan sampai ada gadis yang hamil. Sayangnya, orang
tua membolehkan anaknya memasukkan anak perempuan ke dalam kamar dan bepergian
berdua saja. Mereka yakin Park tidak akan melakukan sesuatu di luar batas,
karena merasa sudah memperingatkan Park. Sedangkan Park beralasan bahwa ayahnya
hanya memperingatkan agar tidak ada gadis yang hamil, jadi kalau tidak hamil ya
tidak masalah.
Jadi,
kapan Park dan Eleanor melakukan hubungan seks mereka pertama kali? Di mobil.
Saya kira hubungan seks itu terjadi ketika Eleanor datang ke rumah Park dan
orang tua Park sedang pergi, ternyata saat itu Park hanya meraba-raba. Park tak
bisa menahan nafsunya, setelah dibiarkan oleh ibunya membawa mobil dengan hanya
berdua Eleanor. Mereka memutari kota, lalu melakukan hubungan seks itu di
mobil.
Rasanya
memang tidak cukup hanya memperingatkan anak-anak agar tidak melakukan seks
bebas. Lebih tepatnya, membatasi pergaulan mereka, karena kalau mereka sudah
berduaan tanpa bekal iman yang kuat, mereka akan tetap melakukannya walaupun
orang tua melarang. Latar belakang keluarga juga menentukan perilaku anak. Hubungan
harmonis antara kedua orang tua, sangat menentukan masa depan anak-anak. Novel
ini tidak direkomendasikan dibaca oleh anak-anak di bawah umur, tapi bisa
dijadikan pelajaran untuk para orang tua.
Setuju mbak, kovernya memang tidak menarik sama sekali. tapi ternyata isinya lumayan ya? :D
BalasHapusmantappp
BalasHapusCek resi barang antar pulau