Judul: The True Hijab: Kisah Inspiratif Para Jilbaber Syari
Penulis: Asri Supatmiati, dkk
Penerbit: Mozaik Indie Publisher
Tahun Terbit: Cetakan Kedua, Juni 2014
Jumlah Halaman: xxxiv + 164
ISBN: 978-602-17723-8-6
Pemakaian hijab kini telah
semakin meluas di masyarakat. Hijab bukan lagi model pakaian yang aneh, yang
membuat pemakainya dijuluki kampungan, ndeso,
dan julukan-julukan tidak keren lainnya.
Model hijab telah bermacam-macam. Pemakainya pun sudah datang dari kalangan
figur masyarakat, seperti artis, pejabat pemerintah, dan orang-orang terkenal.
Muslimah telah mengetahui bahwa memakai hijab itu kewajiban. Gerak dan
jangkauan muslimah berhijab pun semakin terbuka.
Lalu, apa itu “The True Hijab”?
Apakah ada hijab yang salah? Para penulis di dalam buku ini menganggap,
pemahaman soal hijab masih belum seragam sesuai syariah Islam. Definisi jilbab
dan kerudung masih jauh dari makna sebenarnya. Para penulis pun mengumpulkan
pengalaman-pengalaman mereka dalam berhijab syari menurut pemahaman mereka, di
dalam buku ini.
Ada 18 penulis yang menceritakan
pengalamannya berhijab syari. Berdasarkan cerita keseluruhan penulis, jilbab
dan kerudung itu memiliki definisi yang berbeda. Jika selama ini masyarakat
menganggap bahwa jilbab itu sama dengan kerudung, bagi mereka tidak. Mereka
mengartikan dalil dalam Al Quran surat An Nur 31, bahwa perintah berkerudung
sampai menutup dada. Sedangkan dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59, perintah
berjilbab itu ke seluruh tubuh. Kerudung adalah kain yang diulurkan dari kepala
sampai menutup dada dan jilbab adalah pakaian luar yang longgar, seperti
lorong, bukan potongan baju atas bawah, tidak transparan, irkho (tidak menggantung), tapi menutup mata kaki. Di dalam jilbab
pun menggunakan baju rumah. (halaman 50).
Jadi, menurut pemahaman ke-18
penulis, jilbab itu adalah pakaian panjang yang selama ini kita sebut gamis.
Muslimah wajib mengenakan kerudung dan jilbab (gamis). Aturan itu mengikat.
Dengan demikian, seharusnya para muslimah tidak memodifikasi pakaian mereka
sehingga tidak lagi berbentuk jilbab (gamis). Para penulis menceritakan
pengalaman, suka duka mengenakan jilbab (gamis), agar benar-benar memenuhi
syariat sesuai dengan pemahaman mereka. Ada yang harus menabung agar bisa
membeli jilbab karena kondisi ekonomi orangtuanya tidak memungkinkan, ada yang
belajar menjahit baju sendiri dan bahkan menyambung baju atasan dan bawahan
sehingga menyerupai gamis, ada yang masih berseteru dengan ibunya yang melarang
memakai jilbab, ada yang dipanggil pihak sekolah untuk memkompromikan
jilbabnya, dan lain sebagainya.
Kisah-kisah para penulis di dalam
buku ini dapat dijadikan motivasi dan inspirasi bagi para muslimah yang masih
belum berkerudung dan berjilbab agar menyegerakannya karena umur hanya Allah
Swt yang tahu. Tentu saja, soal model hijab yang benar, kita serahkan kepada
Allah Swt karena kebenaran hanya milik Allah. Para penulis boleh saja mengklaim
bahwa gaya berhijabnya yang paling benar, tetapi saya pernah berinteraksi
dengan muslimah salafi yang memberikan banyak buku berisi dalil kewajiban
bercadar. Pakaian muslimah yang benar menurut jamaah salafi adalah kerudung,
jilbab, dan cadar. Mereka juga memiliki dalil-dalil yang menurut mereka sangat
kuat. Jika mengikuti keyakinan muslimah salafi, tentu hijab yang digunakan oleh
para penulis di dalam buku ini masih belum benar, karena belum ditambah dengan
cadar. Nah, lho, jadi mana yang benar? Wallahu’alam bisshawab.
Tugas kita sebagai muslimah
adalah menyempurnakan niat untuk melakukan kebaikan, sebagaimana hidayah yang
sudah kita terima. Bila memang hidayah berkerudung yang kita terima hanya
sampai model kerudung Marsya, yaitu rambut depan masih terlihat, barangkali
memang hanya sampai di situlah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada kita.
Bila kita mendapat hidayah mengenakan jilbab sebagaimana yang digunakan oleh
para penulis di dalam buku ini, berarti itulah kebenaran yang ditunjukkan Allah
kepada kita. Begitu juga jika kita ditunjuki untuk mengenakan cadar, itulah
kebenaran yang Allah berikan kepada kita. Semoga Allah Swt menunjuki kita jalan
yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar