Rabu, 21 Januari 2015

The True Hijab


Judul: The True Hijab: Kisah Inspiratif Para Jilbaber Syari
Penulis: Asri Supatmiati, dkk
Penerbit: Mozaik Indie Publisher
Tahun Terbit: Cetakan Kedua, Juni 2014
Jumlah Halaman: xxxiv + 164
ISBN: 978-602-17723-8-6

Pemakaian hijab kini telah semakin meluas di masyarakat. Hijab bukan lagi model pakaian yang aneh, yang membuat pemakainya dijuluki kampungan, ndeso,  dan julukan-julukan tidak keren lainnya. Model hijab telah bermacam-macam. Pemakainya pun sudah datang dari kalangan figur masyarakat, seperti artis, pejabat pemerintah, dan orang-orang terkenal. Muslimah telah mengetahui bahwa memakai hijab itu kewajiban. Gerak dan jangkauan muslimah berhijab pun semakin terbuka.


Lalu, apa itu “The True Hijab”? Apakah ada hijab yang salah? Para penulis di dalam buku ini menganggap, pemahaman soal hijab masih belum seragam sesuai syariah Islam. Definisi jilbab dan kerudung masih jauh dari makna sebenarnya. Para penulis pun mengumpulkan pengalaman-pengalaman mereka dalam berhijab syari menurut pemahaman mereka, di dalam buku ini. 

Ada 18 penulis yang menceritakan pengalamannya berhijab syari. Berdasarkan cerita keseluruhan penulis, jilbab dan kerudung itu memiliki definisi yang berbeda. Jika selama ini masyarakat menganggap bahwa jilbab itu sama dengan kerudung, bagi mereka tidak. Mereka mengartikan dalil dalam Al Quran surat An Nur 31, bahwa perintah berkerudung sampai menutup dada. Sedangkan dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59, perintah berjilbab itu ke seluruh tubuh. Kerudung adalah kain yang diulurkan dari kepala sampai menutup dada dan jilbab adalah pakaian luar yang longgar, seperti lorong, bukan potongan baju atas bawah, tidak transparan, irkho (tidak menggantung), tapi menutup mata kaki. Di dalam jilbab pun menggunakan baju rumah. (halaman 50).

Jadi, menurut pemahaman ke-18 penulis, jilbab itu adalah pakaian panjang yang selama ini kita sebut gamis. Muslimah wajib mengenakan kerudung dan jilbab (gamis). Aturan itu mengikat. Dengan demikian, seharusnya para muslimah tidak memodifikasi pakaian mereka sehingga tidak lagi berbentuk jilbab (gamis). Para penulis menceritakan pengalaman, suka duka mengenakan jilbab (gamis), agar benar-benar memenuhi syariat sesuai dengan pemahaman mereka. Ada yang harus menabung agar bisa membeli jilbab karena kondisi ekonomi orangtuanya tidak memungkinkan, ada yang belajar menjahit baju sendiri dan bahkan menyambung baju atasan dan bawahan sehingga menyerupai gamis, ada yang masih berseteru dengan ibunya yang melarang memakai jilbab, ada yang dipanggil pihak sekolah untuk memkompromikan jilbabnya, dan lain sebagainya.

Kisah-kisah para penulis di dalam buku ini dapat dijadikan motivasi dan inspirasi bagi para muslimah yang masih belum berkerudung dan berjilbab agar menyegerakannya karena umur hanya Allah Swt yang tahu. Tentu saja, soal model hijab yang benar, kita serahkan kepada Allah Swt karena kebenaran hanya milik Allah. Para penulis boleh saja mengklaim bahwa gaya berhijabnya yang paling benar, tetapi saya pernah berinteraksi dengan muslimah salafi yang memberikan banyak buku berisi dalil kewajiban bercadar. Pakaian muslimah yang benar menurut jamaah salafi adalah kerudung, jilbab, dan cadar. Mereka juga memiliki dalil-dalil yang menurut mereka sangat kuat. Jika mengikuti keyakinan muslimah salafi, tentu hijab yang digunakan oleh para penulis di dalam buku ini masih belum benar, karena belum ditambah dengan cadar. Nah, lho, jadi mana yang benar? Wallahu’alam bisshawab.

Tugas kita sebagai muslimah adalah menyempurnakan niat untuk melakukan kebaikan, sebagaimana hidayah yang sudah kita terima. Bila memang hidayah berkerudung yang kita terima hanya sampai model kerudung Marsya, yaitu rambut depan masih terlihat, barangkali memang hanya sampai di situlah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada kita. Bila kita mendapat hidayah mengenakan jilbab sebagaimana yang digunakan oleh para penulis di dalam buku ini, berarti itulah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada kita. Begitu juga jika kita ditunjuki untuk mengenakan cadar, itulah kebenaran yang Allah berikan kepada kita. Semoga Allah Swt menunjuki kita jalan yang benar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar