Judul: @TentangAnak
Penulis: Joko Dwinanto
Penerbit: Noura Books (PT Mizan
Publika)
Tahun Terbit: Cetakan ke-1,
November 2014
Jumlah Halaman: 248
ISBN: 978-602-1306-68-0
“Kalimat-kalimat di buku ini mengingatkan, menegur, menampar, dan
menyemangati lagi orangtua.” @AnnaSurtiNina,
Psikolog anak dan keluarga.
Setiap orangtua pasti
menginginkan anak-anak yang sehat dan cerdas, akan tetapi tak semua orangtua
memiliki ilmu pengasuhan anak yang baik. Ada kalanya gaya dan tipe pengasuhan
anak diturunkan dari generasi sebelumnya, yang di satu sisi memiliki kelebihan,
di sisi lain ada kekurangan yang harus diperbaiki. Buku @TentangAnak yang
ditulis oleh Admin Twitter @TentangAnak, Joko Dwinanto ini ditulis dengan
bahasa ringan dan kalimat pendek-pendek, karena disarikan dari kicauan sang
admin setiap harinya. Isu-isu parenting di dalamnya sesuai dengan perkembangan
zaman.
Saya sendiri, sebagai ibu dari
tiga anak kecil, menyadari bahwa mengasuh anak itu bukan hal sepele. Tak bisa
disambi, karena merupakan pekerjaan tersendiri. Betapa repotnya mengasuh tiga
anak kecil bila tidak dipandu oleh ilmu mengasuh anak. Banyak sekali kekurangan
saya dalam mengasuh anak, dan membuat saya menyesal. Kenapa dulu begitu ya?
Kenapa bukan begini? Pernah dengar kasus ibu atau bapak yang membunuh anaknya
sendiri gara-gara kesal karena si anak menangis terus? Naudzubillahimindzalik.
Padahal,
“Parenting is supposed to be fun. Parenting is an art you can fail if
you try too hard. Relax. Loosen up. It supposed to be fun.” (Tentang Anak).
Ya, benar, mestinya kegiatan
mengasuh anak itu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Bagaimana caranya agar
menyenangkan? Orangtua harus membekali diri dengan ilmu-ilmu pengasuhan anak,
salahsatunya dengan buku ini.
Tulisan pertama berjudul
#DearMasBro, penulis memberikan pesan-pesan singkat untuk para suami agar menyayangi
istrinya. Misalnya dengan, #DearMasBro,
jangan pernah berteriak kepada istrimu, karena suara yang keras darimu untuknya
adalah cambuk yang menyakitkan bagi hatinya. (halaman 3).
Kemudian, penulis memberikan
masukan-masukan untuk para suami dan ayah agar lebih memperhatikan keluarga.
Sesibuk apa pun pekerjaan di kantor, tetap usahakan untuk memperhatikan
anak-anak. Pekerjaan memang penting, karena dengan gaji yang diperoleh itulah
seorang suami dapat menghidupi istri dan anak-anak. Tetapi, bukan berarti suami
mengabaikan keluarga, terlebih anak-anak yang membutuhkan kehadiran seorang
ayah. Penulis memberikan tips-tips kepada suami dan ayah agar tetap dapat berperan
dalam rumah tangga sekalipun sibuk bekerja.
Selain cerita dari penulis, buku
ini juga dilengkapi dengan kicauan para pengikut (follower) twitter
@TentangAnak yang menjawab pertanyaan admin, beberapa diantaranya cukup lucu
dan menghibur. Misalnya, ketika Admin bertanya, “apa bedanya sebelum menikah
dengan sesudah menikah?”
@rizkapesik Dulu begadang karena
clubbing sm pacar, skrg begadang nungguin anak yang bangun tengah malam…hi3.
@eka26susan Dulu dandan buat
pacar. Skrang dandan dibilang mau ke mana, Ma? Hadehhh.
@amiayulesatri Dulu Jumat malam
siapin DVD ntn smp pagi. Skrg nyuci peralatan perang mkn anak n botol ASIP
lanjut netekin J))
Eh, jangan-jangan kalau ada
lajang yang membaca kicauan-kicauan di atas, malah jadi tidak mau menikah
karena repot. Yang tadinya bisa kongko-kongko pada Jumat malam, berubah jadi
Upik Abu yang diam di rumah mengurus anak, xixixixi…… Buktikan saja sendiri,
enak mana kebiasaan sebelum menikah atau sesudah menikah :D
Penulis juga memberikan
kesempatan kepada pembaca yang ingin berbagi dengan memberikan komentar
terhadap uraian-uraian di dalam buku, dengan cara menscan barcode QR yang ada
di lembar terakhir setiap bab di web www.tentanganak.info.
Buku ini juga menerangkan isu-isu
dalam dunia parenting yang selama ini berseliweran di dunia maya, di antaranya:
pentingnya ASI untuk bayi, bahaya baby walker, perlukah memberikan susu untuk
anak, kebutuhan bayi yang tidak perlu, efek video games, sufor vs UHT, dan
sebagainya. Di antara tanggapan penulis terhadap isu tersebut, barangkali ada
yang kita setujui, ada yang tidak. Pilihan ada di tangan masing-masing
orangtua. Misalnya, tentang baby walker. Ketiga anak saya memakai baby walker,
Alhamdulillah tidak ada kasus serius. Memang mereka pernah jatuh dari baby
walker, tapi tidak apa-apa malah tertawa-tawa. Tentu saja pemakaian baby walker
itu di bawah pengawasan orangtua. Anak kedua sudah saya dudukkan di baby walker
sejak umur 6 bulan, dan dia sudah bisa berjalan di usia satu tahun. Sedangkan
anak pertama, saya dudukkan di baby walker pada umur 9 bulan, tapi hanya
sebulan saja, karena setelah itu dia dititipkan di neneknya dan baby walkernya
tidak dibawa. Si sulung baru bisa berjalan
usia 15 bulan. Berdasarkan perbandingan tersebut, saya yakin baby walker
membantu bayi untuk cepat berjalan.
Dari buku ini pula, saya jadi tahu bahwa anak-anak tidak perlu diajak
nonton di bioskop, sekalipun itu film anak. Mengapa? Karena suara speakernya
yang besar sekali itu tidak bagus untuk gendang telinga anak. Adakah ibu-ibu
yang memikirkan hal itu? Karena saya perhatikan, banyak orangtua yang suka
mengajak anak-anaknya menonton di bioskop. Saya juga pernah melakukannya satu
kali (sebelum membaca buku ini), gara-gara terbawa pergaulan. Saya melihat di
bioskop, ada bayi di bawah 4 bulan sudah diajak nonton ke bioskop.
Akhir kata, buku ini sangat perlu
dibaca oleh orangtua untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam hal pengasuhan
anak. Membaca buku ini seperti mendengar penulisnya berbicara dengan asyik dan
riang, sehingga tanpa sadar buku ini bisa dibaca dalam waktu singkat, tanpa
mengurangi esensi di dalamnya.
Kutipan favorit saya adalah, “Penyesalan terbesar para orangtua adalah
terlalu banyak bekerja.” (Riset, Lauren
Revell).
Terimakasih reviewnya mba hana..
BalasHapus