Rabu, 04 Juni 2014

Eleanor dan Park


Judul: Eleanor & Park
Penulis: Rainbow Rowell
Penerbit: Phoenix, Ufuk Publishing House
Tahun Terbit: Cetakan 1, November 2013
ISBN: 978-602-7689-497

The New York Time Bestseller & Buku Fiksi Terbaik Boston Globe Book Award 2013

Membaca label di atas yang tertera di atas kovernya, membuat saya berpikir barangkali ini buku yang bagus. Akan tetapi, saya belum juga tergerak untuk membacanya karena melihat kover bukunya yang tidak menarik, serta blurb di kover belakang. Saya ragu novel ini akan menarik.


Akhirnya, setelah tak ada lagi buku yang bisa dibaca (sebenarnya masih ada, tapi juga tak menarik), saya mencoba membaca buku ini. Saya kurang suka membaca novel terjemahan karena bahasanya yang kaku. Beberapa kali membaca novel terjemahan, saya terpaksa berhenti di tengah jalan karena tidak bisa mengikuti bahasa si penerjemah. Okelah, kita coba dengan buku ini.

Ternyata….sampai di halaman 5, saya mulai tertarik untuk terus membaca buku ini, bahkan bisa saya baca dalam waktu sehari saja. Itu artinya, “Don’t judge a book from it’s cover.” Kover buku yang jelek, bukan berarti isinya juga jelek. Begtu juga sebaliknya. Banyak pembaca yang tertipu oleh kover buku yang bagus, tapi isinya membosankan.

Kover
Yah, kovernya seperti itulah, gambar samar sepasang manusia: Eleanor dan Park. Gaya si perempuan bikin saya sebel, karena perutnya terbuka dan tawanya lebar, seakan dia perempuan nakal. Padahal, karakter Eleanor tidak sebinal itu, lho. Untuk gambar si cowok, cukup baguslah, mendekati karakter si Park di dalam novelnya.

Tokoh-tokoh dan karakternya masing-masing
Kelebihan dari karya penulis luar negeri adalah mereka begitu detil menggambarkan karakter tokoh-tokohnya, termasuk busana, makanan kesukaan, hobi, dan bahkan ekspresi wajah dan tubuh. Begitu juga dengan Eleanor dan Park. Eleanor diceritakan sebagai seorang gadis tertutup, aneh, tidak punya teman, bertubuh gendut, tidak menarik, selalu memakai pakaian laki-laki, tetapi dia sangat cerdas karena nyaris semua nilai pelajarannya itu A. Eleanor berambut keriting merah, karena dia keturunan Denmark.

Park adalah seorang cowok keturunan Korea (ibunya orang Korea), yang tidak punya banyak teman tapi cukup dikenal karena wajahnya lumayan ganteng, penyuka komik, lagu-lagu punk dan the beatles, bisa taekwondo, dan selalu bertengkar dengan adiknya, Josh. Park tipe cowok yang nyaris sempurna dan Eleanor tak pernah berpikir bahwa Park akan menyukainya.

Ceritanya tentang apa sih?
Adegan dibuka dengan masuknya Eleanor sebagai siswi baru di SMA mereka, dengan gaya busana yang aneh, tubuh gemuk, wajah berbintik-bintik, dan rambut merah, Eleanor sukses mendapatkan ejekan dari semua temannya dan disebut sebagai “Si Merah Besar.” Sepasang cowok-cewek yang sering mengejeknya adalah Steve dan Tina, yang juga teman Park. Ketika naik bus sekolah. Eleanor tak  tahu mesti duduk di mana, kecuali di sebelah cowok Asia yang dingin, Park. Park amat tak berharap Eleanor akan duduk di sebelahnya, tapi daripada mendengar gadis itu terus diejek teman-temannya dan gadis itu hanya mematung di sampingnya, maka Park segera menyuruh Eleanor duduk. Adegan inilah yang menarik saya untuk terus membaca ceritanya.

Hari-hari selanjutnya, Eleanor terus duduk di sebelah Park, karena semua tempat duduk sudah dikuasai penghuninya masing-masing. Eleanor dan Park duduk bersebelahan tanpa saling bicara, tapi sebenarnya mereka saling mengamati. Batin Park memberontak. Gadis itu sangat misterius dan entah kenapa dia tertarik menyelidiki tentang Eleanor. Rasanya dia harus bicara kepada Eleanor. Akhirnya, dia memulai pembicaraan dengan meletakkan komik-komiknya di sebelah Eleanor, dan gadis itu membacanya. Pelan-pelan, mereka mulai bicara. Rasanya gila menyadari bahwa Eleanor telah berhasil membuat Park penasaran sehingga terus memikirkan gadis itu, hingga akhirnya Park sadar bahwa dia menyukai Eleanor.

Perasaan suka itu dipendam oleh Park, karena dia tidak mau diejek teman-temannya akibat menyukai seorang gadis yang sangat tidak menarik. Eleanor pun tidak percaya diri, walaupun Park mulai berani menyentuh tangannya, bahkan menawarinya datang ke rumah Park. Eleanor tidak yakin akan ada seseorang yang menyukainya, terlebih lagi itu Park. Rasa tidak percaya dirinya datang dari keluarganya yang berantakan. Ibunya bercerai dari ayahnya, dia memiliki 4 orang adik, dan mereka terpaksa tinggal di rumah ayah tirinya yang pemabuk dan suka memukul. Eleanor pernah diusir oleh Richie, ayah tirinya, dan menumpang di rumah tetangganya, sampai kemudian ia terpaksa kembali ke rumah ayah tirinya karena tetangganya itu sudah tak mau lagi menampungnya.

Bagaimana dengan ayah kandung Eleanor? Ayah kandungnya sudah punya tunangan baru dan tidak mau memperhatikan keempat anaknya, sedikit pun. Bahkan ketika dia mau memberikan uang kepada Eleanor, gadis itu harus mengasuh anak tunangannya dulu selagi dia pergi. Saya senang ketika membaca adegan Eleanor mencuri makanan di kulkas ayahnya, memakai telepon semalaman untuk menelepon Park, dan lalu mencuri sikat gigi ayahnya. Eleanor pantas melakukannya, karena ayahnya tidak bertanggungjawab sama sekali terhadap dirinya.

Jadi, Eleanor adalah gadis yang datang dari keluarga miskin dan berantakan, tidak punya baju yang pantas (karena itulah dia selalu memakai baju laki-laki dan tidak bermodel), bahkan dia tidak punya sikat gigi. Ibu Park, yang seorang tukang salon, mulanya membenci Eleanor (tapi tidak menampakkannya) karena memang Eleanor itu tidak menarik. Akan tetapi, ketika ibu Park melihat keluarga Eleanor, dengan adik-adiknya yang banyak, dia mulai menyukai Eleanor dan memahami mengapa gadis itu terlihat pemurung dan aneh. Hubungan Park dan Eleanor pun direstui oleh keluarga Park, tapi tidak oleh keluaga Eleanor. Gadis itu menyembunyikan hubungannya dengan Park, selalu berbohong, dan ketakutan bila orang tuanya mengetahui.
 
Pesan moral
Ini bukan cerita remaja biasa. Park datang dari keluarga harmonis, sehingga tidak paham mengapa ada gadis seaneh Eleanor. Sebagaimana percintaan barat lainnya, tentu saja pada akhirnya kedua remaja yang berusia 16 tahun itu melakukan seks bebas, dan cara mereka melakukannya itulah yang harus menjadi pelajaran kepada para orang tua. Orang tua Park (walaupun tinggal di Barat) tidak menghendaki putranya kelak menghamili seorang gadis, sehingga ayahnya selalu berpesan, “Jangan ada seorang gadis pun yang hamil ya,” ketika Park membawa Eleanor masuk ke kamarnya. Di dalam kamar itu, mereka memang hanya mengobrol, sambil berpegangan tangan, dan mencuri-curi ciuman.

Eleanor datang dari keluarga berantakan dan itu cukup menjadi alasan mengapa dia merasa nyaman berada di dalam pelukan Park yang baik dan melindungi. Anak-anak dari keluarga berantakan tentu membutuhkan pelarian. Ini menjadi pelajaran bagi para orang tua. Ibu Eleanor yakin putrinya tidak pernah dekat-dekat dengan seorang lelaki pun, karena Eleanor tidak menarik, gendut, dan penyendiri. Ups, jangan salah. Anak yang kelihatannya baik, belum tentu seperti yang tampak di muka. Apalagi jika anak itu tanpa pengawasan dan berasal dari keluarga berantakan.

Jadi, para orang tua, ketika Anda ingin bercerai, coba pikirkan perasaan anak-anak. Perasaan sedih, kesepian, dicampakkan, telah ditampakkan oleh Eleanor dan adik-adiknya. Mereka kehilangan sosok seorang ayah. Walaupun ibunya menikah lagi, tapi ayah barunya tak bersikap seperti seorang ayah. Mereka seperti anak-anak yang terbuang. Belum lagi ternyata si penjahat dari cerita ini, orang yang selalu meneror Eleanor, tak lain dan tak bukan adalah ayah tirinya!

Pendidikan seks telah diberikan orang tua Park sejak Park seusia TK, tapi Park tidak diberitahu agar tidak menyentuh bagian tubuh mana pun dari seorang perempuan. Dia hanya diberitahu agar jangan sampai ada gadis yang hamil. Sayangnya, orang tua membolehkan anaknya memasukkan anak perempuan ke dalam kamar dan bepergian berdua saja. Mereka yakin Park tidak akan melakukan sesuatu di luar batas, karena merasa sudah memperingatkan Park. Sedangkan Park beralasan bahwa ayahnya hanya memperingatkan agar tidak ada gadis yang hamil, jadi kalau tidak hamil ya tidak masalah.

Jadi, kapan Park dan Eleanor melakukan hubungan seks mereka pertama kali? Di mobil. Saya kira hubungan seks itu terjadi ketika Eleanor datang ke rumah Park dan orang tua Park sedang pergi, ternyata saat itu Park hanya meraba-raba. Park tak bisa menahan nafsunya, setelah dibiarkan oleh ibunya membawa mobil dengan hanya berdua Eleanor. Mereka memutari kota, lalu melakukan hubungan seks itu di mobil.

Rasanya memang tidak cukup hanya memperingatkan anak-anak agar tidak melakukan seks bebas. Lebih tepatnya, membatasi pergaulan mereka, karena kalau mereka sudah berduaan tanpa bekal iman yang kuat, mereka akan tetap melakukannya walaupun orang tua melarang. Latar belakang keluarga juga menentukan perilaku anak. Hubungan harmonis antara kedua orang tua, sangat menentukan masa depan anak-anak. Novel ini tidak direkomendasikan dibaca oleh anak-anak di bawah umur, tapi bisa dijadikan pelajaran untuk para orang tua.

2 komentar: