Judul: Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?
Penulis: Dr. Rhenald Kasali
Penerbit: Mizan
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September 2014
Jumlah Halaman: xiv+272
ISBN: 978-979-433-851-3
“Driver adalah sebuah sikap
hidup yang membedakan dirinya dengan Passenger. Anda tinggal memilih ingin
duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver
di depan?” (halaman 6).
Beberapa waktu lalu, ada kasus
seorang sarjana S2 yang ingin bunuh diri karena frustasi tidak juga mendapatkan
pekerjaan. Bayangkan, Sarjana S2 kesulitan mendapatkan pekerjaan? Tentu kita
tidak habis pikir. Bukankah gelar sarjana dari universitas terkemuka di
Indonesia dapat menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan? Ternyata tidak.
Tragisnya, pemuda sehat dan berijazah tinggi itu sempat terpikir untuk bunuh
diri, sebuah pilihan yang hanya dipilih oleh orang-orang berpikiran pendek.
Sebaliknya, mari kita menengok
riwayat hidup mantan Presiden Amerika, Theodore Roosevelt yang terlahir dengan
penyakit bawaan asma kronis, sehingga menghambat perkembangan fisiknya. Ayahnya
tak kenal lelah menempa TR menjadi pribadi yang kuat, meskipun fisiknya lemah. Hasilnya, TR meraih prestasi gemilang di bidang
militer dan politik, dan kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat pada awal
tahun 1900-an. Luar biasa, bukan?
Tubuh kita ibarat kendaraan.
Dalam setiap kendaraan, ada driver (pengemudi)
dan passenger (penumpang). Seorang
pengemudi haruslah awas, tidak boleh lengah, tidak boleh tidur, dan mengetahui
arah jalan, agar mobil beserta orang yang di dalamnya dapat selamat sampai
tujuan. Sebaliknya, seorang penumpang bebas melakukan apa saja karena dia tidak
perlu menyetir. Dia boleh tidur, boleh tidak peduli, boleh makan dan minum selama
di perjalanan, boleh menelepon atau bermain gadget,
dan sebagainya. Dia tidak
bertanggungjawab terhadap kendaraan yang ditumpanginya, jadi bebas. Akan
tetapi, seorang penumpang jadi tidak memiliki inisiatif karena hanya menumpang.
Sayangnya, generasi muda kita
sebagian besar hanya Passenger.
Mereka tidak punya inisiatif yang mumpuni untuk meraih masa depan gemilang.
Banyak yang terkurung di dalam sangkar, tak berani berpikiran terbuka dan lebih
memilih berada di zona nyaman. Dr. Rhenald Kasali berdasarkan pengalamannya
sebagai praktisi manajemen, penulis serangkaian buku perubahan dan manajemen,
serta pemimpin sebuah Social Enterprise
“Rumah Perubahan” menuliskan buku ini untuk mengajak pembaca mengubah mindset yang selama ini hanya Passenger menjadi Driver. Diharapkan dengan berubahnya mindset tersebut, pembaca tidak lagi menggantungkan hidupnya kepada
orang lain (lapangan pekerjaan), tetapi bisa berinovasi dalam meraih masa depan
yang lebih baik. Kendarailah tubuh kita sendiri, bukan menyuruh orang lain
mengendarainya.
Namun, sekadar mengendarai juga
belum cukup. Pembaca juga diajak untuk menjadi Good Driver (pengendara yang baik). Ada berapa banyak kecelakaan
yang diakibatkan oleh Bad Driver
(pengendara yang buruk)? Banyak sekali. Maka, penulis memberikan poin-poin
penting yang harus dimiliki oleh setiap driver
agar menjadi good driver,
diantaranya: disiplin, berani mengambil risiko, bermain untuk menang, kekuatan
dari kesederhanaan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.
Penjabaran Dr. Rhenald Kasali di
dalam buku ini mengenai Good Driver
sangat mudah dipahami, karena menggunakan bahasa manajemen yang paling
sederhana. Semakin menarik karena setiap bahasannya memasukkan contoh-contoh
kasus yang terjadi di dunia nyata dan kisah-kisah yang menginspirasi. Seolah
kita sedang mendengarkan seorang dosen bercerita, bukan memberikan
perkuliahan.
Penulis juga sudah membuktikan
kedisiplinannya dalam menyelesaikan naskah buku ini, yang dilakukan di tengah
kesibukannya. “Sebagian orang berpikir
buku ini ditulis di atas meja tulis yang dilengkapi oleh alat-alat ketik modern
berupa komputer dengan jadwal yang teratur. Keliru! Buku ini ditulis di
sepanjang perjalanan dengan menggunakan kertas polos dan blocknotes yang saya bawa dari Jakarta dan sekitar 30
isi bolpoin uni-ball Signo yang
seakan tak pernah berhenti dipakai sejak pesawat lepas landas dari Bandara
Soekarno-Hatta.” (halaman 113).
Seorang Passenger memiliki banyak alasan untuk menunda pekerjaan, seorang Driver melakukannya seketika tak peduli
apa pun kendala, halangan, dan rintangan yang sedang dihadapinya. Jadi, Anda
ingin menjadi Driver atau Passengger?
Bebrapa waktu lalu ada baca review buku ini. kayaknya buku wajib punya nih, apalagi dari penulis sekelas Rhenald Kasali :D
BalasHapusnyimak reviewnya sekaligus belajar bikin review dari mbak leyla
BalasHapusTFS Ela, jadi diingeti...apapun kendala kita pasti akan sampai pada tujuan jika mau berusaha terus walau dengan fasilitas seadanya :)
BalasHapussemangat..semangat..pasti ada jalan...hosh..hosh...*nyemangati diri biar kelar naskahnya..
BalasHapusSuka banget quote nya. Aku mau jadi driver :D
BalasHapus