Jumat, 23 Januari 2015

Love on The Blue Sky


Judul: Love on The Blue Sky
Penulis: Mya Ye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Metropop
Tahun Terbit: Desember, 2010
Jumlah Halaman: 192
ISBN: 978-979-22-6456-2

Amanda begitu yakin cintanya kepada Alex dapat bersatu dalam pernikahan. Mereka menjalani hubungan jarak jauh, karena Amanda dipindahtugaskan ke Sumatera, sedangkan Alex melanjutkan kuliah di London. Semula, Amanda dan Alex hanya bersahabat, karena keduanya sadar tak dapat bersatu. Alex sudah menikah dan memiliki seorang anak, meskipun pernikahannya di ujung tanduk. Sebagai seorang katolik, Alex tak dapat menceraikan istrinya. Hubungan Amanda dan Alex pun terkatung-katung, menunggu waktu yang tepat.


Di Sumatera, Amanda bertemu dengan Dino, seorang lelaki lajang yang menaruh perhatian kepadanya. Amanda yang sangat setia kepada Alex, berusaha mengabaikan Dino meskipun Dino sangat baik kepadanya. Dino selalu membantunya dalam hal apa pun, termasuk ketika hubungan Amanda dengan Alex dalam masalah. Entah mengapa Alex menyembunyikan kepulangannya ke Indonesia. Amanda sudah senang bukan kepalang ketika Alex menjenguknya di Sumatera. Mereka menghabiskan waktu tiga hari berjalan-jalan mengelilingi daerah tempat tinggal Amanda, sampai di hari terakhir, Alex menyatakan kebenaran yang menyakitkan. Hubungannya dengan Amanda tak dapat diteruskan, karena Alex sudah kembali kepada istrinya.

Amanda seperti dibuang ke jurang yang dalam dan tak dapat kembali. Ia tak hanya marah kepada Tuhan, tapi juga kepada Alex. Sikapnya yang semula ramah, menjadi pendiam. Dino pun sulit memasuki hatinya. Peristiwa demi peristiwa pun terjadi, menyadarkan Amanda bahwa kehendak Tuhan itu pasti baik untuk hamba-Nya. Termasuk ketika Tuhan memisahkannya dengan Alex. Apakah Amanda bersedia menerima Dino yang sudah setia menunggunya?

Sebagai novel Metropop, tokoh utama novel ini, yaitu Amanda,  memang digambarkan sebagai wanita lajang yang sukses dalam karir, terbukti dengan jabatannya sebagai Kepala Cabang sebuah Bank Swasta ternama. Tapi tidak dengan kehidupan cintanya. Amanda harus menunggu dengan sabar sampai Alex benar-benar menceraikan istrinya, yang mana dalam agama mereka, hal itu sungguh mustahil. Benar saja, Alex tak jadi menceraikan istrinya dan justru mencampakkan Amanda. Amanda harus bertarung mengalahkan kemarahannya, dan terutama kembali kepada Tuhan. Nuansa katolik di dalam novel ini sangat terasa, dengan kutipan-kutipan doa dari Injil, kehadiran biarawati yang menyadarkan Amanda, juga  pesan-pesan moral khas penganut katolik.

“Kau juga ya. Kau harus membantu kesembuhan temanmu ini dengan doa.” Suster Brigitta kembali memandang Amanda. “Namun jangan pernah memaksakan permohonanmu kepadaNya. Pasrahkan. Dan biarkan segala yang terjadi adalah kehendakNya.” (halaman 183)

Lokasi tempat kerja Amanda di Sumatera tidak begitu dijelaskan dengan detil, misalnya pantai yang ada di wilayah itu tidak disebutkan pantai apa. Lalu, ada perjalanan wisata yang dilakukan oleh Amanda bersama Alex, yang sayangnya tidak disebutkan nama tempat wisatanya. Hanya disebutkan, sebuah benteng kuno peninggalan penjajahan Belanda. Diterangkan pula, ada apa saja di dalam benteng itu. Sebagai pembaca, saya penasaran. Apa nama benteng itu? Apa nama tempat wisatanya? Di mana lokasinya? Jika saja penulis mau menyebutkan, pastilah novel ini bisa menjadi semacam novel traveling.

Kehidupan Alex tidak banyak digali oleh penulis, termasuk tentang konflik rumahtangganya, mengapa sampai ingin bercerai. Walaupun akhirnya Alex dan Amanda tidak bersama, tidak disebutkan bagaimana cara mereka memperjuangkan cinta bila Alex tidak boleh bercerai berkaitan dengan keyakinannya. Kehidupan Dino juga kurang digali, sebagai tokoh sentral ketiga. Mengapa Dino sangat tergila-gila kepada Amanda, padahal baru sebentar berkenalan?

Pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis sangat menyentuh, meskipun berkaitan dengan keyakinan agama tertentu (Katolik), tapi dapat diterima oleh penganut agama lain karena bersifat universal. Novel ini sangat ringan dibaca, sebagaimana novel Metropop pada umumnya.

3 komentar:

  1. Kadang aneh ya mbk, wanita karir yg cerdas tapi terlalu berharap terhadap laki2 yg secara logika tidak mungkin dimiliki, tapi namanya juga fiksi ya mbk hehe

    BalasHapus
  2. namanya sama kali kayak nama tokoh novel Ilana Tan, Alex. Oh Alex :D

    BalasHapus
  3. iya, kalo settingnya detail pasti bisa menarik perhatian pembaca ya, bun. kayak di novel2 Mira W juga aku pernah liat ada yang settingnya di Jerman.

    BalasHapus