Penulis: Mya Ye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Metropop
Tahun Terbit: Desember, 2010
Jumlah Halaman: 192
ISBN: 978-979-22-6456-2
Amanda begitu yakin cintanya
kepada Alex dapat bersatu dalam pernikahan. Mereka menjalani hubungan jarak
jauh, karena Amanda dipindahtugaskan ke Sumatera, sedangkan Alex melanjutkan
kuliah di London. Semula, Amanda dan Alex hanya bersahabat, karena keduanya
sadar tak dapat bersatu. Alex sudah menikah dan memiliki seorang anak, meskipun
pernikahannya di ujung tanduk. Sebagai seorang katolik, Alex tak dapat
menceraikan istrinya. Hubungan Amanda dan Alex pun terkatung-katung, menunggu
waktu yang tepat.
Di Sumatera, Amanda bertemu
dengan Dino, seorang lelaki lajang yang menaruh perhatian kepadanya. Amanda
yang sangat setia kepada Alex, berusaha mengabaikan Dino meskipun Dino sangat
baik kepadanya. Dino selalu membantunya dalam hal apa pun, termasuk ketika
hubungan Amanda dengan Alex dalam masalah. Entah mengapa Alex menyembunyikan
kepulangannya ke Indonesia. Amanda sudah senang bukan kepalang ketika Alex
menjenguknya di Sumatera. Mereka menghabiskan waktu tiga hari berjalan-jalan
mengelilingi daerah tempat tinggal Amanda, sampai di hari terakhir, Alex
menyatakan kebenaran yang menyakitkan. Hubungannya dengan Amanda tak dapat
diteruskan, karena Alex sudah kembali kepada istrinya.
Amanda seperti dibuang ke jurang
yang dalam dan tak dapat kembali. Ia tak hanya marah kepada Tuhan, tapi juga
kepada Alex. Sikapnya yang semula ramah, menjadi pendiam. Dino pun sulit
memasuki hatinya. Peristiwa demi peristiwa pun terjadi, menyadarkan Amanda
bahwa kehendak Tuhan itu pasti baik untuk hamba-Nya. Termasuk ketika Tuhan
memisahkannya dengan Alex. Apakah Amanda bersedia menerima Dino yang sudah
setia menunggunya?
Sebagai novel Metropop, tokoh
utama novel ini, yaitu Amanda, memang
digambarkan sebagai wanita lajang yang sukses dalam karir, terbukti dengan
jabatannya sebagai Kepala Cabang sebuah Bank Swasta ternama. Tapi tidak dengan
kehidupan cintanya. Amanda harus menunggu dengan sabar sampai Alex benar-benar
menceraikan istrinya, yang mana dalam agama mereka, hal itu sungguh mustahil.
Benar saja, Alex tak jadi menceraikan istrinya dan justru mencampakkan Amanda. Amanda
harus bertarung mengalahkan kemarahannya, dan terutama kembali kepada Tuhan.
Nuansa katolik di dalam novel ini sangat terasa, dengan kutipan-kutipan doa
dari Injil, kehadiran biarawati yang menyadarkan Amanda, juga pesan-pesan moral khas penganut katolik.
“Kau juga ya. Kau harus membantu kesembuhan temanmu ini dengan doa.”
Suster Brigitta kembali memandang Amanda. “Namun jangan pernah memaksakan
permohonanmu kepadaNya. Pasrahkan. Dan biarkan segala yang terjadi adalah
kehendakNya.” (halaman 183)
Lokasi tempat kerja Amanda di
Sumatera tidak begitu dijelaskan dengan detil, misalnya pantai yang ada di
wilayah itu tidak disebutkan pantai apa. Lalu, ada perjalanan wisata yang
dilakukan oleh Amanda bersama Alex, yang sayangnya tidak disebutkan nama tempat
wisatanya. Hanya disebutkan, sebuah benteng kuno peninggalan penjajahan
Belanda. Diterangkan pula, ada apa saja di dalam benteng itu. Sebagai pembaca,
saya penasaran. Apa nama benteng itu? Apa nama tempat wisatanya? Di mana
lokasinya? Jika saja penulis mau menyebutkan, pastilah novel ini bisa menjadi
semacam novel traveling.
Kehidupan Alex tidak banyak
digali oleh penulis, termasuk tentang konflik rumahtangganya, mengapa sampai
ingin bercerai. Walaupun akhirnya Alex dan Amanda tidak bersama, tidak
disebutkan bagaimana cara mereka memperjuangkan cinta bila Alex tidak boleh
bercerai berkaitan dengan keyakinannya. Kehidupan Dino juga kurang digali,
sebagai tokoh sentral ketiga. Mengapa Dino sangat tergila-gila kepada Amanda,
padahal baru sebentar berkenalan?
Pesan-pesan yang disampaikan oleh
penulis sangat menyentuh, meskipun berkaitan dengan keyakinan agama
tertentu (Katolik), tapi dapat diterima oleh penganut agama lain karena
bersifat universal. Novel ini sangat ringan dibaca, sebagaimana novel Metropop
pada umumnya.
Kadang aneh ya mbk, wanita karir yg cerdas tapi terlalu berharap terhadap laki2 yg secara logika tidak mungkin dimiliki, tapi namanya juga fiksi ya mbk hehe
BalasHapusnamanya sama kali kayak nama tokoh novel Ilana Tan, Alex. Oh Alex :D
BalasHapusiya, kalo settingnya detail pasti bisa menarik perhatian pembaca ya, bun. kayak di novel2 Mira W juga aku pernah liat ada yang settingnya di Jerman.
BalasHapus